Olympics

Apa perbedaan antara pekerja keras dengan penggila kerja?

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Apa perbedaan antara pekerja keras dengan penggila kerja?
Dua tipe pekerja ini lazim kamu temui di kantor mana pun

JAKARTA, Indonesia – Penggila kerja dan pekerja keras. Mungkin kamu mengenal keduanya ada di kantor.

Mereka yang menghabiskan waktu berjam-jam di meja kerja. Mereka sering lembur.

Terkadang, mereka mengabaikan keluarga, waktu, bahkan kesehatan fisik dan mental sendiri. Tapi, apa perbedaan di antara mereka berdua. Berikut perbandingan antara si penggila kerja dan pekerja keras:

Distribusi Energi

Pekerja keras terlihat dari cara mereka berusaha. Distribusi energinya para pekerja keras akan menciptakan ritme dan kecepatan kerja berkelanjutan jangka panjang.

Pekerja keras selalu mengharapkan hasil bagus dari kerja mereka. Ketika merasa usahanya sia-sia atau memprediksi kegagalan selama proses kerja berlangsung, mereka akan beralih ke proyek lain yang lebih mungkin mendatangkan hasil positif.

Sementara, seorang penggila kerja, hanya bekerja tidak peduli apa pun. Mereka mendedikasikan waktu dan energi yang terlalu tinggi untuk mencari pekerjaan baru daripada membuat pekerjaan efektif dan efisien. Mereka merasa bahwa jika tidak sibuk, nilainya di perusahaan terjatuh, yang pada akhirnya merupakan tanda ketidakpercayaan dan devaluasi diri.

Proaktif VS reaktif

Seorang pekerja keras umumnya punya rencana harian. Sebagian waktu mereka sudah terisi oleh jadwal penyelesaian tugas atau meeting.

Hanya sedikit waktu yang disiapkan untuk kejadian tak terduga. Mereka proaktif dan akan menyelesaikan pekerjaan di depan mata terlebih dahulu.

Misalnya, ketika hendak membuka email, tiba-tiba bos memanggil dan memintanya menyelesaikan satu tugas. Maka, pekerja keras akan menyelesaikan tugas bos terlebih dahulu. Sementara surat elektronik bisa menungu.

Sementara, penggila kerja melakukan hal yang sebaliknya. Mereka membiarkan akses terbuka untuk semua orang. Mereka tidak mengatur dan mendistribusikan waktu sesuai keinginan.

Mereka membiarkan orang lain memberi tugas, meminta bantuan dan meminta saran. Jadi, siapa pun bisa saja menyela pekerjan mereka. Permintaan justru malah tetap diladeni.

Hal ini perlahan-lahan akan menghabiskan, memaksa penggila kerja bekerja berjam-jam. Pada akhirnya mereka tidak bisa memenuhi tenggat waktu yang ditentukan.

Penghargaan diri VS keraguan diri

Pecandu kerja sering meragukan kemampuan diri dan nilai mereka bagi perusahaan. Sedangkan pekerja keras selalu mengetahui betapa berharganya dirinya bagi perusahaan.

Ketika ada perusahaan yang membebaskan karyawannya dalam bekerja tanpa batasan waktu, batasan cuti, maka pekerja keras akan unggul. Sebab, pekerja keras punya target pribadi yang harus dicapai. Sementara penggila kerja mungkin mengalami kesulitan dalam menghadapi budaya perusahaan yang menuntut karya kreatif, inovatif, dan berorientasi hasil.

Permainan “mencari muka” di hadapan atasan

Pekerja keras dan penggila kerja akan tampak rajin di mata atasan. Tapi, pekerja keras tahu caranya memainkan permainan “mencari muka”.

Mereka tahu kapan waktunya untuk menunjukkan diri. Pada proyek-proyek unggulan, mereka akan bekerja lebih keras lagi dan menunjukkan hasil terbaik.

Sementara, penggila kerja yang tidak mengenal strategi dan hanya tahu cara bekerja akan kesulitan ketika ada pekerjaan tambahan. Mereka akan kelelahan jika beban kerja melebihi kemampuan kognitif ataupun fisik.

Jadi, kalau ada proyek baru yang seharusnya bisa membuat para penggila kerja menonjolkan diri di hadapan atasan, mereka tidak bisa menanganinya. Penyebabnya karena pekerjaan mereka sudah terlalu banyak. – Rappler.com

Artikel ini sebelumnya sudah pernah diterbitkan di situs www.qerja.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!