Bursa Ketua Umum PSSI: Revolusi setengah hati Tonny Apriliani

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tonny Aprliani selalu menjadi pengurus teras PSSI setiap kali rezim berganti. Bagaimana kali ini?

Tonny Apriliani (empat dari kiri) saat debat para calon ketua umum. Foto: Mahmud Alexander

JAKARTA, Indonesia — Nama Tonny Aprilani menjadi terkenal di sepak bola Indonesia setelah menjadi ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Jawa Barat pada 2008-2011.

Dia pernah menjadi ketua PSSI “tandingan”, Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI), sampai akhirnya menjabat executive committee (Exco) PSSI di era Djohar Arifin dan La Nyalla Mattalitti.

Perawakannya santai, tutur katanya kalem. Tapi untuk urusan kebijakan, dia kerap dianggap sering kontra dengan pengurus-pengurus lain. Kadang kata-katanya nyeleneh. Kadang dia muncul sendiri saat pengurus lain enggan muncul. 

Salah satunya saat pendukung Persebaya 1927, Bonek, datang ke Jakarta dalam aksi Gruduk Jakarta I. Dia berani datang dan menghadapi ribuan massa. Padahal, Bonek jelas benci dan menganggap PSSI sebagai musuh bersama mereka karena menghalangi Persebaya yang asli berdasarkan keputusan pengadilan itu untuk mengikuti kongres. 

Sepak bola saat ini, menurut Tonny, jauh dari kata baik. Pasca disanksi FIFA, Indonesia tertinggal beberapa langkah dibanding negara lain. Karena itu, dia termotivasi menjadi ketua umum PSSI untuk membawa induk sepak bola Indonesia itu lebih baik lagi. 

Karena itu, motivasi Tonny maju menjadi orang nomor satu di PSSI adalah untuk membangun sepak bola yang lebih baik, yang modern, dan berprestasi. Dia bahkan siap merevolusi PSSI.

Ironisnya, meski mengambil kata revolusi, pria yang pernah menjabat anggota DPR RI itu, ternyata ingin melanjutkan apa yang telah dijalankan kepengurusan sebelumnya. 

“Saya akan mengadopsi semua program pembinaan sepak bola yang sudah tersusun baik dari kepengurusan sebelumnya yang sifatnya meningkatkan kualitas persepakbolaan Indonesia,” katanya beberapa waktu lalu. 

Tonny tak segan-segan memuji sosok Agum Gumelar. Dia siap meneruskan program positif yang sudah dijalankan oleh mantan Danjen Kopassus itu saat memimpin PSSI. Salah satu target besarnya yang terlihat adalah memperbaiki ranking FIFA hingga ke posisi di bawah 100 besar. 

“Saat PSSI dipimpin oleh Agum Gumelar, Indonesia pernah tembus ranking di bawah 100. Ini tak pernah terjadi setelah kepimpinan Agum. Jadi ada pentingnya meneruskan program yang sudah baik, tidak serta merta membongkar saja,” dia menerangkan.  

Program lain yang disiapkan oleh pria yang berprofesi dokter gigi itu adalah memperbanyak memperbanyak kompetisi usia dini dan usia muda. Tujuannya, agar mudah membuat timnas yang kuat.

“Dulu saat di Asprov Jabar saya membuat kompetisi berjenjang usia muda. Hasilnya terlihat sekarang, Jabar sudah juara di PON. Ini perlu diadopsi, kalau saya terpilih jadi ketua umum PSSI,” tuturnya

Bagaimana kans Tonny untuk terpilih?

Tonny sejatinya tak terlalu ngotot menjadi ketum. Ini terlihat dari pergerakannya yang minim. Menurut sejumlah voter, dia hanya mengincar kursi wakil ketua umum, atau paling buruk kembali menjadi exco. 

Dia hanya mencoba peruntungan dan cek ombak. Sejauh mana kekuatannya di mata para voter. Karena itu, dia sama dengan yang lain, enggan menyebutkan siapa yang mendukungnya. 

Yang pasti, Asprov Jabar lah yang mendorongnya untuk maju. Tapi Persib Bandung hampir pasti ogah berbagi suara kepada orang asli Bandung itu.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!