Puisi cinta favorit Rappler untuk menemanimu di Hari Valentine

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Puisi cinta favorit Rappler untuk menemanimu di Hari Valentine
Berikut puisi-puisi cinta yang paling menyentuh tim Rappler untuk menemanimu selama Hari Kasih Sayang

JAKARTA, Indonesia — Di Hari Valentine ini, tim Rappler telah mengompilasi puisi-puisi cinta favorit yang bisa kamu bacakan untuk kekasihmu. Atau, kalau masih jomblo, untuk direnungkan sendiri.

Definisi karya Abdul Qowi Bastian

Cinta itu tak bernama

Cinta itu malu-malu

Cinta itu menahan lapar demi menanti senyumnya

Cinta itu membiarkan aku rapuh di hadapanmu

Cinta itu yang menopangku saat terjerembap

Cinta itu potongan-potongan pendek cerita kita yang aku putar ulang di kepala saat sepi

Cinta itu menyamarkan logika

Cinta itu rahasia yang aku pendam rapat-rapat dari sahabatku

Cinta itu malam-malam bisu, membiarkan kamu mencium, memeluk aku

Cinta itu basah walau hanya melihat kupingnya

Cinta itu berciuman di pagi hari sebelum menggosok gigi

Cinta itu bersembunyi di balik selubung nafsu

Cinta itu pembangkang

Cinta itu masa lalu

Cinta itu menjadi orang ketiga

Cinta itu merelakan dia digandeng lelaki lain

Cinta itu kekasih ibu muda menghadang hitam pekat di air yang tenang

Cinta itu terjaga menunggu anak gadisku pulang lewat jam 12 malam

Cinta itu pada akhirnya derita dan siksa 

Cinta itu membalas dendam

Cinta itu air mata

Cinta itu yang paling kurindukan saat ini

Cinta itu yang paling mulia

Cinta itu hal yang paling menyedihkan di dunia

Cinta itu bersujud hingga jidat menghitam

Cinta itu setan, penyakit keras di dalam diriku yang membuat aku ingin selalu terus menulis

Cinta itu cahaya di dalam diriku

 

Dari Perahu Kertas karya Dewi Lestari (Dwi Agustiar)

Hati kamu mungkin memilihku, seperti juga hatiku selalu memilihmu. Tapi hati bisa bertumbuh dan bertahan dengan pilihan lain. Kadang, begitu saja sudah cukup. Sekarang aku pun merasa cukup.

 

Sonnet 130 karya William Shakespeare (Karina Maharani)

My mistress’ eyes are nothing like the sun;
Coral is far more red than her lips’ red;
If snow be white, why then her breasts are dun;
If hairs be wires, black wires grow on her head.
I have seen roses damasked, red and white,
But no such roses see I in her cheeks;
And in some perfumes is there more delight
Than in the breath that from my mistress reeks.
I love to hear her speak, yet well I know
That music hath a far more pleasing sound;
I grant I never saw a goddess go;
My mistress when she walks treads on the ground.

And yet, by heaven, I think my love as rare
As any she belied with false compare.

 

I Loved You karya Alexander Pushkin (Nadia Vetta Hamid)

I loved you; even now I must confess,
Some embers of my love their fire retain;
But do not let it cause you more distress,
I do not want to sadden you again.
Hopeless and tonguetied, yet I loved you dearly
With pangs the jealous and the timid know;
So tenderly I love you, so sincerely,
I pray God grant another love you so.

 

Love After Love karya Derek Walcott (Natashya Gutierrez)

The time will come
when, with elation,
you will greet yourself arriving
at your own door, in your own mirror,
and each will smile at the other’s welcome,
and say, sit here. Eat.
You will love again the stranger who was your self.
Give wine. Give bread. Give back your heart
to itself, to the stranger who has loved you

all your life, whom you ignored
for another, who knows you by heart.
Take down the love letters from the bookshelf,

the photographs, the desperate notes,
peel your own image from the mirror.
Sit. Feast on your life.

 

Batas karya Aan Mansyur (Sakinah Ummu Haniy) 

Semua perihal diciptakan sebagai batas. Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain. Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.

Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.

Seorang ayah membelah anak dari ibunya—dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan. Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur.

Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.

 

Perempuan Datang Atas Nama Cinta karya Rako Prijanto (Santi Dewi)

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur di hatimu
yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Lalu sekali ini aku melihat karya surga
dari mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta

Tapi aku pasti akan kembali
dalam satu purnama
untuk mempertanyakan kembali cintanya..

Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu
Itu saja

 

Dari Nejma karya Nayyirah Waheed (Tri Khalidya)

we

return to each

other

in waves.

this is how water 

loves.

 

Pamplet Cinta karya W.S. Rendra (Uni Lubis)

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi. 
Memandang wajahmu dari segenap jurusan. 

Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan. 
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku. 
Aku merindukan wajahmu, 
dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa. 
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja. 
Kata-kata telah dilawan dengan senjata. 
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini. 
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan 
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat. 
Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan 

Suatu malam aku mandi di lautan. 
Sepi menjdai kaca. 
Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit. 
Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada. 
Sepi menjadi kaca. 

Apa yang bisa dilakukan oleh penyair 
bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ? 
Udara penuh rasa curiga. 
Tegur sapa tanpa jaminan. 

Air lautan berkilat-kilat. 
Suara lautan adalah suara kesepian. 
Dan lalu muncul wajahmu. 
Kamu menjadi makna 
Makna menjadi harapan. 
……. Sebenarnya apakah harapan ? 
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu. 
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak. 
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu. 
Aku tertawa, Ma ! 

Angin menyapu rambutku. 
Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi. 

Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur. 
Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung. 
Perutku sobek di jalan raya yang lengang……. 
Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian. 
Aku menulis sajak di bordes kereta api. 
Aku bertualang di dalam udara yang berdebu. 

Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar, 
aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu. 
Lalu muncullah kamu, 
nongol dari perut matahari bunting, 
jam duabelas seperempat siang. 
Aku terkesima. 
Aku disergap kejadian tak terduga. 
Rahmat turun bagai hujan 
membuatku segar, 
tapi juga menggigil bertanya-tanya. 
Aku jadi bego, Ma ! 

Yaaah , Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih. 
Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku, 
dan sedih karena kita sering berpisah. 
Ketegangan menjadi pupuk cinta kita. 
Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih ? 
Bahagia karena  napas mengalir dan jantung berdetak. 
Sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang. 
Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan. 
Ma, nyamperin matahari dari satu sisi, 
memandang wajahmu dari segenap jurusan. 

 

Aku Ingin Mencintamu dengan Sederhana karya Sapardi Djoko Damono (Yetta Tondang)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana 

Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana 
 
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

 

Apakah kamu juga punya puisi cinta favorit? Tulis jawabannya di kolom komentar di bawah ini! —Rappler.com 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!