‘Chrisye’: Mengenal sisi lain sang legenda

Yetta Tondang

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

‘Chrisye’: Mengenal sisi lain sang legenda
Film yang dibintangi Vino G. Bastian dan Velove Vexia ini mulai tayang 7 Desember

JAKARTA, Indonesia —Film biopik yang menceritakan kisah hidup pribadi Chrismansyah Rahadi atau Chrisye, sang legenda musik Indonesia disajikan lewat film Chrisye yang siap tayang menghibur penonton mulai 7 Desember.

Film yang diproduksi MNC Pictures dan Vito Global Visi ini disutradarai oleh Rizal Mantovani. Sederet pemain bintang terlibat di film ini. Antara lain Vino G. Bastian, Velove Vexia, Ray Sahetapy, Dwi Sasono, Ayu Dyah Pasha dan banyak lagi.

Sejak awal, Damayanti Noor, istri almarhum Chrisye sekaligus nara sumber utama untuk cerita film ini memang menegaskan bahwa Chrisye tidak akan banyak membahas perjalanan karier dan kesuksesan Chrisye.

Di bagian awal film, Damayanti kembali menegaskan hal serupa lewat kalimat pembuka. Bahwa film ini mengajak penonton mengenal Chrisye dari sudut pandangnya. Bukan hanya sebagai musisi tapi juga Chrisye sebagai sahabat, rekan kerja, kakak, adik, anak dan suami.

Cerita tanpa arah

Cerita dibuka dari flashback bagaimana Chrisye memulai kariernya sebagai seorang bassist di band Gipsy. Kemudian bagaimana konflik keluarga terpicu karena Chrisye ditentang bermusik oleh ayahnya, meski akhirnya sang ayah luluh.

Dari awal saja menurut saya ceritanya kurang terarah. Seperti kebingungan mencari mana yang harus difokuskan. “Ceritanya banyak sekali ya. Tapi kami harus bisa memilih mana yang akan diangkat ke film,” kata Rizal Mantovani usai screening film Chrisye di Epicentrum XXI, Jakarta, Jumat, 1 Desember.

Mungkin saking banyaknya cerita dan semua ingin diceritakan, akhirnya memang tak banyak yang meninggalkan kesan bagi saya. Entah apa karena Rizal Mantovani juga banyak menyutradarai video klip (termasuk video klip Chrisye), adegan di film ini ibarat video klip, berpindah-pindah ke sana ke mari tapi tanpa alur yang jelas.

Selain kisah karier bermusik, bumbu asmara pun tak lupa tersaji. Tentu saja, pelaku utamanya adalah Vino G. Bastian dan Velove Vexia yang memerankan Damayanti Noor. Diceritakan bagaimana mereka bertemu pertama kali, berpacaran hingga membina rumah tangga. Selain itu, ada pula ceirta persahabatan Chrisye dengan Erwin Gutawa dan Jay Subiakto yang berjasa membantu Chrisye menggelar konser tunggal pertamanya.

Tapi tak ada satu pun plot cerita yang digarap dengan fokus. Dengan tambahan cerita soal sisi agamis Chrisye, saya jadi lebih berpikir film ini lebih pas bergenre religius ketimbang biopik. Sungguh jauh dari harapan.

Akting minim rasa

Sejak dengung promosi film ini mulai terdengar, saya tahu bahwa tak elok untuk hanya memfokuskan pengharapan akan sosok fisik Vino G. Bastian yang diharapkan bisa menyerupai almarhum Chrisye.

Berkali-kali pihak produser dan bahkan Damayanti Noor menyebut bahwa tujuannya bukan untuk menyamai Chrisye secara fisik. “Kita enggak cari fisik tapi cari ‘rasanya’. Tapi karena dibantu make up, mirip kan?” ujar Damayanti.

'CHRISYE'. Velove Vexia, Vino G. Bastian, Damayanti Noor dan Rizal Mantovani di acara press conference film 'Chrisye', Jumat, 1 Desember. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler

Ketika film ini pertama kali ingin dibuat, kami bukan mau mengejar mirip atau enggak miripnya. Tapi kami mau mengejar ‘rasa’ dari Chrisye karena kan sudut pandangnya dari istrinya. Apa yang saya lakukan dan terjadi di film ini itu yang dilihat sama istrinya. Jadi saya enggak bisa nipu Mbak Yanti kalau saya mau improv seperti apa. Kalau Mbak Yanti bilang Chrisye seperti itu, ya seperti itu. Bahkan ada yang saya sedikit berdebat, ‘Masa sih Chrisye seperti itu?’ Ya emang dia seperti itu. Jadi kalau misalnya penonton lihat kok Chrisye seperti itu, ya emang Chrisye seperti itu,” kata Vino. 

Tapi tetap saja, karena ini film biopik, tetap ada sekelumit harapan bahwa saya (dan mungkin penonton lain) bisa “melihat” sosok Chrisye lewat Vino. Nyaris separuh film harapan saya tidak tercapai. 

Yang paling “menyakitkan” bagi saya, seorang penggemar berat Chrisye, adalah melihat Vino berakting sebagai Chrisye tapi tetap menggunakan suara asli almarhum di semua adegan bernyanyi. Duh…

Andai saja Vino bisa sedikit berusaha untuk latihan vokal dan menggunakan suaranya sendiri. Toh, tujuan awalnya juga untuk tidak meniru Chrisye secara fisik, bukan?

Tapi sudahlah, lagi-lagi, karena ingat bahwa memang tujuan film ini bukan untuk membuat Vino “menjelma” jadi Chrisye, saya maklum. Untungnya, akting Vino mulai membaik di bagian-bagian akhir film, justru saat ia memerankan Chrisye di usia 40-an, terutama saat adegan persiapan konser tunggalnya.

Sementara akting Velove Vexia? Sepertinya tak perlu dibahas lebih lanjut. Dia seperti berada di dunia yang berbeda dengan Vino dan pemeran lainnya. Tidak terasa chemistry di antara mereka. Minim rasa.

Sebaliknya, beberapa pemain yang hanya tampil sebentar malah mampu meninggalkan kesan lebih. Misalnya Dwi Sasono yang berperan sebagai Guruh Soekarno Putra dan satu yang jadi favorit saya: Roby Tremonti yang berperan sebagai Jay Subiakto.  

Tak cuma akting yang banyak terlihat “dipaksakan”, penggunaan CGI pun bernasib serupa di film ini. Tidak rapi dan tidak sukses “mengelabui”. Setting yang menunjukkan kawasan Bundara Hotel Indonesia dan Pancoran di era 70-an lebih terlihat sebagai animasi arsitektur mini ketimbang adegan film.

Lagu penawar rindu 

Jika Anda menantikan adegan-adegan yang menunjukkan aksi panggung Chrisye, bersiaplah kecewa. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, memang terlalu banyak cerita yang fokus pada kehidupan Chrisye di luar panggung dan karier musiknya.

Untungnya, kerinduan akan Chrisye (setidaknya yang saya rasakan sebagai penggemar Chrisye) sedikit terobati dengan lagu-lagunya yang muncul di beberapa adegan. Sendiri, Kisah Cintaku, Aku Cinta Dia dan salah satu lagu yang paling saya sukai Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lagu-lagu ini juga yang jadi penawar rindu penggemar terhadap Chrisye yang meninggal dunia pada 30 Maret 2007 lalu.

Tapi ketika harus melihat Vino ber-lip-sync dengan suara Chrisye, ah…biarlah Anda yang menilai. —Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!