Philippine economy

Menyebarkan empati melalui karya-karya Nusrat Durrani

Valerie Dante

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menyebarkan empati melalui karya-karya Nusrat Durrani
Lewat film-filmnya, Nusrat Durrani menyebarkan misinya untuk menanamkan nilai empati, belas kasihan, dan kasih sayang pada dunia

UBUD, Indonesia – Melihat kondisi dunia yang dipenuhi dengan kebencian, Nusrat Durrani bertekad untuk mempromosikan empati dan menciptakan kasih sayang serta memperkuat suara yang jarang terdengar melalui karya-karya visualnya.

“Saya hanya merasakan adanya kebutuhan akan kasih sayang. Dunia kita begitu terpecah belah karena perbedaan ras, kasta, warna kulit, bahkan tipe tubuh. Terkadang perbedaan ini terlalu dibesar-besarkan lalu berujung pada kebencian dan kekerasan,” ungkap Nusrat saat diwawancari usai menjadi pembicara dalam sesi Love in a Time of Hate di Ubud Writers and Readers Festival 2017 yang bertempat di Taman Baca, Ubud, Bali, pada Sabtu, 28 Oktober 2017.

Realisasi ini pertama muncul saat ia pindah ke Amerika Serikat untuk bekerja di MTV. Ia terkejut saat mengetahui betapa kecilnya pengetahuan banyak orang akan negara-negara lain, pengertian mereka hanya berdasarkan berita yang terpolitisasi dan stereotip kasar.

Kini Nusrat mempromosikan pesannya dengan cara storytelling melalui karya-karya visualnya. Ia memilih metode storytelling karena baginya metode tersebut adalah bentuk seni yang sudah ada sejak zaman dahulu dan terbukti efektif untuk mengedukasi, menginspirasi, dan memanusiakan banyak orang.

“Saya memilih platform berbentuk visual karena bagi saya dunia adalah tempat yang begitu indah dan keindahan itu belum digambarkan secara pantas,” jelasnya.

Pria asal India ini memiliki beberapa film serial seperti We Are Lovers yang bercerita mengenai hubungan-hubungan cinta modern yang dijalin anak muda di seluruh dunia. Serial ini menggambarkan kisah mereka secara sinematik dan mentah, melukiskan keberagaman bentuk cinta di berbagai belahan dunia.

Selain itu, Nusrat juga membuat film serial yang memperlihatkan kisah-kisah luar biasa dari anak muda yang memberontak melawan penindasan dan ketidakadilan di negara mereka. Dalam serial bernama Rebel Music tersebut terdapat bentuk cinta yang berbeda dari umumnya, yaitu cinta akan negara, kebebasan, budaya, warisan, dan musik. Rebel Music dibuat dengan tujuan meruntuhkan stereotip-stereotip yang telah diberikan kepada negara-negara tersebut sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Pada 2015 silam, Nusrat meriset beberapa jumlah film dan berkesimpulan masih banyak tema-tema dan tipe-tipe cinta tertentu yang belum disentuh oleh film zaman sekarang. Maka ia mengumpulkan 6 sutradara dari berbagai negara untuk membuat suatu proyek film bersama, mereka diberi kebebasan untuk mengeksplorasi tema-tema yang selalu ingin mereka bahasakan secara visual.

Para sutradara ini kemudian masing-masing membuat film pendek yang menggambarkan sifat alamiah cinta yang selalu berubah-ubah. Film-film pendek tersebut digabungkan menjadi satu film dengan titel Madly.

Menanamkan empati dan belas kasihan

“Tujuan akhir saya adalah untuk menanamkan sifat belas kasihan dan memperluas pandangan kita mengenai cinta,” jelas Nusrat.

Menurutnya, manusia perlu bersikap lebih toleran akan perbedaan pandangan mengenai kasih sayang dan lebih fokus membuat strategi yang menanamkan nilai empati.

“Let’s create love-based solution to hate-based problems in the world,” tutupnya. —Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!