Perjalanan Timnas sampai final Piala AFF 2016: Mengatasi pesimisme di setiap fase

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Perjalanan Timnas sampai final Piala AFF 2016: Mengatasi pesimisme di setiap fase

ANTARA FOTO

Tak ada keberuntungan yang gratis. Ia datang dengan kerja keras.

JAKARTA, Indonesia — Pelatih Alfred Riedl mungkin orang yang paling tidak percaya timnya bisa menembus final ajang AFF Suzuki Cup. Sejak awal, dia adalah orang yang paling tahu kekuatan Indonesia dan paling pertama bertanggung jawab dengan capaian tim.

Lihat saja, saat kali pertama ditunjuk, dia dengan lantang menyebut target Indonesia adalah menjadi finalis di Piala AFF 2016. Namun setelah mengumpulkan tim, melakukan seleksi, dan dinamika pun muncul, Riedl melakukan revisi target. 

Saat itu, kata dia, tak mungkin meraih target tanpa skuat yang komplit. Di tengah turnamen Indonesia Soccer Championship (ISC), klub-klub memang enggan melepas pemainnya ke Timnas. Maksimal hanya 2 pemain yang bisa “dipinjam” Riedl. 

Situasi tersebut diperburuk dengan sanksi FIFA terhadap PSSI. Imbasnya, kata Riedl, kondisi fisik para pemain tidak bagus.

“Ini hal yang sulit, pemain lebih senang membela klub daripada berkorban untuk negaranya, klub juga lebih mementingkan kebutuhan mereka dibanding kebutuhan negara,” ujar Riedl saat itu.

Riedl juga curhat kepada media asing. Dia menegaskan, di AFF, kekuatan Indonesia tak mungkin bisa mencapai 100 persen.

“Kekuatan terbaik Indonesia yang bisa dipanggil saat ini hanya 80 persen. Karena kami tidak bisa mendapatkan pemain-pemain terbaik di posisinya, kami mencari alternatif di antara yang terbaik itu, dan yang masih memiliki hati untuk Indonesia,” kata pelatih asal Austria tersebut kala itu. 

Sejumlah uji coba digelar. Tapi hasilnya tak lantas melambungkan harapan. Sebab, performa Indonesia tak meyakinkan di laga-laga persahabatan tersebut. Indonesia memang sempat menghajar Malaysia 3-0. Tapi pasukan Garuda hanya bermain imbang dengan Vietnam 2-2 dan imbang lagi dengan Myanmar 0-0, bahkan terakhir takluk 2-3 dari Vietnam di Hanoi. 

Hingga laga perdana di grup A berlangsung, mendung masih juga menyelimuti Indonesia. Garuda justru menjadi tim yang mengalami kekalahan pertama. Melawan Thailand, skuat Garuda keok 2-4. Menjalani laga menentukan dengan Filipina, Indonesia ditarget menang, tapi ternyata imbang 2-2. 

Pesimisme semakin besar. Banyak pihak memprediksi, Indonesia tak akan lolos dan hanya mengulang kegagalan di dua fase AFF sebelumnya. Namun, di laga terakhir, Indonesia sukses menang 1-2 atas Singapura, sementara Filipina takluk dari Thailand sehingga melenggang ke semifinal.

Keberhasilan ini pun disebut oleh Stefano Lilipaly sebagai keajaiban dari sebuah kerja keras. Dia menilai, kerjasama tim dan solidaritas membela Merah Putih mampu melahirkan keberuntungan bagi Indonesia.

Di semifinal, lagi-lagi pesimisme mengawali perjuangan Indonesia. Bahkan Alfred Riedl sang pelatih pun merasa pesimistis, dan selalu merendah dalam jumpa pers. 

“Kami akan bertemu salah satu favorit juara. Tim terbaik kedua di turnamen ini. Kami akan mencoba tampil normal,” ungkapnya.

Nyatanya, bukan main normal, Indonesia terlihat lebih banyak diserang, walau akhirnya bisa menang tipis, 1-2. Di leg kedua, Indonesia jadi bulan-bulanan, bahkan diserang “tujuh hari tujuh malam”, hingga akhirnya bisa bermain seri 2-2 via babak tambahan setelah skor 1-2 berakhir di babak normal. 

Riedl pun mengakui. Ada keberuntungan yang menaungi Indonesia. Tapi, dia menolak kalau keberuntungan itu datang secara gratis.

“Keberuntungan itu datang karena tim bekerja keras. Mereka yang bekerja keras, berusaha habis-habisan. Akhirnya keberuntungan itu datang,” tandasnya. 

Bagaimana peluang di final? Harus diakui, peluang Indonesia tetap tipis. Pasalnya, di atas kertas, Thailand adalah unggulan, favorit juara, dan pernah menghajar Indonesia 4-2 di fase grup. Mereka juga sudah akrab dengan gelar juara Piala AFF. Jawara empat kali itu sangat siap untuk meraih gelar kelimanya. 

Tapi, selama peluit akhir belum berbunyi, harapan untuk meraih gelar pertama dalam sejarah partisipasi Indonesia di AFF tetap melambung tinggi. Sampai kemudian hasil berkata lain.—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!