Tiga bulan latihan, Teater Koma pentaskan ‘Opera Ikan Asin’

Hanna Pratiwi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tiga bulan latihan, Teater Koma pentaskan ‘Opera Ikan Asin’
'Opera Ikan Asin' dipentaskan dalam rangka ulang tahun Teater Koma ke-40

JAKARTA, Indonesia – Mulai hari ini, Kamis, 2 Maret hingga Minggu, 5 Maret mendatang, Teater Koma akan mementaskan lakon legendaris mereka yang bertajuk Opera Ikan Asin.

Lakon ini kembali dipentaskan dalam rangka memperingati ulang tahun Teater Koma yang ke-40 tahun ini. Ulang tahun Teater Koma sendiri jatuh di tanggal 1 Maret.

Lakon Opera Ikan Asin kali ini terlaksana berkat adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak khususnya Bakti Budaya Djarum Foundation yang juga mendukung perjalanan Teater Koma. 

“Pelatihan yang dilakukan selama 3 bulan menghasilkan hasil maksimal nantinya, semoga juga penonton teater ini bisa mengambil pesan moral yang dihadirkan di pertunjukan ini,” ujar Riantiarno sutradara Opera Ikan Asin.

Cornelia Agatha (Yeyen) turut berpartisipasi di pementasan lakon 'Opera Ikan Asin'. Foto dari akun Instagram Teater Koma.

Pementasan yang disadur dari lakon The Beggar’s Opera karya John Gay dan musik J.C. Pepusch yang dipentaskan tahun 1728 di London, lakon Die Dreigroschenoper atau The Threepenny Opera karya Bertolt Brecht dengan komposisi musik dari Kurt Weill dipentaskan pertama kali di Theater am Schiffbauerdam, Berlin pada 31 Agustus 1928.

Lakon inilah yang kemudian disadur oleh N. Riantiarno. Judulnya pun menjadi Opera Ikan Asin, sedangkan latar peristiwa, London sekitar abad ke-19, dipindahkan ke Batavia abad ke-20, zaman Hindia Belanda.

Pementasan ini digelar di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta Selatan. Harga tiket bervariasi mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 850 ribu. 

Karakter Amalia Picum, Natasasmita Picum dan Poli Picum di lakon 'Opera Ikan Asin'. Foto dari akun Instagram Teater Koma.

Bercerita tentang Mekhit alias Mat Piso si Raja Bandit yang mengawini Poli. Pertistiwa ini membuat marah ayah Poli, Natasasmita Picum, juragan pengemis se-Betawi. Dia mencari siasar agar Mekhit bisa dijebloskan ke dalam penjara. Tapi Mekhit selalu bisa lolos. 

Natasasmita Picum akhirnya mengancam Komisaris Kartamarma, sahabat baik Mekhit, Kepala Polisi Batavia. Jika Mekhit tidak ditangkap, maka dia akan menggerakkan massa pengemisnya turun ke jalan, berdemonstrasi. Mekhit tertangkap lagi dan dijatuhi hukuman mati.

Tapi saat nyawanya nyaris melayang, datang surat Keputusan Gubernur Jendral. Apa isinya? -Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!