SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia —Tidak ada kota yang tidak memiliki kisah sejarah, tapi tidak semua kota menghargai sejarahnya sendiri. Saya selalu tertarik kembali ke Seoul, dengan banyak istana tua berusia ratusan tahun di tengah gedung-gedung pencakar langit yang modern. Seperti ingin bercerita bahwa jangan pernah melupakan sejarah.
Jika kamu menyukai perpaduan sejarah dan modernisasi di ibukota Korea Selatan, Seoul, maka kemungkinan besar kamu juga akan menikmati kota Suwon, lokasi bersejarah yang bisa dicapai hanya dengan perjalanan singkat menaiki subway dari Seoul.
Sekilas tentang Suwon
Provinsi Gyeonggi mengelilingi Seoul, ibukota Korea Selatan. Nama “Gyeonggi: sendiri berarti “area yang mengelilingi ibukota”. Sementara Suwon adalah ibukota dari Provinsi Gyeonggi.
Di akhir tahun 1700-an, Raja Jeongjo menggagas sebuah proyek untuk mengembalikan kehormatan ayahnya, Putra Mahkota Sado. Dia dieksekusi atas perintah kakek Raja Jeongjo setelah laporan soal perlakuan kasar dan kejam yang sering dilakukannya. Hingga saat ini, para cendekiawan masih mendebatkan apakah Putera Mahkota menderita gangguan mental atau adalah korban dari lawan politiknya.
Raja Jeongjo kemudian memindahkan makan ayahnya ke Suwon, dikellingi benteng yang melingkupi seluruh area kota dan berusaha membuat ibukota kerajaan di sana. Ibunya, Lady Hyegyeong, akhirnya diizinkan mengunjungi makam suaminya.
Yang bisa dilakukan di Suwon
- Hiking di sepanjang Benteng Hwaseong (UNESCO World Heritage Site)
Walaupun Raja Jeongjo pada akhirnya tidak berhasil menjadikan Suwon sebagai ibukota kerajaannya, namun Suwon menjadi satu-satunya kota yang bertembol di seluruh Korea Selatan. Saat ini, benteng dengan panjang 5,7 kilometer terbentang dan jadi destinasi wisata bagi turis. Warga lokal juga kerap datang ke sini untuk berolahraga.
Jalur hiking di sini dimulai dengan deretan tangga yang cukup melelahkan. Namun setelah melewati tangga tersebut, kamu bisa menikmati hembusan angin sambil berjalan di tas kota. Sepanjang rute, ada tanda yang memberi informasi tentang arsitektur dan teknik yang menjadikan Hwaseong sebagai benteng paling inovatif saat itu.
Jangan lupa mengamati gerbang ganda Janganmun, salah satu bagian dari rencana Raja Jeongjo untuk menjadikan Suwon sebagai ibukota. Hingga saat ini, Janganmun jadi gerbang ganda terbesar di Korea Selatan. Kamu juga bisa mampir di Hwaseong Haenggung, istana sementara yang selalu digunakan untuk kunjungan kerajaan.
Harga tiket masuk: 2,000 KRW (Rp 24,000) untuk dewasa, 700 KRW (Rp 8,400) untuk remaja dan 500 KRW (Rp 6,000) untuk anak-anak.
- Mengisi perut dengan hidangan khas Suwon
Hidangan khas Suwon bukan hanya satu jenis saja tapi banyak hidangan dari galbi (daging iga). Ketika kamu tiba di Hwanghomun, benteng bagian utara dengan gerbang yang dilengkapi 7 lengkungan, kamu sudah tiba separuh perjalanan dari keseluruhan rute hiking. Yeonpo Galbi jadi tempat istirahat yang cocok, berlokasi di sebelah gerbang.
Jangan lupa mencoba hidangan galbi jeongsik (20,000 KRW atau Rp 240,000 per orang), satu set hidangan galbi berbumbu yang dibakar di meja, ditambah daging, soybean stew, salad, dan sajian hidangan pelengkap (banchan).
Jika masih merasa lapar, kamu bisa memesan galbi-tang, hidangan berkuah dengan bahan galbi, bawang, lobak dan mie.
- Mengunjungi Suwon Hwaseong Museum
Jika kamu berencana menghabiskan waktu seharian di Suwon dan makan siang di Yeonpo Galbi, tunda sejenak proses hiking dan ambil waktu 5 menit berjalan ke Suwon Hwaseong Museum.
Museum yang sangat detail ini menghidupkan benteng dengan diorama berwarna yang menunjukkan bagaimana proses pembangunan benteng dan bagaimana hidup sehari-hari di dalamnya. Ada juga beberapa replikas pedang dan busur panah yang digunakan tentara militer Dinasti Joseon.
Harga tiket masuk: 2,000 KRW (Rp 24,000) untuk dewasa, 1,000 KRW (Rp 12,000) untuk remaja dan gratis untuk anak-anak dan lansia. Panduan audio dalam bahasa Inggris, Mandarin dan Jepang tersedia gratis.
- Memanah tradisional
Jika kamu berniat melanjutkan hiking di sepanjang benteng, maka kamu akan bertemu lokasi pristirahatan selanjutnya, Yeonmudai Post. Aslinya, lokasi ini adalah tempat berlatih para prajurit pedang, pemanah dan prajurit tombak. Sekarang, area berumput hijau ini jadi arena memanah. Kamu bisa mencoba memanah dengan busur panah tradisional.
Harga aktivitas: 2,000 KRW atau Rp 24,000 untuk 10 anak panah.
Waktu terbaik untuk bepergian
Sebaiknya rencanakan perjalananmu saat musim semi hingga musim gugur (Mei hingga November), saat gelaran Suwon Hwaseong Cultural Festival diadakan setiap tahun. Taman akan dibuka di musim dingin, meski cuaca dan salju akan membuat proses hiking lebih berat.
Jadwalkan perjalananmu agar bisa tiba di Suwon pukul 09:00 pagi jika kamu ingin memaksimalkan satu hari di sini. Akan butuh waktu seharian untuk mendaki benteng dan mengunjungi museum dengan santai. Jika waktumu sempit, cukup berjalan ke Hwahongmun Gate, makan siang, berkunjung ke museum dan tidak usah melanjutkan hiking. Kamu bisa menyelesaikan semuanya tepat jam 14:00.
How to get there
-
Suwon hanya berjarak 30 kilometer dari Seoul. Kamu bisa naik subway ke Suwon Station (Line 1). Ingat bahwa mungkin jalur subway bisa saja berubah, jadi terus perhatikan jadwal dan tanda-tanda pengumuman yang ada. Kamu harusnya naik subway yang menuju Suwon atau Sinchang. Perjalanan akan ditempuh selama satu jam dan ini adalah cara termudah dan termurah menuju Suwon.
-
Sebagai alternatif, kamu bisa naik kereta non-stop Nooriro ke Suwon yang bisa ditempuh dalam waktu 40 menit dengan kursi yang lebih nyaman. Pergilah ke Seoul Station (Line 1) dan cari loket penjualan tiket KoRail di lantai dasar. Tiket ke Suwon seharga 2,700 KRW atau Rp 32,400.
-
Ada terminal bus di depan stasiun Suwon, begitu juga dengan Tourist Information Center. Staf yang bisa berbahasa Inggris bisa memberimu peta benteng, rekomendasi jalur pendakian, memberikan petunjuk soal bus mana yang harus kamu naiki dan banyak lagi.
—Rappler.com
Ceej Tantengco adalah reporter lapangan NCAA, produser televisi dan penulis essai pemenang 3 Palanca Award. Sebagai penggiat kampanye kesetaraan gender di media olahraga, ia kerap mengunjungi sekolah-sekolah untuk berdiskusi soal bagaimana menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk atlet perempuan dan jurnalis olahraga perempuan. Ikuti perjalanannya di Twitter, Facebook, dan Instagram.
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.