Kampung nelayan ini menarik ribuan wisatawan setiap hari

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kampung nelayan ini menarik ribuan wisatawan setiap hari
Zeng Cuo An adalah potret kehidupan nelayan yang kaya mendadak

XIAMEN, Tiongkok —Matahari bersinar hangat. Embusan angin laut membawa sejuk. Ratusan orang wira-wiri di Zeng Cuo An, sebuah tujuan wisata populer di kota Xiamen.

Lima tahun lalu tempat ini adalah kampung nelayan. Mereka cukup berjalan 1-2 kilometer, sampai di pantai dan melaut. Rumah-rumah di situ bentuknya khas tradisional, gaya lokal. Ada 800-an rumah berjejer di gang-gang sempit. Ada kuil untuk ibadah yang cantik dan kuno.

Kini jangan heran jika melihat deretan mobil mewah merek Eropa berjejer di depan kampung, di pinggir jalan raya yang memisahkan Zeng Cuo An dengan laut. “Melihat Porsche atau Jaguar parkir di sini sudah biasa. Boleh jadi dimiliki oleh nelayan yang kaya mendadak karena tanah dan rumahnya diubah jadi hotel,” kata Surinah Wang, mahasiswi program doktoral di Xiamen University yang menemani saya mengunjungi kampung nelayan ini. 

Saat kami ke sana, Selasa, 24 Oktober 2017, sebuah Jaguar merah membara parkir di antara ratusan mobil lainnya.

From zero to hero, demikian warganet mengomentari Zeng Cuo An. Dari kampung nelayan yang sederhana, di tengah kota, kini menjelma menjadi tempat di mana kita bisa menemukan ratusan tempat penginapan, bed & breakfast (B&B) di penjuru kampung. Rumah-rumah dengan arsitektur kuno dipertahankan. Di dalamnya dirombak, dilengkapi pendingin udara, pemanas di musim dingin dan fasilitas lain bak penginapan modern.

Semuanya dimulai ketika pada tahun 1998, seorang seniman bernama Chen Wenling pindah ke kampung itu. Dia tertarik dengan suasana kampung dan bentuk bangunan yang khas. Langkah Chen Wenling diikuti puluhan seniman lain, yang pindah ke sana, menyewa rumah dari nelayan. Mereka perlu suasana yang mendorong kreativitas menciptakan patung, melukis, menciptakan lagu dan menulis. Ada pula yang membuat naskah film di sini.

Tahun 2001, Li Xiang, seorang mahasiswa pindah menyewa sebuah apartemen kecil di situ. Ini sebenarnya lantai dua dari rumah nelayan yang sudah didandani. Bagian bawahnya digunakan untuk kios jualan. Ratusan mahasiswa kemudian mengikuti jejak Li Xiang, pindah ke Zeng Cuo An yang dianggap lebih pas  buat gaya hidup anak muda. Kamar-kamar dilengkapi jaringan wifi yang kencang dan enak buat belajar berselancar di dunia maya.

Kehadiran para seniman dan mahasiswa ini memberikan manfaaat bagi keluarga nelayan. Kontak di antara mereka membantu warga nelayan mengembangkan tempat ini menjadi apa yang disebutkan oleh Presiden Xi Jinping dalam pidatonya di Kongres Partai Komunis China 19 Oktober 2017, “sebuah China yang cantik.” 

Kehadiran warga berpendidikan membuat Zeng Cuo An disebut warganet di Negeri Tirai Bambu sebagai kampung dengan literasi tertinggi di Tiongkok.  

Zeng Cuo An kini adalah surga kuliner pula. Wisatawan dimanjakan oleh ratusan kios makanan yang menjual beragam penganan yang bisa dinikmati sambil mondar-mandir menikmati kampung yang ditata rapi. Pohon tua dengan dahan dan ranting menjuntai memayungi kampung. Adem.

Di sini kita bisa membeli sepotong kue tart durian, menggigiti sate cumi, atau menyesap beragam rasa es krim. Setiap pojok  Instagramable, begitu juga dengan warna makanannya. “Xiamen adalah tempat menikmati makanan laut. Jangan heran kalau kalian setiap saat makan disuguhi seafood,” ujar Surinah, yang adalah warga negara Indonesia.

Sebuah jembatan yang cantik dan lebar dibangun untuk menyeberangi jalan. Dari jembatan ini, wisatawan bisa merekam pemandangan indah. Tak mau berdesak-desakan di kampung, bawa saja makanan dan pilih duduk-duduk di pinggir pantai berpasir putih. Pengunjung juga bisa mengelilingi area dengan bersepeda. Xiamen memiliki cuaca terbaik di Tiongkok. 

Infrastruktur adalah kunci sukses pariwisata. Zeng Cuo An kian sibuk menerima kunjungan ketika paada tahun 2013, dioperasikan kereta api cepat dari Shenzen ke Xiamen. Jarak 520 kilometer yang biasanya ditempuh dalam 11 jam, kini bisa dipersingkat jadi 3 jam saja. Kini setiap hari ribuan wisatawan domestik dan internasional memadati kampung, bagaikan gang senggol.

Nelayan makin kaya hanya dengan menyewakan rumahnya.  Ada 180-an B&B di sini.  “Banyak nelayan yang sudah pindah ke tempat lain membeli rumah atau apartemen dan kerjanya cuma main mahjong,” kata pemandu wisata kami.   

Kreativitas dan jeli melihat peluang, bagaikan sentuhan tangan Midas. Zeng Cuo An menjelma jadi angsa bertelur emas bagi nelayan miskin yang ratusan tahun turun menurun tinggal di situ. —Rappler.com

Tertarik berwisata ke Kampung Nelayan di Tiongkok? Yuk, beli tiket pesawat dengan Kupon JD.id

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!