What's the Big Idea series

Kencan pertama, siapa yang bayar?

Yetta Tondang

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kencan pertama, siapa yang bayar?
Siapa yang seharusnya membayar saat kencan pertama, laki-laki, perempuan atau dibagi rata?

JAKARTA, Indonesia – Salah satu momen spesial yang ditunggu-tunggu dua insan yang tengah dilanda asmara adalah kencan pertama. Setelah masa pendekatan, akhirnya waktu yang ditentukan untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama untuk kali pertama pun datang.

Setelah menentukan waktu dan lokasi, kamu dan si dia akhirnya bertemu dan melewati kencan pertama yang sangat penting untuk kelangsungan hubungan kalian ke depannya.

Kencan pertama bisa dilakukan di banyak tempat dengan aktivitas beragam. Tapi salah satu yang paling disarankan adalah duduk berdua dan berbincang satu sama lain. Dan lokasi yang tepat untuk itu adalah kafe atau restoran. Dengan begini, kalian memiliki lebih banyak waktu intens untuk bertukar pendapat dan mencari tahu satu sama lain.

Tapi pertanyaannya, setelah kencan berjalan, siapa yang akan membayar tagihannya?

Bukan bermaksud atau bersikap materialistis, tapi terkadang ini menjadi pertanyaan penting. Karena bagaimanapun ini adalah kencan pertama, di mana mungkin kamu dan si dia belum terlalu memahami latar belakang atau kebiasaan masing-masing.

Menurut Razi Thalib, Founder dan CEO Setipe.com, perkara siapa yang harus membayar tagihan saat kencan pertama jadi salah satu yang sering didiskusikan banyak orang. Tapi sebenarnya, kuncinya ada di kompromi.

“Sebenarnya tergantung. Karena zaman sekarang ada juga perempuan yang tidak mau terima begitu saja kalau pria yang membayar tagihan semuanya,” ujar Razi saat ditemui di Media Gathering Pernikahan Lunch Actually dan Setipe.com beberapa saat lalu.

“Kalau kencannya oke dan prianya yang ngajak, pria yang harus bayar,” kata Razi. Tapi bukan berarti sebagai perempuan tidak bisa berperan serta. Tak ada salahnya bagi perempuan untuk menawarkan untuk membayar, meski sebagian.

“Perempuan tetap bisa offer (membayar). Kalaupun pria memaksa untuk membayar, maka bisa dicari alternatif lain. Misalnya, membiarkan pria untuk membayar makanan di restoran. Tapi setelah dari restoran kalian ingin berlanjut, mungkin bisa nongkrong di coffee shop dan perempuannya bisa gantian membayar.”

Yang penting, sejak awal semua sudah dikompromikan. Jangan takut, malu atau segan. Karena bagaimana pun juga, ini akan menjadi momen yang tepat juga untuk mempelajari kebiasaan si dia. -Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!