Komentar Sapardi Djoko Damono soal film ‘Hujan Bulan Juni’

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Komentar Sapardi Djoko Damono soal film ‘Hujan Bulan Juni’
Sapardi mengaku tidak ikut campur dalam urusan produksi film yang diadaptasi dari karyanya tersebut

JAKARTA, Indonesia —Tanggal 2 November nanti, salah satu film Indonesia yang paling ditunggu, Hujan Bulan Juni, akan resmi dirilis. Seluruh pendukung film pun tengah sibuk menggelar promo jelang penayangan film ini, termasuk penyair Sapardi Djoko Damono sebagai penulis puisi dan novel Hujan Bulan Juni

Tapi kata Sapardi saat ditemui usai screening film Hujan Bulan Juni, ia sama sekali tidak terlibat di proses produksi film yang disutradarai oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputra itu.

“Saya bilang enggak mau. Artinya saya lepaskan semuanya, bagaimana tafsirnya? Terserah kalian semua. Soalnya saya enggak suka, karena itu keyakinan saya. Kalau saya ambil sesuatu yang sudah ditulis orang, ya saya punya kebebasan. Kalau ini sekarang orang mau bikin film, ya dia harus punya kebebasan,” ujar penyair yang tahun ini menginjak usia 77 tahun.

(BACA JUGA: ’77 Tahun Sapardi Djoko Damono’: Kelahiran kembali sang maestro puisi)

Meski karyanya sudah dikenal luas, Sapardi justru masih tidak mengerti kenapa banyak orang menyukai karyanya, terutama Hujan Bulan Juni. “Ya ini mungkin kebetulan, saya enggak tahu. Saya ketika mengubah dari puisi menjadi novel aja sudah susah, ngos-ngosan gitu ya. Kemudian enggak tahu kenapa laris banget ya? Sehingga diminta untuk dijadikan film. Ya saya oke, saya enggak masalah. Bahkan ketika saya mentransferkan dari puisi ke novel itu pun lain. Saya tidak lagi ikuti puisi itu. Saya memang nulis novel.”

Satu yang ingin diingatkan Sapardi pada calon penonton film Hujan Bulan Juni kelak, bahwa tidak sepatutnya membanding-bandingkan karya tulisnya dengan film. 

“Enggak boleh. Film dengan film, buku dengan buku. Itu haram, enggak boleh ya. Jadi kalau kita mau bilang itu film bagus apa enggak, jangan tergantung kepada bukunya. Bukunya bisa lebih bagus, bisa lebih laris tetapi bukan itu masalahnya, dengan film lain dia bagus apa enggak,” ungkap Sapardi.

“Buku saya juga begitu, kalau filmnya jelek apa buku saya jadi jelek? Kan enggak. Ya sama saja. Jadi kalau mau bikin studi ya bandinginnya film dengan film, buku ya dengan buku. Itu prinsipnya. Enggak bisa kalau gambar dibandingkan dengan kata-kata. Kata-kata ini enggak ada gambarnya.”

Sebenarnya, kata Sapardi, selain Hujan Bulan Juni, beberapa karyanya yang lain pun ditaksir untuk diadaptasi ke bentuk film layar lebar. 

“Saya kan nulis berapa ya, 5-6 novel pendek itu ya. Yang lain itu agak susah. Saya juga agak heran, ini kan novel susah. Hujan Bulan Juni kan bukan novel gampangan, tapi kok banyak sekali yang suka? Saya juga heran. Apalagi macam trilogi Soekram itu lebih susah lagi. Tapi misalkan itu dijadikan film, bisa dahsyat. Karena sekarang banyak yang kayak gitu, daripada susah-susah bikin cerita mending ambil dari novel. Membuat cerita kan lebih susah dari membuat filmnya.”

Puisi Hujan Bulan Juni diakui Sapardi sebagai kisah nyata dalam hidupnya. “Adegan pertama di Hujan Bulan Juni itu terjadi di hidup saya. Tapi bukan ada hubungannya dengan novel itu. Dan bulan Juni beneran, saya masih ingat tanggal 24 Juni di Jogja,” ujar sang maestro puisi sambil terus bercerita soal puisinya yang tersohor itu. 

“Itu kan sederhana sekali. Bahwa hujan di bulan Juni kan tidak ada. Kemudian kalau ada hujan jatuh, itu yang saya tangkap. Jadi kalau saya menggambarkan saja. Saya tidak punya pesan sama sekali, enggak. Itu haram bagi saya memberikan pesan dalam puisi, enggak boleh.”

(BACA JUGA: 5 puisi Sapardi Djoko Damono yang paling menyentuh)

Kini setelah menyaksikan karyanya diangkat ke layar lebar, bagaimana tanggapan Sapardi? “Ya si Estu (sutradara) itu mempunyai akal yang luar biasa lho. Betul. Dia punya keberanian, edan. Itu kan dia bikin puisi dengan gambar, kalau saya kan dengan kata-kata. Dan dibantu oleh tukang cameraman. Jagoan itu cameraman-nya. Ambil dari sana dari sini angle-nya. Itu dahsyat.”

Hujan Bulan Juni dibintangi sejumlah aktor dan aktris ternama Tanah Air seperti Adipati doken, Veloxe Vexia, Baim Wong, Surya Saputra, Koutaro Kakimoto dan banyak lagi. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!