Menikmati tiga hari di Sydney

Yetta Tondang

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menikmati tiga hari di Sydney
Simak itinerary untuk 3 hari perjalanan di Sydney, Australia

JAKARTA, Indonesia – Maret lalu, saya berkesempatan mengunjungi kota Sydney, ibukota negara bagian New South Wales, Australia. Ini adalah kunjungan perdana saya ke kota yang pada tahun 2016 dihuni sekitar 5,25 juta penduduk.

Untungnya, saya memilih waktu yang tepat untuk berkunjung ke Sydney. Cuacanya ramah, tidak terlalu dingin tapi tidak terlalu panas pula. Di bulan Maret, suhu di Sydney berkisar 20-23 derajat Celsius.

Kunjungan saya ke Sydney tidak lama. Tapi di waktu yang singkat, saya bisa merasakan pengalaman menikmati kota ini sepenuhnya.

Berikut beberapa rekomendasi destinasi dari saya untuk kamu yang berencana mengunjungi Sydney dalam waktu tiga hari.

Hari pertama (Chinatown, CBD, Sydney Opera House)

Saya tiba di Sydney sudah lewat tengah hari. Jadi tidak terlalu banyak yang bisa dilakukan. Setelah berbenah di apartemen teman (tempat saya menumpang), saya bertekad mengeksplor kota ini.

Untungnya, lokasi apartemen teman saya cukup strategis, berdekatan dengan Darling Harbour. Tapi siang itu, saya memutuskan untuk menjelajah pusat kota atau yang dikenal dengan Central Business District (CBD) Sydney.

Sebelum ke CBD, saya bertandang ke Chinatown. Tujuannya, apa lagi kalau bukan mencari makanan enak. Di Chinatown banyak pilihan tempat makan yang menarik dan pasti enak. Tak sedikit pula yang menjual makanan yang halal.

Salah satu jajanan paling diminati di area Chinatown. Kue sus mini yang berisi krim vanila yang bisa didapat di Emperor's Bakery. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Jika tak memiliki budget besar (seperti saya), Chinatown juga memiliki beberapa food court yang menyediakan ragam makanan, termasuk makanan Indonesia. Untungnya, porsi makan orang Sydney memang tergolong besar. Saya bersama teman saya selalu memesan satu porsi untuk kami berdua. Jadi lumayan menghemat biaya makanan.

Chinatown bisa diakses dengan mudah dengan menumpang Sydney Light Rail dan turun di Paddy’s Market. Dari perhentian itu, kamu hanya tinggal berjalan sekitar 200 meter menuju gerbang utama Chinatown.

Oh iya, selama di Sydney, ada baiknya kamu membeli kartu OPAL untuk transaksi berbagai moda transportasi selama di Sydney seperti Light Rail, kereta api, bus dan ferry. Kartu OPAL bisa diperoleh di Tourist Information Centre atau di supermarket, kantor pos dan toko serba ada di seluruh wilayah Sydney.

Tidak ada deposit untuk kartu OPAL, jadi bisa digunakan hingga saldo habis. Isi ulang dapat dilakukan hampir di semua perhentian segala moda transportasi. Bisa menggunakan uang tunai atau kartu kredit dan debit. Yang paling penting, jangan lupa tap-in sebelum naik dan tap-out setelah turun dari kendaraan umum di mesin yang telah disediakan. Jika lalai melakukan ini, siap-siap ditanyai petugas saat inspeksi mendadak.

Puas mengisi perut di Chinatown, saya beranjak menuju lokasi Sydney CBD. Sekalian membakar kalori dari makanan yang sebelumnya saya konsumsi, saya memutuskan berjalan kaki. Ada banyak rute yang bisa dilalui untk mengeksplor area CBD.

Saat itu saya memilih menyusuri George St, salah satu jalan paling sibuk di Sydney. Beberapa landmark yang sempat saya lewati di sepanjang George St antara lain gereja St. Andrew’s Cathedral, Sydney Town Hall dan tentu saja, Queen Victoria’s Building yang terkenal itu.

Town Hall yang terletak di George St. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Queen Victoria Building adalah salah satu destinasi wajib bagi pelancong di Sydney. Pertama kali dibuka tahun 1898, kini Queen Victoria Building jadi salah satu pusat perbelanjaan elit di Sydney. Brand-brand fashion ternama dunia membuka outlet mereka di sini. Tak ketinggalan jajaran cafe dan restoran dengan makanan yang membuai mata dan menguras isi kantong.

Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Gedungnya tak terlalu besar dengan dua pintu utama di kedua sisinya. Jadi pengunjung bisa memilih satu pintu masuk dan menyusuri jajaran pertokoan dan keluar di pintu di ujung yang lain.

Tak terasa, sore menjelang. Saya yang tadinya hanya berencana mengeksplor Chinatown dan CBD, tiba-tiba memiliki ide gila untuk terus berjalan kaki ke arah Sydney Opera House yang tersohor itu. Akhirnya saya dan teman memutuskan berjalan kaki dan tiba di Sydney Opera House. Total sekitar hampir 5 kilometer yang saya tempuh berjalan kaki hari itu!

Gedung opera yang menjadi landmark kebanggaan kota Sydney itu terpampang jelas di depan saya. Pengalaman pertama yang selalu membuat bulu kuduk berdiri. Perasaan yang bercampur, antara bahagia, haru dan tidak percaya.

Sydney Opera House memiliki jadwal pertunjukan harian. Seluruh tiket pertunjukan bisa didapatkan secara online atau on the spot di ticket box.

Gedung Sydney Opera House terletak di dekat Sydney Harbour dan Royal Botanical Gardens dan Sydney Harbour Bridge. Sore itu bertambah spesial karena saya disuguhi pemandangan pelangi, tak hanya satu tapi dua pelangi! Akhirnya saya memutuskan menikmati senja hingga malam hari di sana.

"Penampakan" pelangi ganda di Sydney Opera House. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Pulang dari Sydney Opera House, saya menumpang bis ke arah Pitt St dengan menggunakan kartu OPAL. Pitt St sangat ramai di malam hari, terutama Kamis malam, saat jadwal pertokoan buka hingga pukul 21.00. Saya memutuskan untuk menikmati makan malam di sebuah food court di Westfield Mall sebelum kembali ke apartemen.

Hari kedua (Sydney Fish Market, Royal Botanical Garden, Darling Harbour)

Petualangan hari kedua di Sydney dimulai dengan berkunjung ke Sydney Fish Market, salah satu lokasi wisata yang wajib dikunjungi. Lagi-lagi, saya menumpang Light Rail dan turun di perhentian Fish Market. Dari lokasi perhentian, saya berjalan sekitar 500 meter menuju Sydney Fish Market.

Pasar ikan modern ini buka setiap hari dari pukul 07.00 hingga 16.30. Tidak hanya menjual beragam jenis ikan segar yang tertata rapi dan bersih, pasar ini juga menyuguhkan sajian makanan laut yang nikmat. Harganya pun beragam.

Beragam olahan makanan laut bisa ditemukan di Sydney Fish Market. Salah satunya tiram berbalut keju ini. Nyam! Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Uniknya, saya bertemu banyak orang Indonesia yang berjualan makanan di sini. Kebanyakan, mereka mahasiswa yang bekerja paruh waktu di sana. Selain penjual ikan, ada beberapa tenant lain di sini seperti toko roti, supermarket dan toko minuman.

Beragam jenis tangkapan laut dijual di Sydney Fish Market. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Pengunjung yang membeli makanan bisa menikmati makanan mereka di area dekat perairan yang sudah disediakan. Hati-hati dengan “kunjungan” burung-burung yang hadir di sekitarmu, ya. Meski liar, burung-burung ini ramah dan tidak mengganggu, kok. Asal kamu tidak memberikan makanan pada mereka.

Dari Sydney Fish Market, saya menaiki bis ke arah Circular Quay. Dari sana, saya berjalan kaki menuju terbesar di Sydney yakni Royal Botanical Garden. Niat utamanya memang ingin bersantai di sana dan menikmati langit Sydney yang hari itu cerah sekali.

Royal Botanical Garden tidak jauh dari Circular Quay. Berjalan kaki sekitar 10 menit saja. Jika berminat untuk menjelajahi seluruh area taman, kamu bisa mengikuti walking tour yang disediakan gratis.

Saya termasuk jenis orang yang senang sekali menghabiskan waktu di taman kota. Mungkin karena di Jakarta, tidak ada tempat seperti ini. Jadi saya memutuskan menggelar kain di atas rumput dan menikmati berjalannya waktu dengan membaca dan mendengarkan musik. Banyak juga orang selain saya yang melakukan hal serupa.

Birunya langit dan hijaunya pepohonan membuat saya enggan beranjak dari Royal Botanic Garden. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Ada pula beberapa keluarga yang membawa anak balita mereka bermain-main di rumput dan piknik.

Menjelang sore, saya berjalan kaki ke arah Darling Harbour, salah satu dermaga paling banyak dikunjungi di Sydney. Dari Royal Botanical Garden ke Darling Harbour, saya butuh waktu sekitar 40 menit berjalan kaki santai sambil menikmati pemandangan di jalanan.

Tiba di Darling Harbour, cuaca sore hari cerah sekali. Banyak orang yang sekadar melewati jalan sore, bersepeda atau nongkrong di restoran-restoran mewah yang tersebar di seluruh area Darling Harbour.

Kawasan Darling Harbour yang sangat ramah bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Ada beberapa atraksi wisata yang bisa dinikmati di area Darling Harbour antara lain Sea Life Sydney Aquarium, Madame Tussauds, Wiildlife Sydney Zoo, Children’s Playground, Cockle Bay Wharf dan Australian National Maritime Museum. Ada juga beberapa lokasi casino di area ini.

Hari ketiga (Paddy’s Market, The Rocks, Bondi Beach)

Ini adalah hari terakhir saya di Sydney. Dan untungnya, jatuh di hari Sabtu. Artinya, saya bisa berkunjung ke salah satu pusat keramaian yang ternama di akhir pekan yakni The Rocks.

Tapi sebelum ke The Rocks, saya mampir ke Paddy’s Market yang terletak di Hay St, berdekatan dengan area Chinatown. Pasar ini banyak dihuni oleh pedagang yang menjual barang-barang suvenir untuk para turis. Bagi saya, pasar ini tidak terlalu menarik, kecuali jika kamu memang ingin memborong oleh-oleh untuk teman dan kerabat.

Segala jenis oleh-oleh dan suvenir khas Australia bisa diperoleh di Paddy's Market. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Dari Paddy’s Market, saya menaiki Light Rail menuju Central Station. Dari sana, tujuan selanjutnya adalah The Rocks. The Rocks sangat mudah dijangkau. Cukup naik bis atau kereta dan berhenti di Circular Quay. Dari sana, tinggal berjalan ke arah Museum of Contemporary Art dan ikuti petunjuk jalan yang tersedia setiap beberapa meter menuju The Rocks.

Perjalanan menuju The Rocks melewati Circular Quay. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

The Rocks sebenarnya adalah wilayah pemukiman yang bersejarah. Terlihat dari bangunan-bangunan yang ada di sana. Setiap akhir pekan, area ini berubah jadi semacam pasar seni yang menyuguhkan beragam produk asli Australia. Mulai dari sabun, lilin, tas, aksesoris, perhiasan hingga baju.

Bangunan bersejarah bersanding dengan kios-kios yang menjual beragam produk asli Australia di The Rocks. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Saya memulai petualangan di The Rocks hari itu dengan menyantap sarapan di sebuah cafe outdoor. Ditemani live music musisi lokal yang meng-cover lagu-lagu musisi dunia versi akustik. Setelahnya, saya menjelajahi seluruh area The Rocks dengan berjalan kaki hingga tiba di bawah Harbour Bridge.

Pandangan saya langsung tertuju pada sekelompok orang dengan pengaman lengkap yang berjalan di atas Harbour Bridge. Mereka tengah mengikuti sesi bridge climb alias mendaki ke puncak Harbour Bridge. Percaya atau tidak, ini salah satu aktivitas paling digemari para turis. Tapi tidak termasuk saya yang takut ketinggian.

Tapi jika kamu berminat, bridge climb bisa dilakukan dalam durasi 2-3,5 jam (tergantung paket) menjelajahi seluruh area jembatan.

Jika ingin memacu adrenalin, kamu bisa mendaki Harbour Bridge hingga ke puncaknya! Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Dari The Rocks, saya kembali ke area Circular Quay dan memutuskan berhenti membeli sorbet dan menikmati pemandangan Sydney Opera House dari sisi yang berbeda.

Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Dari Circular Quay, saya melanjutkan petualangan ke salah satu pantai paling populer di Sydney, Bondi Beach. Saya hanya perlu naik bis dari perhentian Circular Quay menuju Bondi Beach.

Perjalanan ditempuh sekitar 25 menit dan melewati kawasan sub-urban Sydney seperti Surry Hills, Oxford Street dan Paddington.

Sesampainya di Bondi Beach, perpaduan langit biru nan cerah dan pasir putih sungguh menyegarkan mata. Banyak penduduk lokal yang beraktivitas di pantai ini saat akhir pekan. Sekadar berjemur, bermain air atau berolahraga.

Gagal menemukan lifeguard tampan di Bondi Beach! Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.

Salah satu tujuan saya berkunjung ke Bondi Beach adalah karena tayangan Bondi Rescue yang menunjukkan sosok-sosok penjaga pantai yang super tampan dan kekar itu. Sayang, saya tidak menemukan sosok seperti itu. Mungkin lagi pada istirahat, ya?

Tapi kalau urusan pemandangan, pantai dan laut Indonesia menurut saya tetap juaranya. Tapi memang, soal pengelolaan dan fasilitas yang membedakan Indonesia dari negara lain.

Oh iya, selain menikmati pantai yang indah, kamu juga bisa menyusuri area pertokoan yang juga ramai di akhir pekan. Jangan lupa untuk mencicipi Mars goreng yang terkenal itu!

Meski singkat, perjalanan saya ke Sydney menorehkan banyak kenangan. Jika diberi kesempatan, saya dengan senang hati akan kembali ke kota ini. Hanya saja, saran saya, siapkan budget yang lumayan besar jika ingin menikmati Sydney. Karena kota ini terkenal dengan biaya hidup yang tinggi, dan berimbas ke harga akomodasi, makanan dan transportasi yang (menurut saya) lumayan mahal.

Yetta Tondang/Rappler.

Selamat mengeksplorasi Sydney! -Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!