‘Star Wars: The Last Jedi’: Mengulik sisi gelap dan terang manusia

Abdul Qowi Bastian

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

‘Star Wars: The Last Jedi’: Mengulik sisi gelap dan terang manusia
Perjalanan Rey mempertahankan kultur Jedi berlanjut. Maukah Luke Skywalker menjadi mentornya?

 

JAKARTA, Indonesia — Kylo Ren dan Rey, lengkap dengan lightsabers di tangan keduanya, dikepung ratusan orang. Ada sejumlah Stormtroopers juga di sana.

Ada Princess Leia muda dengan gaya rambutnya yang khas. Terlihat pula Darth Vader melintasi kerumunan orang dengan jubah serba hitamnya.

Tunggu dulu, mereka bukan karakter sebenarnya, tapi cosplayers yang menyerupai karakter favorit mereka dalam seri film Star Wars. 

Ratusan orang berkumpul di Mal Kelapa Gading XXI pada Rabu malam, 13 Desember, menyambut penayangan perdana Star Wars: The Last Jedi. 

Fandom Star Wars di seluruh dunia, termasuk Indonesia, memang luar biasa. Di dalam studio bioskop pun, ketika teks “A long time ago in a galaxy far, far away…” yang ikonik itu muncul di layar, para penonton bersorak kegirangan dan bertepuk tangan menyambut seri ke-8 dari Star Wars saga ini.

The Last Jedi sendiri merupakan lanjutan dari seri sebelumnya, Star Wars: The Force Awakens, yang rilis pada 2015 setelah vakum selama satu dekade. 

Di akhir The Force Awakens, tokoh perempuan baru Star Wars, Rey (Daisy Ridley), dikirim dalam misi untuk menemukan Luke Skywalker (Mark Hammil) di Acht-To, tempat kuil Jedi pertama kali didirikan. Di sana Rey memohon Luke untuk membimbingnya memperdalam ilmu Jedi dan ikut berperang bersama pasukan pemberontak melawan kebiadaban Supreme Leader Snoke (Andy Serkis), pemimpin First Order, junta militer dari Galactic Empire yang telah punah. 

“Tema mentorship selalu ada di seluruh seri Star Wars. Melalui The Last Jedi, kita dapat melihat nilai ini melalui hubungan Luke dan Rey saat ia menemukan Luke di pulau tersebut,” kata sutradara Rian Johnson. 

Johnson, yang mengambil alih helm sutradara dari JJ Abrams di The Force Awakens, patut mendapat apresiasi. Ia berhasil menciptakan sebuah film yang dicintai fans Star Wars setelah The Force Awakens mendapat review biasa saja dari kritikus dan penggemar.

Tema mentorship yang naik-turun juga terlihat dalam hubungan Leia Organa (Carrie Fisher), si pemimpin regu pemberontak, dan Poe Dameron (Oscar Isaac), pilot dan komandan New Republic.

Adam Driver sebagai Kylo Ren dalam 'Star Wars: The Last Jedi'. Foto dari starwars.com

Selain mentorship, The Last Jedi juga kembali mengangkat tema universal sisi terang dan gelap yang tergambar dengan jelas dan sungguh baik melalui hubungan Rey dan Kylo Ren (Adam Driver). Dalam film sebelumnya, Kylo Ren yang digadang-gadang sebagai penerus pemimpin kegelapan Darth Vader, membunuh ayahnya, Han Solo (Harrison Ford).

Rey meyakini Kylo Ren masih memiliki niat baik dalam dirinya, bahwa ia tak sepenuhnya gelap. Ia pun berusaha untuk menarik Kylo Ren ke sisi terang dan membelot dari Snoke.

“Dalam drama epik ini, kisah Kylo dan Rey akan menampilkan kenyataan menarik di mana walaupun terpisah keyakinan dan memiliki tujuan yang bertentangan, Kylo dan Rey tidak jauh berbeda, di mana keduanya bersamaan mengarungi perjalanan yang mengharuskan mereka melakukannya sendiri,” kata Adam Driver, pemeran Kylo Ren.

“Mereka mungkin kesepian namun film ini akan mengilustrasikan kesamaan dalam perbedaan mereka dengan cara yang begitu luar biasa.”

Star Wars: The Last Jedi juga menampilkan kembali tokoh-tokoh dari film sebelumnya seperti Finn (John Boyega), mantan Stormtroopers yang bergabung dengan pemberontak; droid C-3PO (Anthony Daniels); General Hux (Domnhall Gleeson); dan Captain Phasma (Gwendoline Christie).

Selain pemain lama, The Last Jedi juga memperkenalkan tokoh-tokoh baru seperti Rose Rico (Kelly Marie Tan), Admiral Holdo (Laura Dern), dan DJ (Benicio Del Toro).

Mark Hammil sebagai Luke Skywalker dalam 'Star Wars: The Last Jedi'

Melihat dari reaksi penonton pada premiere di Indonesia, The Last Jedi bisa dibilang jauh lebih baik dari The Force Awakens. Lebih banyak drama dalam relasi antar karakter yang dibangun dan lebih banyak adegan perang yang eksplosif namun tidak membosankan. 

“Seru banget melihat kelanjutan dari episode 7 [The Force Awakens], dan ceritanya ngasih clue bahwa masih panjang banget yang bisa dikembangin dari dunia Star Wars,” kata rapper Igor Saykoji yang hadir dalam premiere.

“Banyak perubahan yang harus dilihat dalam film ini. Yang enggak diduga ternyata di akhirnya justru sangat berbeda, tapi akhirnya tetap bikin kita yang nonton dan suka Star Wars excited karena ada hal yang selalu bisa kita harapkan di kelanjutan film ini,” ujarnya.

Musisi dan aktris Sheryl Sheinafia juga berpendapat sama. “Menurut aku, kalau 2017 enggak ditutup dengan menonton film ini tuh rugi,” kata Sheryl.

“Aku suka banget sama karakter Rey di sini, mencerminkan sifat millennials banget yang ambisius, punya passion, untuk meneruskan sebuah kultur yang sudah mulai terlupakan dan terasingkan,” katanya.

Menurut Sheryl, sifat perempuan perkasa seperti Rey yang ingin melestarikan budaya Jedi ini yang patut dicontoh dari anak-anak muda zaman sekarang.

“Itu sangat penting di era millennial ini yang sudah bisa memilih apa saja yang mau kita tonton dan baca atau pelajari. Dan Rey memilih untuk tetap dengan pilihan dia, menjadi pelanjut Jedi,” katanya.

Sulit untuk tidak berkata terlalu berlebihan mengenai film ini karena memang dari segi kualitas bisa disebut sebagai salah satu film Star Wars terbaik, bahkan dibanding dari seri-seri terdahulu. 

The Last Jedi sudah pasti patut ditonton untuk para penggemar Star Wars. Bagi yang tidak mengikuti seri ini sejak awal, memang akan agak sulit untuk mencernanya. Tapi pesan universal dalam film ini bisa dinikmati oleh siapa saja. 

May the Force be with you. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!