Yang harus dilakukan ketika kamu lebih pintar dari atasanmu

Jonathan Yabut

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Yang harus dilakukan ketika kamu lebih pintar dari atasanmu
Jadi menurutmu, kamu lebih pintar dari bosmu? Cermati beberapa tip di bawah ini untuk mengatasinya

JAKARTA, Indonesia – Kita semua menginginkan seorang bos atau atasan yang dapat dijadikan panutan, idola, dan membuat kita berbisik ke diri sendiri, “Aku ingin menjadi seperti dia!” karena  keahlian dan kapabilitas yang mereka miliki dalam bidang yang mereka kerjakan.

Tapi, apa jadinya bila kamu memiliki bos yang tidak sesuai harapan? Apa yang akan kamu lakukan? Haruskah kamu merebut kursi kepemimpinan dari bosmu? aAau membantu sang bos dengan kemampuan yang kamu miliki dalam memimpin tim?

Apa yang akan anda lakukan jika ternyata kamu lebih pandai dari bosmu? Berikut 4 tip untuk mengatasinya.

Pikirkan lagi baik-baik, apakah benar kamu lebih pintar dari bosmu?

Adalah sebuah hal yang alami jika kamu merasa percaya diri dan yakin bahwa kita adalah orang yang lebih pandai dibanding orang lain. Bisa saja, hal ini yang menyebabkan kamu merasa lebih pandai dari sang bos, padahal belum tentu begitu.

Sebelum kamu meremehkan bos, ada baiknya dipikirkan baik-baik terlebih dahulu. Apakah anggota tim yang lainnya akan setuju bahwa kamu lebih baik dari sang bos? Apa mereka juga setuju jika kamu bertukar posisi dengannya? Mungkin saja tidak.

Lihat ke cermin dan tanyakan pada dirimu: Apakah kamu lebih pandai dalam semua aspek kompetensi dibandingkan bos, atau hanya lebih baik dalam satu aspek saja? Mungkin kamu yang terhandal dalam soal marketing, tapi apa kamu paham soal manajemen tim dan punya kemampuan kepemimpinan yang baik? Kamu mungkin ahli dalam pemrosesan data perusahaan, tapi apa kamu juga paham untuk mengubah data tersebut menjadi sebuah rencana strategis dan peluang bisnis?

Faktanya, mungkin saja kemampuan yang kamu banggakan yang ada pada dirimu tidak dibutuhkan untuk menjalankan peran sebagai seorang bos. Kemungkinan terburuknya, mungkin saja kamu hanya seseorang yang kebetulan dibutuhkan untuk membantu sang bos dalam menjalankan proyek yang lebih besar lagi.

Seringkali, manager atau bos kamu punya kewajiban yang lebih banyak dari kamu karena dia punya kapabilitas yang lebih baik dibandingkan dirimu. Jadi kembali lagi, apakah benar kamu lebih pandai dari bosmu? 

Temukan satu hal yang kamu kagumi dari bosmu dan fokus pada hal itu

Sekarang kamu sudah mengakui bahwa bosmu punya kualitas yang melebihi dirimu sehingga ia diposisikan sebagai seorang bos. Fokuslah dalam mempelajari hal dan kemampuan yang menjadi kelebihan bos. Baik kemampuan kepemimpinan, perencanaan, pengambiilan keputusan strategis, membangun relasi, sifat teguh dan pekerja kerasnya, atau kemampuannya dalam mendorong sesorang untuk bekerja bersama dirinya. Pada umumnya, soft-skills seperti ini yang bisa kamu ambil sebagai pelajaran dari bos.

Atau jika kamu tidak bisa menemukan alasan yang bisa membuatmu kagum dengan bos, coba intip kehidupan dirinya sehari-hari. Kemungkinan besar kamu bisa menemukan alasan tersebut. 

Saya secara pribadi telah mencoba melakukan hal ini dan terbukti efektif untuk menanggulangi perasaan tidak suka pada atasan saya. Sebagai contoh, mungkin saja bosmu bisa dikatakan lamban dalam pekerjaannya, tapi barangkali dia sebenarnya adalah figur seorang ayah yang baik  yang senang meluangkan waktu bersama keluarganya di akhir pekan. Ketika kamu telah belajar untuk mengapresiasi hal yang baik dalam diri bosmu dibanding hal yang buruk, kamu akan cenderung lebih menghargai bosmu perihal pekerjaan yang dilakukannya.

Yang sudah terjadi, ya terjadilah. Jalani pekerjaanmu dengan semangat

Jadi kamu termasuk dalam jiwa-jiwa yang kurang beruntung karena memiliki bos yang tidak kompeten dan membuatmu frustasi. Lalu harus bagaimana?

Kamu harus paham bahwa hidup memang tidak adil. Tapi apakah kamu ingin membuat hidup yang memang sudah sulit ini menjadi lebih buruk lagi? Kamu tidak boleh membuat perasaan frustasi melunturkan semangat bekerja dan memaksamu untuk tidak maksimal dalam menjalankan pekerjaan. Kamu tentunya tidak mau menyia-nyiakan pekerjaan yang sudah sulit didapatkan, kan?

Ada pepatah mengatakan, “Sebuah cahaya akan terlihat lebih terang jika dikelilingi oleh kegelapan”. Anggaplah kondisi yang sekarang sebagai sebuah kesempatan  untuk menunjukan kemampuan terbaikmu. Tunjukkan ke orang-orang sekitar, bahwa walaupun ditempatkan dibawah orang yang tidak kompeten, kamu adalah seorang profesional yang mampu bekerja dalam kondisi seperti apapun. Tentunya bila seperti ini, citramu akan dipandang baik oleh rekan-rekan sekantor lainnya.

Bahkan, jika ternyata kamu orang yang bertanggung jawab dalam permasalahan kinerja tim, keberhasilan sang bos dalam mengatur dan mensukseskan pekerjaan tim akan dilihat sebagai kesuksesanmu juga. Selama kamu tetap mengerjakan hal yang menjadi tanggung jawabmu (walaupun ada beberapa atasan yang gemar mengklaim hasil kerja bawahannya), jangan terlalu khawatir kehilangan ‘image’.

Sekarang ini, banyak perusahaan akan mati-matian untuk menjaga pegawai-pegawai terbaiknya untuk tetap tinggal dan bekerja untuk perusahaan. Jadi seburuk apapun bosmu, tetaplah bekerja keras, penuh semangat, dan antusias. Banyak kejadian nyata dimana bos yang tidak kompeten pada akhirnya akan dipindahkan, mengundurkan diri, atau bahkan dipecat dari pekerjaannya. Hanya masalah waktu sebelum kondisi yang anda alami berangsur-angsur membaik.

Carilah mentor yang lain dan aktif belajar sendiri

Merasa frustasi adalah hal yang alami, jika keadaan di mana kamu seharusnya belajar dari bos, malah terjadi sebaliknya dimana kamu yang mengajarkan bos. Jika saya berada pada situasi ini, saya akan mencari mentor di departemen lain di mana saya bisa belajar dari dirinya. Jika rekan-rekan sekitar saya tidak memberikan masukan tentang performa saya, saya secara aktif untuk menanyakan pendapat mereka tentang cara dan hasil pekerjaan saya.

Saya pribadi seringkali bertanya pada rekan-rekan kantor mengenai pendapat mereka mengenai hal apa saja yang bisa membuat saya lebih baik dalam menjalankan pekerjaan. Dan pastinya, melakukan hal yang disarankan mereka.

Saya juga senang membaca artikel dan menonton berbagai sesi seminar mengenai manajemen (beberapa yang menjadi favorit saya adalah Harvard Business Review dan Freakonomics). Saya juga menonton puluhan video di YouTube, seperti video dari channel TED Talks, yang membicarakan hal serupa. Saya senang memotivasi diri sendiri.

Saya tidak berhenti dari pekerjaan saya, karena saya cinta pekerjaan ini – dan saya tidak akan membiarkan seorang atasan yang tidak kompeten menghalangi saya dan pekerjaan saya. Saya tidak akan membiarkan atasan saya mengambil kesempatan ini dari saya.

Saya menyadari bahwa saya sangat mungkin untuk bertahan pada kondisi di mana ada seorang bos yang lebih membutuhkan saya dibanding saya membutuhkan dirinya. Saya pernah berada pada kondisi seperti ini, yang menyadarkan saya bahwa nasib karier saya hanya ada di tangan saya sendiri. Gagal atau berhasilnya karier saya, hanya saya yang menentukan.

Pada akhirnya…

Ingatlah, bukan sebuah akhir dunia jika kamu berada pada kondisi di mana atasanmu menghambat perkembangan diri dan kariermu. Saat kamu membaca tulisan ini, ada ribuan pegawai sepertimu juga ‘jatuh’ ke lubang yang sama, tapi menolak berdiam diri dan tetap berusaha keras memanjat keluar. Jadilah seperti mereka.

Prosesnya mungkin sulit, melelahkan, dan tentunya membuat frustasi. Mulailah secara perlahan. Bantu bosmu mensukseskan pekerjaannya dan tim, fokus pada hal-hal pada dirinya yang patut diapresiasi, dan cari alternatif lainnya yang bisa kamu gunakan untuk belajar dan mengembangkan diri. Sekali lagi pahamilah, gagal atau berhasilnya kariermu, hanya kamu yang bisa menentukan. – Rappler.com

Jonathan Yabut, pemenang acara reality show, The Apperentice Asia, yang saat ini tengah bekerja sebagai Managing Director JY Ventures & Consultant, sebuah firma konsultasi perihal urusan pemasaran yang ia dirikan. Jonathan adalah seorang  pembicara di berbagai seminar motivasi dengan topik kepemimpinan, pengembangan diri pada pekerja Gen Y, dan manajemen karier pada lebih dari 500 perusahaan terkemuka. Ia juga seorang penulis buku yang mendapatkan penghargaan Best-Selling Southeast Asian’s 2015 dalam kategori buku motivasi: From Grit to Great. Kunjungi juga laman Facebook fanpage-nya di sini.

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!