8 hal tentang film ‘Beauty and the Beast’ versi live action

Vernise Tantuco

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

8 hal tentang film ‘Beauty and the Beast’ versi live action
Adegan gay, karakter-karakter baru dan lagu tema dalam film ‘Beauty and the Beast’

JAKARTA, Indonesia – Penggemar film-film Disney tentu tidak asing dengan kisah gadis cantik bernama Belle yang dapat mengubah Beast dari makhluk buruk rupa menjadi sosok manusia.

Kisah yang sangat populer pada tahun 90-an dalam film animasi Beauty and the Beast tersebut difilmkan kembali dengan judul yang sama, namun kali ini film Beauty and the Beast versi terbaru dibuat menggunakan teknologi CGI (computer-generated imagery) dan menampilkan aktor serta aktris sungguhan.

Emma Watson dan Dan Stevens dipilih sebagai pemeran Belle dan Beast dalam film yang rilis di Indonesia pada Jumat, 17 Maret ini. Ada pula nama besar aktor dan aktris Hollywood lain yang terlibat, antara lain Luke Evans sebagai Gaston, Kevin Kline sebagai Maurice, Josh Gad sebagai LeFou, Ewan McGregor sebagai Lumiere, Stanley Tucci sebagai Cadenza, Ian McKellen sebagai Cogsworth dan Emma Thompson sebagai Mrs. Potts.

Sebelum menonton, berikut adalah 10 hal yang mungkin belum kamu ketahui tentang film Beauty and the Beast.

Tiga lagu tema baru dalam film

Lagu berjudul Days in the Sun, How Does a Moment Last Forever, dan Evermore akan hadir dalam film yang disutradarai oleh Bill Condon Ini. Ketiga lagu tersebut ditulis oleh komposer musik film peraih Oscar, Alan Menken dan liriknya ditulis oleh Tim Rice.

Pada bagian akhir film, kamu bisa mendengar lagu How Does a Moment Last Forever yang dibawakan oleh Celine Dion.

Ariana Grande menyanyikan lagu tema Beauty and the Beast bersama John Legend, sementara Emma Thompson akan menyanyikan versi teatrikalnya dalam film sebagai Mrs. Potts.

Belle memiliki Sindrom Stockholm terhadap Beast dan berjuang melawannya

Sindrom Stockholm merupakan sebuah kondisi psikologis ketika seseorang yang sedang disandera jatuh cinta dan tergila-gila dengan penyanderanya tanpa mempedulikan bahaya atau risiko yang akan atau telah terjadi.

Foto dari akun Instagram beautyandthebeast.

Dalam film, Belle digambarkan sebagai tokoh yang memiliki Sindrom Stockholm terhadap Beast. Namun, ia berjuang mati-matian untuk melawan kondisi psikologis tersebut dengan berusaha untuk mempertahankan pendiriannya.

Menurut Watson, alur ini lebih menarik dibanding sekadar cerita jatuh cinta pada pandangan pertama karena dalam kisah cinta yang nyata pasti akan terjadi pertengkaran-pertengkaran.

Adegan gay pertama dalam film Disney

“LeFou adalah karakter yang ingin sekali hidup bersama Gaston, bahkan ia ingin mencium Gaston,” ujar sutradara Bill Condon kepada majalah Attitude.

(BACA JUGA: Momen gay perdana Disney akan ditampilkan di ‘Beauty and the Beast)

Bill melanjutkan, “LeFou tidak tahu apa yang ia inginkan. Ia hanya merasakan perasaan cintanya terhadap Gaston. Josh mampu memainkan karakter LeFou dengan apik. Hasilnya tidak terduga, tetapi saya tidak mau memberitahukannya. Ini adalah adegan gay pertama sepanjang sejarah film Disney.”

Adegan gay tersebut diminta untuk disensor di Malaysia, tetapi Disney menolak hal tersebut dan tidak jadi merilis Beauty and the Beast di Malaysia.

Kepala badan sensor di Malaysia menolak untuk menayangkan adegan gay dari film Beauty and the Beast di sana. Malaysia merupakan salah satu negara yang menentang homoseksualitas.

Foto dari Disney.

(BACA JUGA: Disney ogah menyensor ‘Beauty and The Beast’ untuk penonton Malaysia)

Selanjutnya, Disney mengeluarkan pernyataan kepada Bloomberg bahwa film Beauty and the Beast batal ditayangkan di Malaysia karena mereka menolak adanya sensor terhadap adegan tersebut.

Luke dan Josh banyak melakukan improvisasi atas dialognya

Dalam sebuah telepon dengan media Southeast Asia, Luke mengatakan bahwa ia dan Josh menyukai dialog-dialog dalam film.

Foto dari screen capture akun YouTube Disney Movie Trailers.

“Kami diberikan ruang untuk berimprovisasi atas dialog-dialog dalam film dan memasukkan banyak dialog yang spontan serta lucu,” jelas Luke ketika menjelaskan adegan membawa keranjang di hutan bersama Maurice, ayah Belle dalam film.

Ada 27 set film yang dibangun di Shepperton Studios

Foto dari screen capture akun YouTube Disney Movie Trailers.

Seluruh adegan dalam film Beauty and the Beast diambil di dalam studio, termasuk adegan di desa dan balai riung. Hutan yang menjadi latar adegan favorit Luke, misalnya, butuh proses pembuatan selama 15 hari, termasuk memasukkan pohon-pohon asli, pagar, danau dan gerbang es setinggi 29 kaki yang membutuhkan 20.000 es.

Luke bercerita, “Saya ingat ketika kami berderap di atas kuda melewati hutan ini. Di luar studio, cuacanya sangat cerah. Namun, kami di sini, berada di atas kuda dan masuk ke dalam hutan yang benar-benar dingin. Pengalaman itu sangat aneh dan luar biasa. Para kru film ini telah melakukan pekerjaan yang amat detail dan luar biasa.”

Dan Stevens berperan sebagai tokoh Beast yang dibuat menggunakan teknologi komputer

Foto dari screen capture akun YouTube Disney Movie Trailers.

Berdasarkan rilis yang diterima dari Disney, Dan harus mengenakan pakaian khusus yang mampu merekam gerak-gerik tubuhnya.

Ketika menjalani adegan bersama pekerja rumah tangga rekaan, Dan mengenakan pakaian berwarna abu-abu yang dilengkapi sejumlah lampu indikator untuk memberikan efek visual.

Seluruh kostum dalam film didesain sedemikian rupa supaya tahan lama dan kainnya berasal dari pabrik kain yang memiliki sertifikasi perdagangan fair-trade

Foto dari screen capture akun YouTube Disney Movie Trailers.

Jacqueline Durran dan timnya yang bekerja untuk menciptakan seluruh kostum dalam film Beauty and the Beast membutuhkan waktu pengerjaan selama 3 bulan. Dalam pembuatan kostum-kostum, mereka menggunakan bahan-bahan yang natural, pewarna yang berkualitas dan dicetak dengan blok kayu tradisional.

(BACA JUGA: Menyibak fakta tentang gaun kuning keemasan Belle di ‘Beuaty and the Beast)

Sejumlah karakter baru ditambahkan ke dalam film Beauty and the Beast

Maestro Cadenza, sebuah piano klasik, dan istrinya yang merupakan seorang pemain opera Italia kenamaan, Madame de Garderobe, kini menjadi lemari pakaian dalam kamar Belle.

Apakah kamu berencana menonton film Beauty and the Beast versi terbaru ini? Apa ada film animasi Disney lain yang ingin kamu tonton dalam format live-action? Beritahu kami melalui kolom komentar di bawah ini! -Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!
Mayuko Yamamoto

author

Vernise Tantuco

Vernise Tantuco is on Rappler's Research Team, fact checking suspicious claims, wrangling data, and telling stories that need to be heard.