Yang harus dilakukan saat rekan kerja berusaha “menjatuhkanmu”

Yetta Tondang

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Yang harus dilakukan saat rekan kerja berusaha “menjatuhkanmu”
Jernihkan pikiran, atur pertemuan dan jangan berasumsi

JAKARTA, Indonesia – Pernahkan kamu merasa saat kariermu berjalan mulus, seluruh pekerjaan di kantor bisa selesai tepat waktu, tak ada komplain dari atasan dan semua rasanya baik-baik saja sampai satu ketika seorang rekan kerja tiba-tiba menuduhmu atas suatu kesalahan yang tidak kamu lakukan sama sekali?

Saya pernah. Dan rasanya tentu membingungkan. Dituduh melakukan sesuatu yang bahkan tidak kita tahu-menahu. Terlebih ketika tuduhan itu bernada negatif. Bukan hanya bingung, pasti perasaan kesal dan marah datang kemudian. Rasanya ingin berteriak menuntut dia yang menuduh untuk meminta maaf!

Terkadang saya sampai pernah berpikir, “Masa, iya, ada orang yang bisa berbuat sejahat itu?” atau “Harus segitunya, ya, menjatuhkan orang lain demi terlihat baik di mata atasan?”

Mungkin bukan hanya saya, tapi banyak orang lain yang mengalami hal serupa. Dipojokkan, dituduh bersalah oleh rekan kerja atas sesuatu yang tidak kita lakukan.

Bagaimanapun juga, ini menyangkut reputasi dan nama baik di kantor. Kita tidak bisa melarang orang lain bereaksi atas tuduhan tersebut. Bisa saja imej dan reputasi kamu hancur seketika akibat suatu tuduhan yang bahkan kebenarannya belum terbukti.

Jika hal tersebut benar-benar terjadi, mungkin beberapa hal di bawah ini bisa membantumu untuk menganalisa situasi dan mengambil tindakan.

Menyingkir sejenak

Sifat seseorang sedikit banyak mempengaruhi tindakan dan responnya terhadap sebuah masalah. Ada yang meledak-ledak tapi ada pula yang bisa menahan diri. Untuk kasus seperti ini, ada baiknya untuk menyingkir sejenak jika ada yang secara terbuka berusaha “menjatuhkanmu”.

Mungkin terkesan klise dan standar, tapi ini adalah respon pertama yang seharusnya dilakukan. Walaupun dalam hati rasanya ingin menonjok seseorang, tapi cobalah bertahan. Tunjukkan “kelasmu” di hadapan semua orang.

Jika memang rasanya tak tertahankan lagi dan kau harus mencurahkan seluruh kekesalan dan isi hati, bicaralah dengan seseorang di luar kantor, mereka yang bukan rekan kerja. Bisa keluarga, kekasih, pasangan atau sahabat.

Tapi sebelum itu, cobalah untuk menyingkir sejenak dan introspeksi diri. Beberapa menit saja sudah cukup. Atur napas, hirup udara segar. Mungkin coba keluar dari gedung kantor, berjalan sedikit di area kantor dan kembali ke ruangan jika emosi kamu sudah mereda. Setelah itu, coba curhat pada orang yang kamu percaya.

Jangan pernah mengambil tindakan dengan kondisi kepala “panas” dan emosi yang memuncak.

Atur pertemuan

Jika pikiran soal tuduhan tak berdasar itu tetap mengganggu pikiranmu, ada hal cerdas namun sedikit tricky yang bisa dilakukan. Ajak dia (rekan kerja yang berusaha “menjatuhkanmu”) duduk bersama dan bicara blak-blakan.

Dalam kondisi ini, kamu harus benar-benar menyiapkan mental dan gaya berbicara. Karena situasinya pasti sangat sensitif. Sedikit perkataan salah atau intonasi yang meninggi saja pasti akan diartikannya sebagai usaha menyerang balik.

Cobalah meminta penjelasan darinya. Lebih baik kalau percakapan ini terjadi beberapa saat setelah ia melakukan hal yang tidak menyenangkan terhadapmu. Pasti dia sudah memperkirakan hal ini terjadi, di mana kamu meminta penjelasan darinya. Atau jangan-jangan, saat kamu mengajaknya berbicara, sebenarnya dia sudah menyadari kesalahannya dan meminta maaf.

Tapi kalau hal itu tidak terjadi, cobalah perlahan-lahan meminta penjelasan sejelas-jelasnya darinya. Jika memang kamu merasa perlu membela diri, lakukan dengan tenang.

Jangan berasumsi

Jika kamu serta-merta menuduhnya dan menghakimi serta berharap hal-hal buruk terjadi padanya karena apa yang dilakukannya padamu, berarti kamu dan dia tidak ada bedanya. Dan tidak akan ada solusi yang bisa didapat dari kondisi seperti itu.

Seperti poin kedua, bicaralah empat mata, tapi hilangkan semua asumsi. Paling tidak, jangan di awal-awal percakapan, lah. Coba dengarkan dulu cerita dari sudut pandang dia. Memang, cara ini tidak dijamin berhasil, tapi setidaknya percakapan akan berjalan lebih baik dan informasi-informasi akan banyak terlontar.

Saat berbicara, ungkapkan apa yang kamu rasakan ketika ia menuduh dan berusaha “menjatuhkanmu”, daripada sibuk mengulang-ulang hal yang dilakukannya padamu.

Mungkin kira-kira seperti ini, “Aku merasa seperti orang bodoh waktu kamu berusaha ‘menjatuhkanku’ di meeting tadi”.

Nah, bagi sebagian orang, mendengar apa yang kamu rasakan terkadang bisa lebih powerfull daripada sibuk membela diri.

Memang, rasanya pasti tidak enak ketika hal ini terjadi pada kita. Tapi jika memang terjadi, jangan terlalu cepat menyimpulkan. Mungkin dia tidak bermaksud jelek pada awalnya. Tapi kalaupun itu benar-benar dilakukan dengan sengaja, setidaknya kamu bisa mengajaknya berbicara dan meluruskan banyak hal.

Dengan cara itu, mungkin dia bisa melihat seperti apa sosokmu yang sesungguhnya, yang tak bisa sembarangan dipermainkan dan “dijatuhkan” begitu saja. Sehingga lain waktu, dia tidak akan melakukan hal serupa lagi pada kamu.

Anggap saja reputasimu di kantor sedang diuji. Jangan jadi patah semangat dan mengurangi performa. Tetap tunjukkan, kamu yang terbaik. Percayalah, yang baik pasti akan selalu berujung baik. Seperti kalimat bijak berkata, “Emas jika dimasukkan ke dalam lumpur sekalipun, akan tetap jadi emas.” -Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!