Bincang Mantan: Cara merebut hati calon mertua

Adelia Putri, Bisma Aditya

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bincang Mantan: Cara merebut hati calon mertua
Ada calon mertua yang luluh dengan obrolan canggih keadaan pasar saham hari ini, ada yang luluh dengan martabak keju, ada juga yang tidak bisa luluh sama sekali

JAKARTA, Indonesia —Kedua penulis kolom Bincang Mantan adalah antitesa pepatah yang mengatakan kalau sepasang bekas kekasih tidak bisa menjadi teman baik. Di kolom ini, Adelia dan Bisma akan berbagi pendapat mengenai hal-hal acak, mulai dari hubungan pria-wanita hingga (mungkin) masalah serius.

Bisma : It’s the little things that matter most

Dari dulu memang kisah ketidaksukaan calon mertua (camer) ke calon mantunya selalu asik untuk dibahas, dan ini berlaku di seluruh dunia. Buktinya, coba deh cek dari zamannya telenovela Meksiko Rosalinda (1999), sinetron Indonesia Intan (2006), sampe drama Turki Elif (2014), semuanya ngebahas tentang betapa sulitnya dapetin hati camer. Beda benua, beda era, tapi isunya sama. Jadi sebetulnya apa sih yang para camer mau dari calon mantunya? 

Oh, iya sebelumnya, kita tidak bahas soal agama, kekayaan, fisik, pendidikan, dan faktor lain yang sudah sulit diubah ya. Selain camer biasanya udah punya kriteria saklek soal itu yang sulit dinego, kondisinya sudah its either you have those qualities, or not. Bayangin kalau saya bilang “Semua camer suka orang good looking, maka dari itu buatlah diri kalian tampan!” susah juga kan mengubahnya?

Makanya bahasan kita lebih ke hal kecil yang menurut saya bisa menafikan kriteria di atas yang enggak kita bahas itu. Ada tiga hal kecil yang bisa kita lakukan.

Yang pertama adalah, salim!! Kalau main ke rumah pacar, jangan langsung duduk atau buka kulkas. Cari orang tuanya dan salim dengan sopan. Say hi, tanya kabar, ngobrol sedikit. Enggak sampai semenit kok prosesnya. Salim adalah bukti bahwa kita sopan dan segan ke orang tua. Ini adalah bukti kalau kita mengerti tata krama, dan calon mertua mana yang enggak mau punya menantu yang punya sopan santun? 

Tip itu saya dapat dari banyak sumber termasuk interview saya dengan ibu yang punya anak perempuan, berarti cukup valid ya tipnya. Mungkin kalau dulu pas Rosalinda pertama kali ketemu sama Nyonya Valeria Altamirano Del Castillo dia langsung salim, dia bisa langsung dapet restu kali ya. 

Yang kedua, tunjukkan kalau kamu orang yang bertanggung jawab. Kalau mau ajak pacar jalan, jemputlah dari rumah. Izin baik-baik sama orang tuanya. Kalau orang tuanya enggak ada di rumah, ada lho teknologi yang namanya handphone. Terus pas pulang, ketemu lagi sama orang tuanya untuk laporan bahwa kita sudah antar anaknya pulang dengan selamat. Simple sih, tapi dengan begini kamu seakan bilang “Om Tante tenang aja, anaknya aman sama aku”. Beuh!!

Seharusnya semua cowok mengerti hal ini sih (yang enggak ngerti mending cek ke dokter deh pasti ada kesalahan). It’s just a basic manner. Menurut Rizky Adriyani yang saya wawancara, bentuk tanggung jawab macam itu tuh semacam preview untuk orang tua dari bagaimana kamu akan perlakuin pasangan ketika sudah menikah nanti. Kalau dari pacaran aja enggak bertanggung jawab, gimana nanti pas sudah menikah? Mana ada orang tua yang mau anaknya disia-siain?

(Please siapapun yang sudah baca tulisan ini, apalagi cowok, jangan sampe jadi orang yang ajak jalan anak orang diam-diam, terus ajak ketemuannya di mal, mulangin cuma sampai pagar. Itu koran apa anak orang cuma ditinggal di pagar rumah? Abang gojek atau JNE aja kalau antar barang harus ada yang nerima kan?).

Yang ketiga, hargailah dirimu sendiri sebelum kamu minta untuk dihargai. Tunjukkan kalau kamu memang punya arah, tujuan, dan kemauan untuk menjalani hidup. Kamu diciptakan Tuhan bukan cuma untuk lulus kuliah, terus main game dan jalanin hobi yang enggak jelas arahnya. Hargai kodrat kamu sebagai mahluk Tuhan yang katanya paling sempurna. Jangan sampai pas ditanya kamu mau jadi apa, jawabannya “Yah, jalanin aja”. Please, dude apa bedanya kamu sama ikan mas koki?

Jangankan cita-cita umum seperti dokter atau pengacara, misal kamu mau jadi pelawak pun kalau memang itu yang kamu mau dan memang ada langkah konkret menuju sana, go for it. Yang camer mau adalah anaknya end up dengan orang yang punya arah, bukan orang luntang-lantung. 

Untuk mastiin bahwa memang tiga hal di atas itu penting, coba deh sekarang, put yourself in their shoes. Kamu punya anak, terus dia bawa pacarnya ke rumah. Pacarnya punya tata krama, bertanggung jawab, dan punya tujuan hidup. Meski dia enggak ganteng-ganteng amat dan bukan anak konglomerat, kamu akan luluh kan?

Bandingin kalau yang datang ganteng, kaya, tapi cuma anter jemput anaknya di pagar, terus pas ditanya mau jadi apa jawabannya “Saya seperti air Om, mengikuti arus”. Malas lah. Air kan kalau ngalir terus lama-lama masuk comberan, ketemu tikus mati. Amit-amit.

Goodluck and you’re welcome bro!!

Adelia: Just be yourself, but a better version of it

Kalau Bisma sudah jelasin panjang lebar tip-tip dari dia, saya sih cuma mau kasih nasihat simpel: just be yourself, but better. Ibarat lipstik nude, warna terbaik buatmu ya your lips but better. Just highlight your best qualities but don’t force something you are not. Simpelnya: ya manis-manis dikit lah, shay!

Mengambil hati orang baru memang butuh senyum ekstra, basa-basi ekstra, dan usaha ekstra. Saya tahu ini tidak gampang buat orang yang introvert atau memang tidak bisa basa-basi, tapi ya apa mau dikata? Memang butuh kan? Kalau cocok, lama-lama nanti juga tidak akan terasa seperti “usaha” lagi. Tapi semua memang butuh waktu untuk adaptasi.

Tapi ya, berdasarkan pengalaman (dan curhatan orang plus sinetron), lebih mudah buat laki-laki masuk ke keluarga pasangannya daripada sebaliknya. Kenapa ya?

Oke, kembali ke topik. Buat saya, merebut hati orang tua pasangan harusnya tidak perlu susah-susah. Bukankah pasanganmu itu manifestasi dari sifat-sifat orang tuanya? Jadi harusnya kamu sudah cukup familiar dengan sikap mereka, kan?

Tapi ya itu. Ada beberapa hal dan beberapa orang yang tidak bisa berubah. Ada beberapa ketidaksukaan yang tidak bisa berubah, apalagi kalau sudah bawa agama, status sosial, dan perbedaan suku (dan namanya juga orang “dulu”, mereka tidak seterbuka generasi muda kalau menyangkut perbedaan-perbedaan).

Iya, memang ada beberapa cerita yang akhirnya berbuah manis: pernikahan beda agama yang akhirnya direstui setelah ada cucu, pernikahan beda suku yang akhirnya bisa berjalan setelah pemberian marga baru, dan lain-lain. Tapi yang gagal juga banyak. Sahabat saya sendiri mengakhiri hubungan tahunannya setelah akhirnya sadar pasangannya tidak akan pernah klop dengan ibunya. Ada yang akhirnya menikah tapi drama mertua-menantu tetap berlanjut hingga salah satu dari mereka meninggal. 

Mau semanis apapun kamu, mau bawa makanan apapun kamu, ada beberapa orang yang memang tidak bisa mengatasi ketidaksukaannya itu dan sayangnya, that’s the world we have to live in. 

Terserah kamu kalau kamu mau mengupayakan segala macam cara agar disukai. Terserah kamu kalau mau susah selama itu (dan rela keluarga kecilmu nanti terpengaruh ketegangan antara kamu dan mertua). Yah, namanya juga orang jatuh cinta, mau dinasehati kayak apa juga enggak bakal ngaruh.

Tapi buat saya, kalau sudah sulit, mungkin itu pertanda kalau belum jodoh. Dulu ada yang pernah menasihati saya, “Kalau memang jalannya pasti akan dimudahkan, kok” dan satu lagi menasihati saya “Sesayang-sayangnya gue sama orang lain, gue lebih sayang sama diri sendiri”. 

Pada akhirnya, saya enggak punya tip berarti, karena toh saya kasih wejangan pun belum tentu cocok. Setiap orang tua punya keunikannya masing-masing: ada yang luluh dengan obrolan canggih keadaan pasar saham hari ini, ada yang luluh dengan martabak keju, ada juga yang tidak bisa luluh sama sekali. 

Pesan saya sederhana: don’t forget to put yourself first dan jangan terlalu memaksakan sesuatu yang tidak bisa dipaksakan. 

Ingat, kalau hubungan kalian maju ke arah yang lebih serius, kamu tidak akan bisa lepas dari keluarga pasanganmu, dan hal-hal yang jadi masalah sekarang, kemungkinan besar akan jadi masalah di masa depan.

If you’re sure you can live with that, fine. But make sure your partner can live with that as well; and make sure it’s worth the pain. Mengutip post-post inspiratif di Tumblr, “Everyone is gonna hurt you in the end, so just make sure it’s worth the pain”.

—Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!