Manchester City vs Chelsea: Ujian formasi kemenangan

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Manchester City vs Chelsea: Ujian formasi kemenangan
Apakah performa luar biasa Chelsea hanya temporer? Laga ini yang akan membuktikannya.

JAKARTA, Indonesia —  Sejak berubah dari formasi 4 bek, baik 4-2-3-1 maupun 4-1-4-1, menjadi pakem 3 bek (3-4-3), Chelsea selalu meraih hasil sempurna. Dalam 7 laga setelah keok 0-3 dari Arsenal, mereka mendulang 3 poin. 

Tak hanya meraih kemenangan, mereka juga semakin produktif. Dalam 7 laga itu saja, total 19 gol sudah diciptakan atau rata-rata hampir 3 gol per pertandingan. Bahkan, dalam 6 laga sejak kekalahan melawan Arsenal tersebut, mereka mencatatkan cleansheet alias nol kebobolan.

Tottenham Hotspur menjadi tim pertama yang mampu menjebol gawang Thibaut Courtois pada laga 26 November lalu. Itupun mereka masih kalah karena Chelsea membalas dengan 2 gol dan mencatatkan streak alias kemenangan beruntun ketujuh. 

Namun, di matchday ke-14, jalan terjal bakal dilalui Chelsea. Mereka harus menghadapi salah satu favorit juara, Manchester City, di Etihad Stadium, Sabtu, 3 Desember, pukul 19.30 WIB. Pasukan Pep Guardiola tersebut termasuk tim yang cukup stabil di papan atas. Sepanjang 14 pekan, mereka konsisten masuk dalam 3 besar. 

Bandingkan dengan Chelsea yang baru stabil 7 pekan terakhir. Pasukan Antonio Conte pernah mencapai posisi terendah di peringkat ketujuh sebelum akhirnya terus menanjak hingga memimpin klasemen sementara. 

Karena itu, dalam laga melawan City ujian bagi Chelsea tak hanya formasi. Tapi juga stabilitas mereka. Apakah mereka benar-benar layak berada di peringkat atas atau hanya performa temporer mereka yang sedang menanjak?

Itu juga yang menjadi alasan mengapa Conte tidak terlalu tergiur untuk membicarakan gelar juara meski sudah memimpin klasemen sementara selama 2 pekan terakhir. “Melawan City bakal menjadi laga berat. Ujian bagi formasi kami,” kata Conte seperti dikutip BBC.

Namun, mantan pelatih Juventus itu ingin membuktikan kepada City bahwa mereka bukan tim yang sama seperti di awal musim. “Kami ingin menunjukkan apa saja yang sudah kami kerjakan. Bagaimana kami tumbuh, selangkah demi selangkah,” katanya.

Conte tidak berlebihan. City memang tim dengan kreativitas permainan yang kaya. Dengan suplai lini tengah kreatif dalam diri para pemain seperti David Silva, Kevin De Bruyne, dan Raheem Sterling, rival sekota Manchester United tersebut selalu punya cara untuk membongkar pertahanan lawan.

Tak heran, ibarat mesin, mereka mengawali Liga Primer dengan mesin yang langsung panas. Memimpin klasemen sementara sejak pekan keempat hingga pekan kesembilan. Namun, seiring fokus yang terbagi dengan Liga Champions dan ajang turnamen domestik lainnya, City mengalami kejenuhan pula. 

Sejak kalah atas Spurs 0-2 pada 2 Oktober lalu, performa City tak lagi solid. Kemenangan menjadi barang yang sulit untuk diraih. Mereka ditahan seri Everton, Southampton, Middlesbrough masing-masing dengan skor 1-1. Kemenangan beruntun baru kembali mereka raih dalam 2 laga terakhir melawan Crystal Palace dan Burnley. 

Sama seperti Conte, Guardiola juga sempat dibingungkan dengan pilihan skema terbaik City. Dia sempat menjajal pakem 4 bek dengan formasi 4-1-4-1, 4-2-3-1, dan 4-4-2. Skema 3 bek juga sempat dijajal dengan sistem 3-5-2 dan 3-4-2-1. Namun, tak seperti Chelsea, Guardiola tak langsung mendapatkan hasil instan. 

Bahkan, dalam 3 laga dengan formasi 3 bek, hanya sekali mereka mendapatkan kemenangan. Dua laga lainnya berakhir seri. 

Itulah mengapa Guardiola tak sungkan memuji Conte. Sebab, format 3 bek adalah formasi yang cukup kompleks. Tidak seperti pakem 4 bek, sistem trio bek adalah sistem permainan yang dijalankan dengan detail dan skema yang berbeda. Lebih detail dan lebih rumit. 

Para pemain juga harus lebih bekerja keras. Terutama sektor gelandang sayap yang harus turun hingga lini paling belakang demi membentengi serangan balik lawan. Bahkan, Chelsea pun mengalami sejumlah situasi di mana gelandang sayap seperti Victor Moses terlambat turun dan lawan mengeksploitasi sektor bek kanan habis-habisan.

Namun, skema tersebut juga membuat sejumlah pemain semakin fokus pada kemampuannya. Penyerang sayap seperti Eden Hazard yang enggan turun ke belakang untuk bertahan, misalnya. Kini dia tak perlu memaksakan diri. Jika dalam formasi 4-2-3-1 dia harus turun hingga lini paling belakang, dalam formasi 3-4-3 dia hanya perlu menekan lawan.

Sebab, sektor sayap kiri sudah dijaga oleh Marcos Alonso (gelandang sayap) yang turun plus Gary Cahill (satu dari trio bek Chelsea) yang bisa bertahan melebar. 

“Conte telah melakukan pekerjaan luar biasa,” puji Guardiola. 

Hasil di awal liga, kata dia, tak bisa menjadi bukti penampilan Chelsea. “Mereka menang dalam 7 laga beruntun dan hanya kebobolan 1 gol. Mereka adalah favorit juara. Dan kini mereka akan semakin menjadi favorit juara,” katanya.—Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!