Jalan-jalan di Selandia Baru dengan ‘campervan’

Tommy Walker

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jalan-jalan di Selandia Baru dengan ‘campervan’
Ikuti cerita perjalanan Tommy Walker dan Mitchie saat musim dingin di Selandia Baru

Setelah menghabiskan waktu singkat di Selandia Baru tahun lalu, hati saya selalu berbisik ingin kembali ke sana. Saya memang hanya pergi ke Pulau Utara, tetapi saya tahu bahwa Pulau Selatan juga punya rahasia yang siap terungkap.

Saya sudah merencanakan untuk menjelajahi Selandia Baru dengan melakukan road trip. Biasanya perjalanan semacam ini lebih seru jika dilakukan bersama-sama tetapi saat itu saya tidak punya teman seperjalanan. Ini bukan hal baru, saya memang lebih sering melakukan solo traveling dan bertemu dengan traveler lain di perjalanan. Tetapi kali ini sedikit berbeda. Saya sering menceritakan tentang rencana perjalanan ini kepada teman baru saya, Mitchie, seorang perempuan asal Filipina. Akhirnya saya pun mengajaknya ikut.

Dan dia pun setuju!

Setelah kami menyewa campervan di sebuah agen bernama Mode Car and Camper Rental di Auckland, petualangan pun dimulai. Camper yang nyaman sangat mendukung perjalanan kami. Sebuah Toyota Estima yang juga termasuk seluruh peralatan menginap dan memasak yang kami butuhkan.

Saat itu di Selandia Baru sedang musim dingin, jadi kami membutuhkan pakaian hangat. Kami menelusuri daerah Selatan dengan pemandangan yang indah. Meskipun saya berasal dari Timur Laut Inggris, saya tetap terkesima dengan pemandangan indah yang terlihat di pegunungan tertutup salju sepanjang Taman Nasional Tongariro. Kami berdua sangat takjub dengan pemandangan menakjubkan di tempat antah berantah ini.

Jika kamu pernah menonton film Lord of the Rings, Gunung Tongariro adalah lokasi dari Gunung Doom. Pemandangannya sangat menawan dan kami beberapa kali berhenti hanya untuk menikmati keindahannya. Sayangnya cuaca tidak bersahabat untuk kami hiking, bahkan beberapa jalan ditutup karena salju lebat. 

Berjalan lurus ke arah Wellington, kami menjadikan Pulau Utara sebagai tujuan perjalanan yang dimulai dari Pulau Selatan. Kami menyantap pie dengan saus keju bayam. 

Wellington, pusat kebudayaan Selandia Baru adalah pemberhentian kami berikutnya. Karena kami hanya memiliki satu hari penuh untuk kami berkeliling kota, mengunjungi Museum Te Papa, melihat Gunung Victoria, dan jalan-jalan di Cuba Street. Kami menemukan Best Ugly Bagels, sebuah toko mungil yang menjual bagel enak dengan berbagai topping.

Setelah perjalanan semalaman dengan kapal feri, kami tiba di Picton, Pulau Selatan, pagi-pagi sekali. Kami langsung disambut para anjing laut di sekitar pelabuhan, awal yang menyenangkan untuk hari ini.

Disambut anjing laut

Dengan aplikasi Campermate NZ kami menemukan tempat untuk menginap, Maitai Valley Motor Camp, yang terletak di samping sungai, jauh dari keramaian.

Perkemahan Maitai

Tujuan kami adalah untuk berkunjung Glasier Franz Josef yang terkenal. Saat memasuki Taman Nasional Franz Josef, kami menemukan sesuatu yang menakjubkan. Di sebelah kiri kami terdapat pepohonan lebat sementara di sebelah kanan terlihat puncak Gunung Cook. Di atasnya terdapat pelangi yang semakin mempercantik pemandangan. Saya menyebutnya sebagai Amazon dan Alp. Saat kami berhenti di tengah jalan, beberapa orang merasa terganggu. Tapi kami tidak peduli, pemandangannya terlalu indah untuk dilewatkan.

Pelangi di Gunung Cook

Malam harinya kami tiba di tempat kemping. Mitchie menyajikan spageti dan wine untuk makan malam — sementara camper lainnya hanya makan mie instan. Benar-benar makan malam yang mewah di campervan!

Esok paginya kami bangun lebih awal. Kami langsung menuju ke pendakian Glasier Franz Josef. Belum ada seorang pun di sana, benar-benar seperti rencana kami. Aliran sungai, air terjun, dan jalanan berbatu mengantarkan kami ke puncak Franz Josef.

Tommy Walker dan Mitchie

Dalam perjalanan kembali ke lokasi kemping, kami berhenti sejenak di Kolam Peter. Airnya sangat jernih, menambah kecantikan pegunungan.

Wanaka adalah tujuan kami berikutnya dan merupakan tempat favorit saya sepanjang perjalanan kali ini, tetapi sebelumnya kami melewati pemandangan indah saat menelusuri Danau Hawea. Dengan pegunungan bersalju sebagai latarnya, awan pun berarak-arak di bawahnya. Jika kata-kata saya kurang jelas, saksikan sendiri dalam foto ini:

Danau Hawea

Wanaka sangat menyenangkan dan setelah bertemu dengan teman-teman saya, minum kopi, makan domba dan pai mint serta minum bir, kami pun menginap. Keesokan paginya, kami bangun sebelum matahari terbit dan tak sengaja menemukan lokasi sempurna di kawasan antah berantah. Langitnya merah, dan ditambah dengan pemandangan gunung salju, mata kami sangat dimanjakan.

Matahari terbenam di perkemahan Wanaka

Setelah berkeliling Wanaka kami memutuskan untuk menuju Christchurch dalam perjalanan ke arah Pulau Utara. Christchurch kota yang cukup rentan dengan bencana alam dan baru saja dilanda gempa bumi tahun lalu. Namun tetap saja kota ini memiliki keunikan yang sayang untuk dilewatkan. Kami pun ingin mencoba sarapan yang enak dan akhirnya menemukan Bunsen Cafe. Mereka menyajikan telur Benedict terenak di dunia!

Kembali ke Auckland setelah 10 hari di perjalanan, kami pun ingin beristirahat di tempat yang nyaman. Di tengah Queen Street, kami menemukan sebuah apartemen untuk beristirahat.

Satu hal lagi untuk menyempurnakan perjalanan kami, makanan yang enak: Chicken Adobo! -Rappler.com

Tommy Walker adalah seorang travel writer asal Inggris yang melakukan perjalanan sejak 2012. Ikuti Tommy lewat Facebooknya: The Wandering Walker, di Instagram @thewanderingwalker, dan situs www.thewanderingwalker.com

Untuk potongan harga sebesar 5% dari Mode Cars & Campers Rentals masukkan kode ‘5ONTOM’ atau klik di sini.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!