SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
UBUD, Indonesia —Disebut sebagai “Penjaga Tradisi Mendongeng Indonesia”, Murti Bunanta telah lama mendedikasikan dirinya bagi kemajuan sastra anak. Buku-bukunya sebagian besar merupakan dongeng cerita rakyat Indonesia. Tema ini ia terapkan agar memperkenalkan budaya bangsa kepada anak-anak sejak dini.
“Saya menceritakan hal yang saya yakini, maka saya menonjolkan budaya Indonesia,” ujar Murti saat ditemui di Ubud Writers and Readers Festival 2017 pada Minggu, 29 Oktober 2017.
Sejak masih kecil, Murti sering didongengi cerita-cerita rakyat asal berbagai daerah dari ibunya, inilah yang menjadi dasar cintanya akan cerita rakyat. Bahkan, beberapa cerita yang ia tulis ulang merupakan kisah-kisah yang ia dengar dari ibunya.
Sempat sibuk dengan studinya, Murti melupakan dunia sastra anak yang dahulu menemaninya tumbuh. Baru saat usianya menginjak 55 tahun, ia kembali teringat akan akarnya dan kembali ke dongeng. Kemudian pada 1987, ia mendirikan dan mengetuai Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA) yang mendorong budidaya sastra anak di Indonesia.
Dalam sesi yang berjudul Young at Heart, Murti mendorong penulis muda untuk menulis buku yang berkualitas dan menyuarakan pesan mereka melaluinya. Tak hanya itu, menurutnya anak-anak muda juga harus membiasakan membaca banyak referensi sebelum menulis agar tulisan yang mereka hasilkan tak monoton.
“Jadilah pengamat, baca banyak buku dari berbagai sumber, maka akan menghasilkan ide yang kuat untuk menulis,” tuturnya.
Murti tidak takut untuk mengeksplorasi dorongan hatinya dan menulis sesuatu yang jarang disentuh penulis dalam negeri yaitu sastra anak. Menjadi diri sendiri dan rajin membaca adalah hal yang baginya wajib dilakukan ketika ingin menulis sesuatu yang baru dan berbeda.
BACA JUGA:
- Impian Rachel Ang dari dunia komik
- Menyebarkan empati melalui karya-karya Nusrat Durrani
- Menyampaikan kejujuran dalam tulisan nonfiksi
- Menemukan kembali seni surat-menyurat dalam ‘Women of Letters’
- LIVE UPDATES: Dari gelaran ‘Ubud Writers and Readers Festival 2017’
- Mengolah sudut pandang dan berbicara sastra Indonesia bersama Intan Paramaditha
- Penulis muda Taufiqurrahman berfilsafat dengan imajinasi sastrawi
- Pengalaman Rebecca Henschke menjadi koresponden asing di Indonesia
—Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.