SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2011-2015, Djohar Arifin, kembali mencoba peruntungannya. Dia juga berminat kembali ke kursi yang sama dalam Kongres PSSI 2016.
Ada beberapa program yang akan dilakukannya jika dipercaya kembali memimpin federasi sepak bola Indonesia itu. Sebagian besar program tersebut adalah rencana yang belum sempat diwujudkan saat dia menduduki kursi kekuasaan kepengurusan olahraga paling populer di Indonesia tersebut.
Djohar mengatakan, dia ingin adanya efisiensi dan produktivitas dalam bidang keuangan di PSSI. Menurutnya, keuangan organisasi harus transparan.
Selain itu, dia ingin membangun akademi sepak bola usia muda dan pengelolaan sumber daya manusia yang baik. Salah satunya dengan memberi bekal pelatihan kepada para pelatih.
Selain itu, ia berniat menggencarkan pendekatan ilmu pengetahuan dalam olahraga alas sport science.
“Kita juga harus menambah jumlah pelatih-pelatih asal Indonesia yang memiliki lisensi kepelatihan bersertifikat FIFA,” katanya.
Kekurangan pelatih bersertifikat FIFA itulah yang membuat pemain Indonesia banyak yang “salah asuhan”. Akibatnya, bibit-bibit muda Tanah Air tak bisa mencapai puncak permainannya.
“Akan ada konsep piramida Timnas Indonesia, yakni pembinaan berjenjang dengan timnas sebagai puncak piramidanya,” katanya.
Program lama ini, menurut Djohar, sudah disiapkannya dari sejak menjabat Ketum PSSI. Tapi, belum berjalan maksimal.
Kans Djohar tak terlalu besar
Masalahnya, kans Djohar untuk kembali ke kekuasaan tak terlalu meyakinkan. Dia hanya dicalonkan oleh anggota klub asal pulau Sumatera. Namun, profesor di bidang olahraga itu yakin bisa meraup dukungan.
Dukungan dari Sumatera saja tak bakal bisa mengantarkannya meraih kemenangan dalam kongres bulan ini. Dia masih membutuhkan suara dari Pulau Jawa. Masalahnya, pendukungnya sudah habis.
Sejak kasus dualisme klub dan dia memilih mengakomodasi pemilik suara dari Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) pimpinan La Nyalla Matalitti, namanya sudah sangat tercemar.
Bahkan, salah satu pemilik suara menyebut Djohar hanya seorang job seeker.
“Dia mengalami post-power syndrome dan mencoba mencari perhatian dan sensasi saja. Secara suara, dia tak layak diperhitungkan,” kata voter tersebut.—Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.