Tanggung jawab moral Tika Bravani di film ‘Nyai Ahmad Dahlan’

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tanggung jawab moral Tika Bravani di film ‘Nyai Ahmad Dahlan’
Selama 3 bulan, Tika Bravani melakukan observasi dan riset mendalam demi memerankan tokoh Nyai Ahmad Dahlan

JAKARTA, Indonesia —Sosok aktris Tika Bravani tampaknya tidak asing dengan produksi film bertema sejarah Indonesia. Setelah sebelumnya sukses berperan sebagai Fatmawati di film Soekarno, kini perempuan berusia 27 tahun ini siap menjajal akting di film Nyai Ahmad Dahlan produksi Iras Film.

Sebagai pemeran utama, Tika akan berperan sebagai tokoh Nyai Ahmad Dahlan, tokoh emansipasi perempuan sekaligus istri dari pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan.

Demi mempersiapkan diri berakting sebagai Nyai Ahmad Dahlan, Tika pun rajin membaca buku sejarah seputar kehidupan Nyai Ahmad Dahlan. “Perempuan zaman dulu segitunya banget meskipun memang Kartini dan Nyai Ahmad Dahlan berbeda keluarga tapi mereka punya napas perjuangan sama, memperjuangkan hak perempuan,” ujar Tika yang ditemui pekan lalu saat press conference film Nyai Ahmad Dahlan di Iras Film, Mampang, Jakarta Selatan.

Mereka (kaum perempuan) dulu sangat terbatas. Mulai bicara sama orang lain, keluar rumah. Mengenyam pendidikan kalau keluarga Kauman kan cuma bisa ngaji tapi untuk sekolah enggak bisa, belajar matematika dan lain-lain gitu. Padahal kan perempuan madrasah bagi anak-anaknya.”

Tika beruntung bisa memerankan Nyai Ahmad Dahlan karena ia semakin paham dan mengerti posisi perempuan dalam keluarga dan masyarakat. “Menurut aku perempuan masa kini itu mesti ingat perjuangan Nyai dulu. Sebagai istri dan ibu sangat menginspirasi sekali. Beliau mulai madrasah dari anak-anaknya, mendukung perjuangan suami. Ibarat tangan, suami tangan kanan dia tangan kirinya. Dia berusaha untuk keluarga dari zona nyamannya sebagai perempuan.”

Memerankan tokoh yang hidup di zaman tahun 1800-an tentu tak mudah. Apalagi di film ini Tika memerankan Nyai Ahmad Dahlan dalam 3 fase kehidupan yang berbeda. “Ibaratnya mengeluarkan emosi di umur 50 tahun seperti apa dan beda saat remaja. Dimensinya beda dan banyak yang harus saya perhatikan. Saya berusaha sebisa mungkin.”

Tika mengakui, berat untuk berperan sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Bahkan lebih berat dari perannya sebagai Fatmawati. “Karena Fatmawati itu bukan tokoh sentral itu fase umur 21 sampai 23 dan enggak semenantang ini. Ini kan tokoh sentral saya memainkan tokoh sepuh dan lawan main saya itu lebih tua dari saya. Nah, saya harus bisa lebih baik dari dia,” ujar istri Dhimas Aditya ini.

Berbekal bahan dari buku dan rekonstruksi logika dan brainstorming dari data sejarah yang ada, Tika mencoba kemampuan aktingnya yang maksimal di film ini. “Kemarin sekitar 3 bulan saya observasi itu benar-benar intens,” cerita Tika yang mengaku tidak mengkhususkan diri terlibat di film biopik.

“Enggak sih, sebenarnya film saya bukan biopik banyak. Tapi mereka kenal saya di biopik yang pertama jadinya yang datang berikutnya ada yang lebih banyak dari ini. Kartini saya ditawari tapi saya tolak, datang Nyai Ahmad Dahlan ini kenapa saya ambil saya baru tahu seberapa hebat beliau setelah saya baca-baca. Saya pikir ini film baik dan bagus, saya mau jadi bagian film ini.” —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!