Tottenham Hotspur vs Chelsea: Lima pekan yang menentukan

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tottenham Hotspur vs Chelsea: Lima pekan yang menentukan

AFP

Kemenangan bakal menjadi bekal berharga bagi Chelsea untuk mengarungi pekan-pekan yang lebih berat.

JAKARTA, Indonesia — Chelsea boleh menepuk dada dengan menjadi “juara paruh musim”. Tapi, Liga Primer tak digelar hanya setengah waktu. Putaran kedua langsung dijalani klub berjuluk The Blues tersebut dengan melintasi pekan-pekan terjal.

Pekan terjal pertama Chelsea dilalui dengan melawat ke tetangga di utara: Tottenham Hotspur. Pasukan Mauricio Pochettino akan berupaya menghentikan 13 kemenangan beruntun John Terry dan kawan-kawan. Sebab, jika tim biru itu kembali menang, maka klub milik Roman Abramovich tersebut akan menjadi pemilik rekor baru di Liga Primer: tim dengan kemenangan beruntun terbanyak. 

Selesai dengan Spurs, tantangan lain sudah menunggu skuat Antonio Conte. Jawara lima kali Liga Primer itu harus menghadapi juara bertahan Leicester City. Mereka akan  “istirahat” sejenak melawan Hull City kemudian lanjut melawan runner-up Liverpool dan Arsenal. 

Melakoni laga yang ketat selama hampir setiap pekan jelas bukan perkara mudah. Apalagi bagi tim seperti Chelsea yang memang enggan mengutak-atik lagi skuat utamanya setelah formasi kemenangan 3-4-3 ditemukan. 

Selain itu, dengan streak alias kemenangan beruntun yang terus merentang panjang, ekspektasi jelas mulai membumbung tinggi. Tekanan pun bakal berbeda. 

Jika awal musim dimulai dengan target memperbaiki peringkat pasca musim penuh bencana bersama Jose Mourinho, mau tak mau target harus berubah. Memimpin klasemen Liga Primer sepanjang 8 pekan tak mungkin targetnya hanya lolos ke Liga Champions. Mereka jelas ingin gelar juara.

“Selalu ada tekanan bagi pemuncak klasemen. Saat kamu berada di atas kamu pun mulai berharap. Dan saat itu, kamu tak mungkin bisa bermain nothing to lose lagi,” kata manajer Arsenal Arsene Wenger dalam sebuah wawancara. 

Kemenangan yang dengan “mudah” bisa diraih juga berpotensi membuat para pemain terlena. Mereka terancam kehilangan intensitasnya. Tanda-tanda itu memang sempat terlihat dalam laga terakhir penghuni Stamford Bridge itu saat meladeni Stoke City. 

Melawan tim polesan Mark Hughes tersebut, barisan bek yang selalu menuai pujian justru bermain terlalu longgar. Dua gol lawan dalam laga yang berakhir 4-2 tersebut terjadi karena antisipasi lamban dari sektor pertahanan. 

“Semakin hari, pertandingan selalu lebih berat bagi kami,” kata Conte mengakui

Kembalinya para pemain utama Spurs

Situasi itu bisa dimanfaatkan Spurs jika Chelsea tak segera mengembalikan fokusnya. Sebab, The LilyWhites sedang mengalami fase-fase paling produktif dalam kiprahnya di liga. Dalam 4 laga terakhir saja, Hugo Lloris dan kawan-kawan mencetak 13 gol! Bandingkan dengan Chelsea yang kemenangannya lebih “irit”: hanya mencetak 9 gol dalam 4 laga terakhir. 

Apalagi, sejumlah pemain kunci sudah bisa dimainkan Pochettino. Bek kanan Kyle Walker siap menghadang Eden Hazard. Begitu juga bek tengah Jan Vertonghen. Kedua pemain itu sudah kembali dari sanksi akumulasi kartu. 

“Chelsea datang ke kandang kami dalam performa yang sangat bagus. Tapi, kami juga tak kalah hebat dari mereka,” kata Pochettino seperti dikutip BBC

Dalam bentrok kali ini, agenda Pochettino jelas berbeda. Selain berusaha menyetop rentetan kemenangan Chelsea yang semakin menjengkelkan, Spurs harus segera membenahi peringkatnya. 

Sebagai tim yang musim lalu menjadi pemburu gelar bersama Leicester City, berada di posisi kelima klasemen sementara jelas bukan pilihan. Apalagi, di putaran pertama Chelsea mengalahkan mereka 1-2. 

Tapi, situasi di putaran pertama dan bentrok kali ini berbeda. Di laga yang digelar pada 27 November tahun lalu itu, bek kiri Danny Rose tak bisa diturunkan. Posisinya diganti Kevin Wimmer.

Bek tengah Toby Alderweireld juga tak bisa diturunkan. Posisinya digantikan bek muda Eric Dier. Akibatnya, sektor sayap menjadi bulan-bulanan tim tuan rumah. 

Kini, para pemain utama sudah bisa diturunkan. Mereka bukan Spurs yang sama seperti saat mengalahkan Chelsea. 

Masalahnya, Chelsea juga bukan tim yang sama saat mengalahkan Spurs. Format 3-4-3 yang awalnya cukup flat kini terus berkembang. Pilihan pemain kini jauh lebih variatif. 

Jika saat melawan Spurs tak ada kontribusi sama sekali dari Cesc Fabregas, kali ini mantan pemain Barcelona itu memberikan variasi berbeda dalam skema serangan Chelsea. Bersama Fabregas sebagai gelandang serang, Chelsea bisa menjelma menggunakan format 3-4-1-2 atau 3-4-2-1. 

Itu belum termasuk inisiatif umpan dari sektor belakang langsung ke lini depan. David Luiz kerap melepas umpan kunci ke Diego Costa. 

Sektor penyerang sayap juga semakin kuat. Willian sudah menemukan kembali kemampuan mencetak golnya di laga melawan Stoke. Posisinya bisa diisi bergantian bersama Pedro.

Jika itu yang terjadi, maka bisa-bisa Chelsea menjadi satu-satunya tim yang meraih kemenangan beruntun terbanyak dalam satu musim. Gelar juara pun semakin dekat.—Rappler.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!