US basketball

Awan kelabu The Jakmania, tiga kematian dalam sehari

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Awan kelabu The Jakmania, tiga kematian dalam sehari

ANTARA FOTO

'Buat apa ada sepak bola bila masih ada darah, nyawa, dan air mata terbuang sia-sia'

JAKARTA, Indonesia — Aksi anarkistis massa beratribut suporter tim sepak bola kembali memakan korban. Kali ini, Harun Alrasyid Lestaluhu alias Ambon, anggota The Jakmania daerah Kali Malang tewas usai menonton laga Persija Jakarta kontra Persib Bandung di Manahan Solo, Sabtu, 5 November.

Sebuah pesan masuk dari Kabid Humas Polda Jabar Kombes Yusri Yunus masuk ke ponsel Rappler. Ia menceritakan kronologis meninggalnya suporter The Jakmania itu. Sementara satu warga lain luka berat.

Kejadian yang terjadi pada Minggu, 6 November itu, menurut Kombes Yusri bermula dari aksi lempar dari rombongan bus The Jakmania kepada warga.

Ia menyatakan korban tidak tertolong karena sebelumnya petugas yang berniat melindungi justru diserang oleh warga yang terlanjur mengeroyok Harun. Saat dibawa ke rumah sakit, nyawanya tak tertolong.

“Mereka pikir, warga itu mau menghadang perjalanan mereka, mereka pun terpancing dan langsung melempari warga sehingga tawuran pecah. Saat akan dilarikan ke rumah sakit, nyawa korban tidak tertolong,” kata Yunus. 

The Jakmania pun menolak apabila disebut sebagai biang kerok terjadinya kericuhan di KM 188 tol Cipali itu.

Melalui rilis resminya, PP Jakmania menjelaskan kronologis terjadinya aksi pelemparan. Versi mereka, perjalanan rombongan The Jakmania yang justru terganggu karena aksi lempar warga terlebih dulu. 

Sempat tak berniat membalas, bus akhirnya berhenti juga karena penyerangan yang dilakukan cukup parah. Tawuran pun pecah karena mereka membalas serangan.

Niat The Jakmania tak meladeni justru membuat bus yang ditumpangi jadi bulan-bulanan dan akhirnya menjadikan penumpangnya tak tahan. 

“PP The Jakmania meminta kepada aparat keamanan untuk mengusut tuntas kejadian penyerangan terhadap rombongan The Jakmania yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan korban luka,” demikian bunyi rilis resmi tersebut. 

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi melalui pesan singkatnya terlihat tak mau lagi banyak berkata-kata terkait kejadian ini. Sebab, bentrok antarsuporter di luar lapangan seharusnya tak ada di ranah sepak bola.

“Harus diproses secara hukum, harus diusut tuntas,” ucapnya singkat.

Minggu, 6 November 2016, memang layak disebut hari duka The Jakmania. Karena selain Harun, ada juga anggota The Jakmania Korwil Pekalongan bernama Gilang tewas akibat kecelakaan lalu lintas. Sementara Didi, The Jakmania Korwil Nganjuk, meninggal dunia karena serangan jantung. Didi meninggal murni karena sakit. 

Di sisi lain, Save Our Soccer (SOS) mengaku sangat prihatin dengan aksi brutal dan vandalisme yang sampai menghilangkan nyawa suporter. Kejadian ini melengkapi data yang dimiliki oleh Litbang #SOS bahwa sudah 54 orang tewas di sepak bola Indonesia sejak Liga Indonesia digelar pada 1993/1994. 

The Jakmania tercatat sudah mengorbankan lima nyawa. (BACA: Daftar suporter tewas akibat bentrok sepak bola sejak 1995)

“Ini tidak bisa dianggap remeh atau disebut sebagai kecelakaan sepak bola. Ini harus ditangani secara serius pihak-pihak terkait. Terlalu mahal sepak bola harus dibayar dengan nyawa,” kata Akmal Marhali, koordinator SOS.

Memang, pada tahun ini sudah 6 nyawa yang melayang karena aksi brutal pendukung sepak bola. Mereka adalah M Fahreza (The Jakmania), Stanislaus Gandhang Deswara (BCS, Sleman), Naga Reno Cenopati (Singamania), M. Rovi Arrahman (bobotoh), sampai Gilang dan Harun Al Rasyid Lestaluhu (The Jakmania). 

Mirisnya, lanjut Akmal, semua terjadi dalam kegiatan kompetisi tak resmi Indonesia Soccer Championship (ISC) yang digagas pemerintah dan dikelola PT Gelora Trisula Semesta (GTS) sebagai proyek percontohan reformasi tata kelola sepak bola Indonesia. 

“Buat apa ada sepak bola bila masih ada darah, nyawa, dan air mata terbuang sia-sia. Pemerintah dan pihak-pihak terkait harus tanggung jawab terhadap kejadian ini, atas dasar fakta-fakta di atas SOS menuntut Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo untuk menghentikan ISC,” katanya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!