Kesalahan yang sering dilakukan millenial saat membuat CV

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kesalahan yang sering dilakukan millenial saat membuat CV
Setelah memperbaiki kesalahan-kesalahan ini, kamu dipastikan siap berkompetisi!

JAKARTA, Indonesia – Curriculum Vitae (CV) ibarat “jendela” yang menunjukkan latar belakang seorang pencari kerja pada sang calon pemberi pekerjaan. Karena itu, sudah sepantasnya CV dibuat dengan sepenuh hati.

Apalagi, saat ini mencari pekerjaan bukan hal yang mudah untuk dilalui. Karena itulah, CV menjadi salah satu kunci utama untuk “menjual” kemampuan yang kamu miliki. Tapi terkadang, tak sedikit kaum millenial yang menganggap remeh soal CV ini.

Tahukah kamu, kalau sebuah perusahaan sedang membutuhkan tenaga kerja pastilah dibanjiri ratusan, bahkan ribuan CV setiap harinya. Dan CV yang terpilih tentu memiliki keiistimewaan tersendiri hingga bisa terpilih untuk proses seleksi.

Bukan soal apakah CV-mu dipenuhi pengalaman kerja atau segudang prestasi. Walaupun itu memang penting. Tapi justru banyak hal-hal kecil yang tercantum di CV yang kadang terbengkalai oleh para pencari kerja dari kalangan millenial dan membuat CV mereka tidak dilirik sama sekali.

Dengan menghindari kesalahan-kesalahan dalam membuat CV di bawah ini, dijamin kamu akan siap berkompetisi dan mengikuti proses seleksi mencari pekerjaan.

Terlalu ramai

Bahkan sebelum membaca detail kalimat demi kalimat dalam CV kamu, seorang pencari tenaga kerja sudah pasti akan menolak CV yang terlalu “ramai”. Bayangkan jika CV memuat terlalu banyak gambar, foto, file GIF yang tak penting atau bahkan teks dengan warna berbeda, dipastikan CV kamu akan langsung terlewatkan.

Sederhana namun penuh informasi yang seimbang menjadi kunci kesuksesan sebuah CV. Jika perusahaan pencari tenaga kerja tersebut memerlukan port folio lengkap kamu, bisa disusulkan kemudian dengan format file yang berbeda dan ringkas.

Pastikan pula, semua file kelengkapan CV-mu bisa diunduh dengan cara yang mudah sehingga tidak merepotkan perusahaan pencari kerja.

Terlalu membanggakan diri sendiri

Ingat, mereka yang akan mengamati CV kalian adalah para senior yang sudah lebih dulu malang melintang di dunia kerja. Jadi, bagi sebagian besar dari mereka, generasi millenial adalah “anak bawang” yang belum tahu banyak hal. Meski asumsi itu tak selalu benar.

Tapi sebisa mungkin hindari kalimat-kalimat yang terlalu berlebihan, terlalu membanggakan diri sendiri. Langsung saja ke tujuan, jangan terlalu berbasa-basi pula. CV juga bukan media yang tepat untuk menyisipkan candaan.

Semua pencapaian-pencapaian yang telah kamu raih, seberapa banyak pun itu, tak perlu terlalu melebih-lebihkannya. Sampaikan saja poin-poin yang penting. Kecuali nanti di dalam sesi wawancara, calon pencari tenaga kerja menanyakan lebih lanjut soal raihan kamu, itulah momen yang tepat untuk menjelaskan lebih detail.

Typo!

Mungkin terdengar sederhana dan sepele, tapi urusan typo alias salah ketik bisa jadi salah satu faktor yang menentukan apakah kamu adalah pribadi yang detail oriented atau sosok yang bisa diandalkan.

Terlebih jika kamu melamar untuk posisi atau perusahaan yang bergerak di bidang produksi konten, media atau apapun yang berhubungan dengan data dan teks. Bebas typo adalah syarat utama.

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Jika kamu masih seorang fresh graduate, maka wajar untuk menambahkan keterangan informasi soal IPK dalam CV. Tapi jika kamu sudah memiliki pengalaman kerja selama 3 tahun lebih, rasanya tak perlu mencantumkan IPK lagi. Lebih baik fokus pada pencapaian dan riwayat kerja kamu saja.

Jangan salah membuat kesimpulan

Di bagian akhir CV, sangat disarankan untuk membuat kesimpulan singkat yang menggambarkan dirimu. Apa skill yang kamu punya dan apa yang bisa kamu tawarkan pada perusahaan. Tak perlu mencantumkan mimpi dan tujuan hidup. Tak usah sejauh itu. Too much information. Fokus pada kelebihan dan kemampuanmu secara profesional.

Jangan lupakan cover letter

Seringkali seorang pencari kerja hanya ujug-ujug mengirimkan CV tanpa keterangan apapun. Ini sangat tidak disarankan. Jika kamu mengirimkan via email, pastikan menuliskan subject di email dengan jelas. Misalnya, “Lamaran untuk posisi Staff Keuangan”. Itu akan sangat membantu perusahaan untuk menyortir CV yang masuk.

Satu lagi dan mungkin yang paling penting, jangan pernah lupakan cover letter. Tuliskan tujuanmu mengirimkan CV. Apa posisi yang kamu lamar. Dari mana kamu mengetahui lowongan pekerjaan itu dan apa yang membuatmu tertarik. Itu akan menjadi tanda “perkenalan” yang baik, sebelum sang pencari tenaga kerja membuka CV-mu lebih lanjut.

Sebenarnya, yang terpenting dari proses mencari kerja adalah ketika kamu menawarkan apa yang tidak dimiliki orang lain. Menjadi berbeda adalah kunci utama, terutama untuk generasi millenial yang kadang terlihat dan terkesan terlalu “seragam”. Cermati apa saja kesalahan yang mungkin dilakukan pesaingmu dan belajar untuk menerapkannya.

Semangat, ya! -Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!