Singapura vs Indonesia: Misi Garuda melawan kemustahilan

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Singapura vs Indonesia: Misi Garuda melawan kemustahilan
Peluang skuat Merah Putih untuk lolos ke babak berikutnya tetap terbuka. Namun, mereka harus menunggu hasil di pertandingan lainnya.

JAKARTA, Indonesia — Timnas Garuda hanya meraih satu poin dari dua laga. Mereka membutuhkan 3 poin lagi dalam laga pemungkas grup A melawan Singapura di Rizal Memorial Stadium, Manila, Filipina, 19.00 WIB. 

Namun, meski pasukan Alfred Riedl tersebut menang, mereka tak secara otomatis lolos. Nasib mereka bergantung pada laga lain yang dihelat dalam waktu yang bersamaan antara juara bertahan Thailand versus Filipina. Jika menang, Indonesia bisa lolos apabila Filipina seri atau kalah dari Thailand. 

Namun, jika negeri pimpinan Rodrigo Duterte itu menang atas Thailand, maka kemenangan atas Singapura pun bakal sia-sia. Sebab, 4 poin Indonesia tak bakal bisa mengejar raihan Filipina yang mencapai 5 angka.

Rekor Filipina di Piala AFF 2016 memang lebih baik daripada Indonesia. Mereka meraih 2 poin dari 2 laga. 

Situasi ini mengulangi kondisi di Piala AFF 2014 silam, dengan pelatih yang sama pula. Saat itu Indonesia mengalami nasib tragis. Meski menang 5-1 atas Laos, mereka tetap tidak lolos karena Filipina kalah dari Vietnam 3-1.

The Azkals pun lolos ke babak kedua dengan mengambil slot runner up mendampingi juara grup Vietnam. 

Ketergantungan terhadap laga lain tersebut jelas bakal mengganggu konsentrasi pasukan Merah Putih. Fokus mereka tak hanya pada Singapura, tapi juga pada laga antara Thailand versus Filipina. 

Situasi semakin kompleks karena Singapura juga memiliki peluang. Bahkan lebih besar dibanding Indonesia. Pasukan Varadaraju Sundramoorthy bakal lolos jika bermain seri atau mengalahkan Indonesia dan Filipina kalah atas Thailand. 

Dengan sekian banyak hambatan yang harus dihadapi, winger Timnas Andik Vermansah mengajak rekannya untuk membuang jauh-jauh segala kekhawatiran terhadap laga lain. Mereka harus berfokus pada apa yang ada di depan mata: Singapura. 

“Yang terpenting adalah bagaimana kami bermain. Perkara hasil Filipina-Thailand bagaimana, itu jangan dipikirkan dulu. Yang penting maksimal dulu, dan harus menang,” kata Andik. 

Beruntung, di saat kondisi kritis, pemain-pemain yang awalnya sempat diragukan kondisinya kini semakin membaik. Bahkan, pelatih Alfred Riedl menyebut seluruhnya dalam kondisi oke dan siap dimainkan.

“Semua pemain dalam kondisi fit,”ujar Riedl singkat kepada awak media, usai memimpin latihan Kamis, 24 November, malam.

Dikonfirmasi terpisah, dokter tim Syarif Alwi menjelaskan bahwa kondisi para pemain yang sempat tanda tanya dan berlatih terpisah pada Rabu, 23 November lalu seperti Stefano Lilipaly dan Rizky Pora saat ini sudah membaik.

“Bagus, kondisi mereka sudah bagus. Kalau dilihat, mereka siap ditampilkan,” terangnya melalui pesan singkat kepada Rappler, Kamis malam.

Menghadapi Singapura, Riedl sendiri memastikan bakal bermain menyerang. Dia yakin, Singapura bakal memainkan sepak bola menyerang, bukan bertahan seperti laga-laga kontra Filipina dan Thailand.

Alasan pelatih asal Austria itu, situasi Singapura hampir sama dengan Indonesia, yakni butuh poin untuk mendongkrak posisi dan lolos. Karena itu, mau tidak mau, mereka akan berusaha mencetak gol dan menyerang. 

“Saya yakin akan ada permainan terbuka. Kalaupun mereka defensif mereka, ya, kami siap ladeni,” tandasnya.

Indonesia seharusnya belajar dari laga kontra Filipina. Pasukan Garuda terlihat lemah dalam hal transisi dari menyerang ke bertahan. Seolah ada ruang yang jauh antara lini belakang dan tengah setelah pemain melakukan serangan.

Para pemain tak hanya terlambat turun, tapi juga seolah enggan menekan pemain lawan yang berada di area akhir Indonesia. 

Stefano Lilipaly yang memiliki stamina dan daya jelajah lebih baik dari Evan Dimas Darmono seharusnya diberi peran lebih. Dia bisa menjadi penghubung antara lini belakang dan tengah. Menurunnya kontribusi Evan juga bisa dipahami karena pemain asal Surabaya itu memiliki problem kebugaran sebelum melawat ke Filipina.

Di depan, Riedl perlu mencoba kombinasi pemain-pemain cepat. Para pemain seperti Bayu Gatra, Andik Vermansah, Boaz Salossa, plus Ferdinan Sinaga harus diberi ruang lapang untuk bereksplorasi. Ferdinan mampu membuktikan dirinya saat melawan Filipina.

Dia sempat menciptakan 2 peluang emas, meski masih bisa diantisipasi oleh kiper Roland Muller. Bandingkan dengan Zulham Zamrun yang kontribusinya minim dan melakukan beberapa kali melakukan blunder. 

Di lini pertahanan, Riedl perlu memberi kesempatan kepada kiper kedua Andritany Ardhyasa. Tapi, entah apa yang ada dalam benaknya, dia hanya memberi kesempatan kepada Kurnia Meiga.

Dengan memainkan Andritany, Riedl juga tak perlu khawatir adanya miskomunikasi seperti yang terjadi antara bek Yanto Basna dan Kurnia Meiga. Sebab, Andritany bisa dipasang bebarengan dengan bek Gunawan Dwi Cahyo, rekan setimnya di Persija.

Dibandingkan chemistry antara Yanto dan Kurnia Meiga, Gunawan dan Andritany jelas lebih baik. Toh secara postur Gunawan adalah pemain belakang yang paling tinggi di tim ini, 185 cm. Basna hanya 182 cm.

Bek jangkung bakal memberi alternatif skema bagi Indonesia. Terutama saat set-piece . Gunawan bisa merangsek ke depan gawang lawan untuk menguasai duel udara.

Riedl juga perlu menginstruksikan para pemain di lini depan untuk lebih eksplosif. Para pemain sayap yang biasanya bertugas menusuk masuk ke dalam kotak penalti dan hanya memberi umpan, kali ini harus lebih berani melepaskan tembakan. Tujuannya, mendapat bola mental untuk dimanfaatkan duet ujung tombak Boaz Solossa dan Lerby Eliandry.

Upaya ini sejatinya efektif karena saat melawan Filipina, gol kedua didapatkan skema tersebut. Melawan Singapura yang kemungkinan bakal menumpuk pemain di dalam kotak penalti, perlu ada keberanian mengubah taktik dan meningkatkan intensitas shooting

Boaz Salossa masuk radar Singapura

Pelatih Singapura Varadaraju Sundramoorthy tak tinggal diam. Dia sudah memprediksi situasi ini bakal terjadi. Duel terpanas di grup A bukan perebutan juara grup, melainkan bentrok memperebutkan posisi runner up.

Karena itu, dia sudah mempersiapkan diri sejak lama. Saat Indonesia mengawali Piala AFF 2016 melawan Thailand, Sundramoorthy ikut berada di antara barisan penonton. Dia mengamati langsung pertandingan Indonesia melawan Thailand yang berkesudahan 2-4.

Dia menilai, performa Indonesia cukup bagus. Terutama di lini depan. Sebab, mereka mampu memberikan perlawanan dan persaingan yang ketat kepada Thailand, begitu juga Filipina. 

Meski demikian, pelatih berdarah India itu sudah menyiapkan taktik khusus setelah mengamati kelemahan Indonesia pada laga-laga sebelumnya. 

“Kami sudah tahu harus bermain bagaimana. Indonesia tim yang bagus, tapi mereka punya kelemahan yang bisa dimanfaatkan,” terangnya.

Sundramoorthy menyebut satu nama yang memiliki kualitas bagus dan layak diwaspadai. Dia adalah Boaz Salossa, kapten sekaligus striker yang sejauh ini telah mencetak 2 gol untuk Indonesia di Piala AFF 2016.

“Dia pemain bagus. dia cepat dan berbahaya,” ucapnya. —Rappler.com 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!