Chris Cornell meninggal dunia karena bunuh diri

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Chris Cornell meninggal dunia karena bunuh diri

AFP

Penyelidik medis Wayne County telah melakukan otopsi pada ikon musik grunge ini dan mengatakan Chris tewas setelah gantung diri

JAKARTA, Indonesia – Chris Cornell, ikon musik grunge rock yang ternyata telah lama memerangi obat-obatan dan depresi ditemukan tewas usai gantung diri pada Rabu malam, 17 Mei, waktu Amerika Serikat setelah baru saja tampil di sebuah konser. Ia berusia 52 tahun.

Penyanyi yang hidupnya sempat membaik dalam dekade terakhir sejak menjauhi obat-obatan ini ditemukan tewas di kamar hotel MGM Grand Detroit, jelas polisi setempat.

Pemeriksa medis Wayne County telah melakukan otopsi pada hari Kamis, 18 Mei, dan mengumumkan penyebab kematiannya adalah karena gantung diri, jelas juru bicara, James Martinez.

Cornell langsung kembali ke kamar hotelnya setelah tampil di Detroit’s Fox Theatre bersama band nya, Soundgarden.

Ia menutup penampilannya dengan lagu Soundgarden Slaves and Bulldozers, namun menurut video rekaman fans, Cornell sempat menyelipkan lirik In My Time of Dying milik Led Zeppelin yang bicara soal kematian.

Akan tetapi Cornell sering menyanyikan medley itu sebelumnya dan ia tidak pernah menunjukkan tanda-tanda orang yang ingin bunuh diri. Soundgarden sendiri seharusnya dijadwalkan untuk melanjutkan tur mereka ke Columbus, Ohio, pada Jumat, 19 Mei.

Pernyataan dari sang agen menyebutkan istri Cornell, Vicky Karayiannis Cornell, dan seluruh anggota keluarganya sangat terkejut akan kematian Cornell yang tiba-tiba dan berterima kasih kepada fans atas cinta dan kesetiaan yang tidak ada habisnya.

Cornell, yang hanya mengikuti sedikit pelatihan vokal formal, memiki vocal range yang unik dan sangat jarang ditemukan di dunia musik, mulai dari bariton hingga tenor bernada tinggi dengan vibra yang menggetarkan.

Dengan rambut keriting panjangnya sambil bertelanjang dada, ia memamerkan kebolehan suaranya lewat lagu-lagu terkenal Soundgarden seperti Black Hole Sun.

Satu kematian lagi di musik grunge

Kematian Cornell menutup kembali satu halaman dalam musik grunge, sebuah subgenre yang berasal dari Seattle pada akhir 80an dan dicampur oleh musik punk rock dengan introspeksi suram.

Pentolan Nirvana, Kurt Cobain, yang memimpin bangkitnya musik grunge, ditemukan bunuh diri pada tahun 1994 dan penyanyi Stone Temple Pilots Scott Weiland meninggal di dalam bus turnya pada tahun 2015 karena overdosis.

Legenda pop Elton John mengaku dirinya shock dan sangat sedih atas kepergian Cornell dan memanggilnya sebagai “penyanyi dan penulis lagi hebat, dan juga lelaki yang terbaik”. 

Gitaris Led Zeppelin, Jimmy Page, menulis di akun Twitternya “RIP Chris Cornell. Sangat muda. Sangat berbakat. Sangat dirindukan.”

Soundgarden memiliki suara terberat dalam grunge dengan pengaruh heavy metal yang kuat meskipun Cornell mencantumkan The Beatles, band yang ia selalu dengarkan sejak kecil, sebagai band yang paling mempengaruhinya dalam bermusik.

Cornell, yang asli Seattle, telah berperang melawan candu obat-obatan dan depresi sepanjang hidupnya, bahkan ia pernah menghubungi majalah metal untuk mengkonfirmasi pembatalan konsernya lewat telepon umum di klinik rehabilitasi.

Pada wawancara tahun 1994, Cornell mengaku telah kecanduan obat-obatan sejak usia 13 tahun. Ia juga menyatakan dirinya sempat tak berbicara pada siapapun selama dua tahun pada masa remajanya.

Ia menemukan bakatnya di musik pertama kali sebagai drummer dan kemudian sebagai penyanyi dan gitaris bersama Kim Thayil dan Hiro Yamamoto untuk membentuk Soundgarden.

Lagu-lagu seperti Fell on Black Days dan The Day I Tried to Live disinggung sebagai lagu yang terinspirasi dari kehidupan kelamnya namun hal ini selalu dibantah olehnya.

Kesadaran dan energi kreatif

Selain Soundgarden, Cornell membentuk band-band yang mengawali musim grunge seperti Temple of The Dog dan Audioslave – supergrup dengan anggota seperti Rage Against the Machine.

Bersama Audioslave, Cornell mengambil sisi politik kiri dan pada tahun 2005 Audioslave menjadi band rock pertama yang tampil dalam konser besar di Cuba.

Cornell bersih dari obat-obatan sejak pertengahan 2000an dan ini menandakan kebangkitan energi kreatifnya. Soundgarden yang sempat bubar secara sengit pada 1997 memutuskan untuk kembali bersama. Cornell pun sempat meluncurkan beberapa album solo dan lagu utama untuk film James Bond, Casino Royale.

Ketika ditanya tentang masalahnya dengan obat-obatan, Cornell berpendapat bahwa masalah ini selalu diremehkan di kalangan orang-orang yang tidak terkenal.

Setelah kematian Weiland, Cornell mengatakan budaya selalu “bukan mendewakan tapi mengagungkan ‘seseorang yang mati’ (karena obat), tidak peduli apakah ia seorang pemusik atau aktor terkenal’.

Cornell meninggalkan 3 orang anak. Dua di antaranya berasal dari hubungannya dengan Karayiannis, seorang penerbit musik asal Yunani yang ia temui pertama kali di Paris.

Lagu terakhirnya The Promise adalah soundtrack untuk film Christian Bale dengan judul yang sama, tentang genosida Armenia, istilah yang ditolak oleh Turki.

One promise that always remains / No matter the price,” kata Cornell di lagu tersebut. “A promise to survive, persevere and thrive.” -dengan laporan AFP/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!