Misteri rambut gimbal anak-anak Wonosobo

Irma Mufilikhah

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Misteri rambut gimbal anak-anak Wonosobo
11 anak berambut gimbal menjalani ruwatan di Telaga Menjer Wonosobo

WONOSOBO, Indonesia – Sebanyak 11 anak berambut gimbal di Kabupaten Wonosobo menjalani ruwatan di telaga Menjer, Garung,  Wonosobo, Jawa Tengah, pada rangkaian Festival Menjer, Sabtu 29 Juli 2017.

Sebelum menjalani ritual cukuran tersebut, anak-anak yang berusia antara 5 hingga 6 tahun itu diarak berkeliling desa untuk menjalani prosesi kirab dengan berjalan kaki. Mereka dikawal dengan sejumlah orang berpakaian prajurit Jawa. 

Perjalanan kirab berakhir di panggung yang ditata di sisi telaga.  Seorang pemuka adat duduk bersila menghadap sesaji. Di antara sesaji, dupa menyala hingga menyebarkan asap wangi. Bibir sang pemuka komat kamit melafalkan matra untuk mengawali ritual. 

Satu persatu anak gimbal dipanggil. Mereka didudukkan di sebuah kursi bewarna emas yang ditata membelakangi panggung. Bupati Wonosobo Eko Purnomo mendapat kesempatan untuk mencukur anak gimbal itu, dibantu pemangku adat dengan alat cukur gunting dan sisir.  

Mereka butuh waktu agak lama untuk mencukur rambut  bocah yang memiliki rambut gimbal tebal.  Sebaliknya, hanya butuh sekali gunting untuk bocah yang memiliki sedikit gimbal pada rambutnya. 

Kebanyakan bocah berambut gimbal itu tenang saat dicukur. Namun ada beberapa bocah yang menangis keras dan berontak saat gimbalnya dicukur.  

Sebelum dilakukan pencukuran, orang tua telah lebih dulu memenuhi permintaan anak mereka. Permintaan anak-anak berambut gimbal itu beragam. Tak melulu barang berharga, namun mengarah pada hal unik yang sulit dicerna nalar. 

Nurhayati (6), bocah asal Kecamatan Sapuran Wonosobo, hanya meminta sebuah boneka yang akhirnya terpenuhi. Sementara Kevi Sabrina (5) dari Kecamatan Kertek Wonosobo mengajukan permintaan kue ulang tahun lengkap dengan baju pestanya. 

Adapun Naili Zahra (6), bocah asal Kecamatan Garung Wonosobo, meminta dibelikan sebuah boneka barbie dan jeruk sebanyak 28 buah. Anak gimbal lainnya, Sisi Lausiyah (5) asal Kecamatan Kertek, meminta dibelikan sepeda mini. 

Permintaan Indha Nuraini (6), bocah asal Kecamatan Garung, agak banyak dan lebih mahal dari lainnya. Ia meminta sandal, rok dan kulkas. Sementara seorang bocah gimbal lainnya hanya meminta tahu dan tempe Kemul sebanyak tiga potong. Ada juga yang meminta sepasang sepatu hak tinggi dan baju artis. 

Usai prosesi pencukuran, rambut gimbal yang telah dipotong itu tidak dibuang begitu saja. Rambut yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam kendi yang terbuat dari tanah. 

Pemangku adat beserta kelompoknya mengarak kendi berisi potongan rambut gimbal itu menuju telaga. Mereka menaiki perahu getek berbahan bambu menuju tengah telaga. Sesampai di tengah telaga, sesepuh adat menyiapkan sesaji dan menyalakan dupa. Ia juga melafalkan mantra menghadap kendi.  

Ia kemudian melarung kendi itu ke permukaan air telaga yang mengalir tenang. Ia menyebar kembang berbagai rupa ke air yang bergelombang tipis. 

Awal mula rambut gimbal

Slamet, warga Kecamatan Garung Wonosobo, awalnya mengira putri kecilnya, Naili Zahra (6), menderita panas biasa. Saat itu Zahra berusia 4,5 tahun. Tubuhnya mendadak panas. Badannya gemetar. Saat itu juga, bocah itu juga tiba-tiba ngomel tak jelas seperti orang kesurupan. 

Sesaat kemudian, sebagian rambut anaknya yang semula lurus tiba-tiba menggumpal seperti kena perekat. Slamet lantas membawa anaknya ke dokter. Dokter mendiagnosa anaknya hanya mengalami panas biasa. Sayangnya, dokter tak mampu menjelaskan musabab rambut anaknya menjadi gimbal. 

Karena tak mendapatkan jawaban medis, Slamet membawa anaknya ke orang pintar. Dari situ, ia memperoleh jawaban. Anaknya disebut telah mengalami kejadian supranatural. 

Anaknya tengah mengalami gejala tumbuh rambut gimbal. Ia pun diminta untuk merawat anaknya dan mengabulkan permintaan anaknya agar rambut gimbal itu tak tumbuh lagi. 

Slamet kini telah memenuhi permintaan anaknya berupa boneka barbie dan 28 buah jeruk. Ia lalu mengikutkan anaknya dalam ruwatan masal di Telaga Menjer bersama anak gimbal lain. 

Di rumah, Slamet juga mengadakan selamatan sebagai prasyarat ritual pencukuran rambut gimbal anaknya. Slamet pun merasa lega kewajibannya terlaksana.  “Harapannya gak tumbuh lagi rambut gimbalnya dan bisa jadi anak yang berguna kelak,” katanya

Legenda Kyai Kolodete 

Fenomena anak gimbal di dataran tinggi Wonosobo hingga Dieng itu tak lepas dari legenda Kyai Kolodete. 

Sesepuh Adat Wonosobo Sarno Kusnandar menuturkan, sebagian masyarakat mempercayai, bocah-bocah berambut gimbal di dataran tinggi Wonosobo dan Banjarnegara merupakan titisan Kyai Kolodete. Kolodete dipercaya masyarakat lokal sebagai cikal bakal atau pendiri Wonosobo, atau Danyang dalam istilah Jawa. 

Kyai Kolodete disebutnya memiliki rambut gimbal yang memenuhi atas kepalanya. Dalam menjalankan tugasnya saat itu, Kolodete ternyata cukup repot dengan keberadaan rambut gimbalnya yang membebani kepalanya. Kolodete akhirnya menitipkan rambut gimbalnya itu ke anak turunnya hingga sekarang.

“Saya tidak tahu sampai kapan rambut gimbal ini akan terus muncul pada anak-anak. Populasinya sudah banyak tersebar di berbagai desa,”katanya

Kendati demikian, Sarno enggan menyebut kemunculan rambut gimbal pada sebagian bocah di Wonosobo itu adalah kutukan. Tumbuhnya rambut gimbal pada anak itu justru disebutnya anugerah karena memperoleh titipan dari Kyai Kolodete. 

“Anak-anak gimbal itu kesayangan Kyai Kolodete karena dititili rambutnya,”katanya, Sabtu 29 Juli 2017. Karena keistimewaan itu, kata Sarno, permintaan bocah gimbal itu harus dipenuhi orang tua.

Sebab sangat mungkin permintaan itu bukan keinginan sang anak, melainkan permintaan Kyai Kolodete yang menjadikan anak tersebut sebagai perantara. “Karena titipan ya harus dikembalikan melalui ritual,”katanya

Pencukuran rambut anak gimbal menurut Sarno tak bisa dilakukan sembarangan, melainkan harus melalui prosesi ruwatan, baik dilakukan oleh orang tua sendiri atau pemangku adat. 

Ada prasyarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan  ruwatan. Orang tua harus memenuhi permintaan khusus yang diajukan sang anak. Selanjutnya, orang tua mengadakan selamatan dengan ubo rampe di antaranya berupa nasi tumpeng Robyong dan jajan pasar. 

“Jika syarat itu tidak dipenuhi, rambut gimbal biasanya akan tumbuh lagi,”katanya. 

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!