Bincang Mantan: Pentingnya punya ‘me time’

Adelia Putri, Bisma Aditya

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bincang Mantan: Pentingnya punya ‘me time’
Jangan pernah merasa bersalah kalau kamu butuh waktu untuk sendiri

JAKARTA, Indonesia — Kedua penulis kolom baru Rappler, Bincang Mantan, adalah antitesa pepatah yang mengatakan kalau sepasang bekas kekasih tidak bisa menjadi teman baik. Di kolom ini, Adelia dan Bisma akan berbagi pendapat mengenai hal-hal acak, mulai dari hubungan pria-wanita hingga (mungkin) masalah serius.

Adelia: Kamu bukan robot yang tak butuh waktu istirahat!

Menurut saya, salah satu hal ‘terjahat’ yang bisa kita lakukan ke diri sendiri adalah mencoba menyenangkan semua orang setiap saat. Kita punya pekerjaan yang demanding, yang membuat kita harus standby 24/7 di dekat komputer atau telepon, punya teman-teman dari berbagai lingkup sosial yang memenuhi jadwal setiap akhir pekan, punya berbagai acara keluarga – dari pengajian hingga pertungangan – yang tak ada habisnya, sampai-sampai kita tak bisa ‘bernafas’ dan betul-betul beristirahat.

Terkadang, kita (well, paling tidak saya dan beberapa orang di sekitar saya, sih) sebenarnya merasa overwhelmed dengan keseharian kita tapi ‘diwajar-wajarkan’ dengan dalih ‘ah, semua orang juga pasti merasakan hal yang sama’. Hidup di kota besar memang cepat dan banyak tekanan – tekanan yang ada namun sering tak terasa lagi hingga akhirnya suatu saat kita ‘meledak’.

Nah, makanya sebelum terlanjur ‘meledak’, ada baiknya kita mundur sejenak dan bernafas. Take your time for you and you only, atau istilahnya: me time. Ada saatnya untuk kamu berlaku egois dan tidak peduli pada hal-hal lain.

Tidak ada salahnya kamu ‘menghilang’ sebentar untuk sekedar bernafas, tidak memikirkan apapun dan siapapun kecuali dirimu sendiri, dan (kalau mengambil istilah Adhitia Sofyan) merayakan kesunyian.

Kalau kamu sedang penat dengan hidup, sekali-kali coba deh, kabur sebentar ke suatu tempat, dan bengong saja. Atau, matikan telepon genggammu dan jalan-jalan seharian – karena percuma kalau kamu ambil cuti dan kabur ke Bali kalau kamu masih mengecek e-mail dari kantor setiap 30 menit. It’s all right, you can afford to lose a day or two.

Waktu egoismu bisa jadi pencerahan yang selama ini kamu cari-cari, karena hanya kalau akhirnya kamu tidak mengurusi urusan lain dan orang lain lagi, kamu bisa mengurusi orang paling penting dalam hidupmu: ya kamu sendiri. Kamu punya waktu untuk menanyakan hal-hal yang selama ini tidak berani kamu tanyakan pada diri sendiri, dan siapa tahu, kamu bisa mendapatkan jawaban yang selama ini kamu cari.

Pokoknya, jangan pernah merasa bersalah kalau kamu butuh me-time atau ‘waktu untuk egois’. Kamu bukan robot yang bisa fungsional 24/7/365, bahkan Doraemon pun butuh istirahat.

Jangan merasa bersalah kalau kamu harus kabur dari kantor dan mematikan e-mail kantor selama masa cuti. Kalau bosmu marah karena kamu tak bisa dihubungin selama libur, berarti ia tak bisa menghargaimu sebagai manusia yang butuh ‘time-out’, kan? Jangan merasa bersalah kalau kamu tidak bisa hang-out dengan geng mu akhir pekan ini kalau yang kamu butuhkan saat ini adalah seharian bergumul di dalam selimut. Kalau kamu tidak mau mendahulukan dirimu sendiri, siapa yang akan melakukan itu untukmu?

Bisma: Me Time punya lebih banyak manfaat dibanding mudarat

Menurut berbagai tes kepribadian yang pernah saya ambil, baik yang serius maupun yang becandaan di Facebook, ternyata saya adalah orang yang teramat ekstrovert (yang kenal saya pasti langsung kepikiran memeyou don’t say”). 

Lingkar pergaulan saya cukup luas, dan profesi saya saat ini pun cukup menuntut saya untuk selalu berhubungan dengan banyak orang. Saya sangat menikmati lingkungan yang saya punya saat ini, ke mana pun saya pergi pasti ada teman untuk sekedar hangout atau bahkan berpikir besar untuk buat berbagai project.

Tapi kita harus ingat juga bahwa tidak dapat dipungkiri, banyak teman bukan hanya banyak rezeki tapi juga banyak masalah.

Setiap teman pasti punya masalahnya masing-masing yang mau enggak mau pasti akhirnya melibatkan kita. Paling minimal teman kita pasti ada deh curhatnya ke kita yang buat kita kepikiran. Bahkan kalo yang parah mungkin banget kita jadi bagian dari masalah mereka, siap-siap deh ikutan drama!

Saya yang ekstrovert absolut dan pernah belajar drama pun kadang capek lho nanggepin masalah orang lain dan berbagai drama yang kayaknya tidak ada habisnya ini. Bukannya capek sama orang-orangnya, tapi kadang saya merasa butuh waktu untuk urusin masalah saya sendiri.

Nah solusinya menurut saya adalah me time, missing in action, ngansos, atau apa lah istilah yang mau kamu mau pake. Intinya menarik diri dari peradaban untuk sementara waktu.

Orang bijak selalu memandang sesuatu dari asas kemanfaatannya, kalo saya biasa nyebutnya manfaat vs mudarat.

Nah dari sisi mudarat, sepertinya me time gak ada mudaratnya ya. Paling kamu cuma jadi gak hangout sehingga kurang dapat update soal gossip teman-teman, sudah. Tidak mungkin karena kamu me time beberapa waktu terus kamu jadi kehilangan teman. Yang namanya teman betulan akan stay no matter what, jadi kalo ada yang menjauh pun, sudah pasti dia bukan teman sejati. Biarin aja pergi. 1-0 untuk manfaat.

Secara manfaat, sebetulnya saya sebagai pelaku me time, punya banyak kisah yang bisa diceritain. Tapi secara garis besar sebetulnya manfaat me time bisa kita bagi jadi tiga. Past, present, future.

Past atau masa lalu, dengan me time kita jadi punya waktu sendiri untuk berpikir secara clear masalah pribadi yang belum terselesaikan. 

Dengan me time kita bisa berpikir tanpa ada pendapat orang lain, dan juga tidak malah bias dengan masalah orang lain. Jadinya pemikiran dan tenaga kita bisa sepenuhnya untuk mecahin masalah kita sendiri. Dari kita untuk kita.

Karena kita yang punya masalah dan jalanin semuanya, saya yakin tanpa gangguan, kita tau solusi dari masalah kita sendiri. Dengan menemukan ketenangan dan solusi dari masalah kita, semoga kita bisa berdamai dengan masa lalu kita, sepahit apapun itu.

Present atau saat ini, saya sangat suka quote “disconnect with the world, reconnect with yourself”.

You are what your friends are. Kamu adalah bagaimana teman-teman kamu. Misalnya kamu selalu dikelilingi sama orang yang nyinyir ya kamu akan jadi orang nyinyir. Kalo teman-teman kamu semangat sekolah, kamu akan semangat sekolah juga. Intinya orang di sekitar kita sangat mempengaruhi pribadi dan cara berpikir kita, padahal tanpa pengaruh itu saya yakin kita adalah orang yang unik yang punya cara berpikir dan tujuan yang unik juga. Dengan me time dan melepaskan diri dari pengaruh luar, saya percaya kita bisa nemuin lagi jati diri kita sendiri dan ini penting karena terkait dengan passion dimana passion sangat terkait dengan kebahagiaan. 

Future atau masa depan, jelas. Kadang keadaan saat ini adalah comfort zone untuk kita yang buat kita setop mengembangkan diri dan berpikir begini aja cukup.

Dengan menyendiri, kita jadi tahu apa passion kita dan pada akhirnya kita tahu kita harus berbuat apa. Saya punya ambisi untuk jadi professor di bidang hukum.

Selama saya terus berkecimpung 24/7 dengan teman yang hobinya hura-hura, saya pasti jadi suka hura-hura juga yang mana jauh banget dari tujuan kita. Jadi kadang dengan menyendiri kita bisa menata diri untuk kembali menyusun masa depan kita.

Sebetulnya dari zaman nenek moyang kita, yang namanya me time (baca:bertapa) sudah lazim dilakukan dan biasanya habis itu orang-orang itu jadi makin sakti kan? 

Jadi, kalo kamu sudah terlalu pusing sama kehadiran orang lain, tidak salah kok untuk nyendiri dulu. Tapi jangan kebablasan. Kalo sendiri terus, kapan dapet jodohnya? Rame-rame aja enggak dapet gimana kalo sendiri terus. Eh! —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!