Anomalyst tawarkan musik segar di album perdana ‘Segara’

Valerie Dante

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Anomalyst tawarkan musik segar di album perdana ‘Segara’
Band ini baru merilis album perdana mereka 'Segara' pada 30 September 2017

JAKARTA, Indonesia —Acara konferensi dan festival musik Archipelago Festival menjadi panggung bagi musisi-musisi lokal baru Indonesia untuk lebih dikenal oleh masyarakat luas. Salah satunya adalah Anomalyst, grup musik yang terdiri dari empat orang lelaki ini menjajal panggung acara pada Sabtu, 14 Oktober 2017.

(BACA JUGA: Archipelago Festival: Panggung bagi musisi lokal baru unjuk kebolehan)

Terbentuk pada 2012, Anomalyst beranggotakan Christianto Ario (vokal & gitar), Aryorespati Xavier (vokal & gitar), Farizky Wijanarko (drum), dan Rigaskara (bass). Meski sudah terbentuk selama 5 tahun, Anomalyst baru saja merilis album perdana mereka yang bertajuk Segara pada 30 September 2017.

Segara lebih ke pencarian jati diri dan keresahan diri, hal-hal yang dialami anak muda lah,” tutur Christianto Ario ketika diwawancarai di belakang panggung sesaat sebelum Anomalyst tampil.

Menurut Ario, lagu-lagu dalam album ini memiliki lirik yang lebih gelap dan mempertanyakan arti hidup. Pada intinya, Segara membahas kehidupan manusia dan refleksinya terhadap diri sendiri. Maka itu, Ario juga berharap selain diterima dan didengar masyarakat, album perdana Anomalyst ini dapat berdampak pada pendengarnya agar lebih sadar akan kehidupan dan merefleksi diri menjadi pribadi yang lebih baik.

Anomalyst terdengar segar dengan memainkan lagu-lagu bernuansa alternatif, pop, dan rock. Dari sembilan track yang ada di Segara, Senyawa dan Losing Game menjadi dua single andalan mereka.

Dalam wawancara bersama Indie Accent, Anomalyst mengatakan bahwa Losing Game sendiri merupakan kritik terhadap diri yang hanya ingin hal-hal instan tanpa melalui proses panjang.

Di wawancara yang sama Ario mengaku meski proses pengerjaan Segara sudah dimulai dari 2013, grup musik ini kerap melakukan rekaman ulang hingga akhirnya pada Juni 2017 mulai praproduksi.

Tampil membawakan lagu dari album baru mereka, Anomalyst berpendapat bahwa Archipelago Festival merupakan acara yang langka di Indonesia. Bagi mereka, acara ini menjadi ajang para musisi bertemu penonton dan pelaku industri yang bergerak di aspek produksi maupun bisnis.

“Ini bisa jadi awal mula dari perkembangan industri kreatif. Walaupun kelihatannya banyak yang belum siap dengan konsep acara berdialog,” kata Ario.

—Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!