Derby Manchester: Melawan sisa-sisa Setan Merah

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Derby Manchester: Melawan sisa-sisa Setan Merah
Dua tim memang dalam tekanan yang sama. Tapi City lebih berpotensi untuk pulih dibanding United.

JAKARTA, Indonesia — Apa lagi yang tersisa dari Manchester United? Mereka memasuki arena Piala Liga dengan kondisi mental yang babak belur. Kekalahan besar melawan Chelsea dengan skor telak 0-4 masih menjadi bayang-bayang buruk yang menghantui mental mereka. 

Kekalahan tersebut juga menyiratkan satu hal lain yang mulai menjadi ketakutan para fans: United selalu kesulitan melawan tim-tim besar. Di ajang Liga Primer mereka hampir tak pernah menang melawan para favorit juara.

Mereka kalah melawan Manchester City 1-2, ditahan seri Liverpool 1-1, dan dihancurkan Chelsea pekan lalu, 23 Oktober. Itu masih belum ditambah “bonus” kekalahan melawan tim kecil Watford 1-3. 

Situasi bagi United semakin sulit karena tim berjuluk Setan Merah itu memiliki kemampuan recovery mental yang cukup lama. Setelah keok melawan tetangga dekatnya, City, pasukan Jose Mourinho itu beruntun kalah dalam 2 laga berikutnya. Mereka dibekuk klub Belanda Feyenoord 0-1 dan Watford 1-3. 

Bagaimana kali ini setelah dihancurkan Chelsea 0-4? 

Nahas bagi United. Hanya berselang 3 hari pasca pembantaian di Stamford Bridge itu, mereka justru harus bertemu tim sekota Manchester City. Keduanya akan bentrok di Old Trafford, Kamis 27 Oktober, untuk memperebutkan tiket ke babak selanjutnya. 

United kembali dihantui kekalahan setelah di ajang Liga Primer mereka juga keok atas tim yang sama. Apalagi, performa City di papan klasemen jauh lebih baik dibanding jawara Liga Primer 20 kali tersebut.

Pasukan Josep “Pep” Guardiola saat ini adalah tim paling produktif di Liga Primer bersama Liverpool dengan koleksi 20 gol. Dengan 9 laga sudah berjalan, ini berarti rata-rata 2 gol mereka kemas di setiap pertandingan.

Sebaliknya, United hanya mampu mencetak 13 gol atau kurang dari 2 gol per laga. 

Kondisi semakin sulit bagi United karena Mourinho mulai menunjukkan kebingungan dalam menentukan starting eleven terbaik. Dalam laga melawan Chelsea, misalnya. Juan Mata yang dimasukkan di babak kedua justru mampu menghidupkan serangan tim. 

Sementara itu, Paul Pogba yang didorong menjadi pemain nomor 10 (sebagai gelandang menyerang, berada di belakang striker utama) justru mati kutu. Tak banyak berkontribusi. Sebagai pemain yang ditugaskan memproduksi peluang, catatan kreasi peluang pemain Perancis itu nol.

Padahal, hanya berselisih satu laga sebelumnya, Paul Pogba tampil luar biasa di ajang Europa League. Berduet dengan pemain gaek Michael Carrick dalam format gelandang jangkar ganda 4-2-3-1, Pogba berkontribusi penuh dalam laga yang berakhir dengan kemenangan telak 4-1 tersebut.

Alih-alih mempertahankan formasi yang sama, Mourinho justru memasang Marouane Fellaini dan Ander Herrera di posisi tersebut. Sedangkan Pogba didorong lebih maju. Hasilnya pun berantakan. Fellaini yang kerap overlapping ke lini depan tak bisa menahan gempuran bertubi-tubi lini tengah Chelsea. 

Sejatinya, mantan pemain Juventus itu beberapa kali mengatakan lebih nyaman bermain dalam format 4-3-3. Dia akan mengisi posisi sebagai gelandang sayap, tepat di belakang winger. Posisi yang sama saat dia membawa Les Bleus mencapai babak final Euro 2016 sebelum dikalahkan Portugal. 

Karena itulah, kehadiran City ke Old Trafford dalam waktu yang sangat tidak tepat. Tim tuan belum siap menghadapi salah kandidat juara terkuat Liga Primer musim ini. Memang, Piala Liga hanyalah ajang kelas dua. Tapi gengsi dua tetangga plus perseteruan panjang antara dua anggota “perguruan” sepak bola La Masia, Mourinho dan Guardiola, bakal membuat laga tetap panas. 

“Derby selalu spesial. Kami akan bermain serius dan berusaha memenangkan pertandingan,” kata Guardiola seperti dikutip BBC.

City siap kembali ke jalur kemenangan

Meskipun begitu, sejatinya City bukan tanpa masalah. Motor kreativitas di lini depan, Kevin De Bruyne, absen karena cedera. Padahal, pemain Belgia itu adalah penyuplai umpan kunci bagi para striker. Dia adalah pencipta assist terbanyak tim di Liga Primer: 4 assist dan 2 gol. 

Praktis, dalam laga melawan United, Pep bakal mengandalkan David Silva untuk menyuplai Sergio Aguero di ujung tombak.

Selain soal ketersediaan pemain, Guardiola juga sedang menghadapi tekanan. City tak pernah menang dalam 5 laga terakhir. Rekor tanpa kemenangan yang cukup panjang bagi Guardiola. 

Setelah kekalahan besar 0-4 atas Barcelona di ajang Liga Champions, Vincent Kompany dan kawan-kawan tak bisa membalik keadaan. Mereka justru ditahan seri Southampton 1-1 di kandang sendiri.

Hasil tak memuaskan itu jelas membuat Guardiola tak bahagia. Laporan ESPN menyebutkan, mantan pelatih Barcelona itu “mengunci” pemain lebih dari setengah jam pasca pertandingan. Dia terlibat pembicaraan intensif dengan mereka.

Saat ditanya wartawan, Pep beralasan dia sedang menikmati wine. “Perlu waktu yang agak lama untuk menikmati anggur yang bagus,” kilahnya.

Situasi City memang cukup memusingkan dalam sebulan terakhir. “Bulan madu” dengan Pep hanya bertahan sepanjang 6 laga di mana mereka meraih streak (kemenangan beruntun) sejak musim dimulai. Pep sendiri juga mengaku bingung apa penyebab kelesuan pemain.

Mantan manajer Bayern Muenchen itu harus segera memecahkan kebekuan di timnya. Jika tidak, mereka akan semakin dijauhi dari kemenangan. Dan melawan tetangga yang kejayaannya tertinggal di masa lalu adalah momen yang tepat.

“Saya akan segera memecahkan situasi sulit ini. Saya pernah menjadi pemain dan situasi ini memang terkadang muncul,” katanya.—Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!