Sempat ragu, ini yang membuat Luis Milla bersedia jadi pelatih timnas

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Sempat ragu, ini yang membuat Luis Milla bersedia jadi pelatih timnas
Luis Milla tak pernah sukses di tim senior. Bagaimana kali ini?

JAKARTA, Indonesia — Tim nasional Indonesia telah mengenalkan Luis Milla Aspas sebagai pelatih teranyar untuk menangani timnas sepak bola senior sekaligus timnas U-23 pada Jumat, 20 Januari.

Padahal, sebelum hari perkenalan tersebut, Milla mengaku ragu akan benar-benar menangani pasukan Garuda.

Ia mengatakan, ada perasaan takut terhadap ketidaknyamanan di Indonesa, terutama penerimaan dari publik sepak bola nasional.

Keraguan itu bahkan belum sirna saat dia tiba di Jakarta pada Rabu, 18 Januari, lalu. Namun, kegundahan tersebut perlahan-lahan sirna setelah dia membaca sejumlah media selama dua hari selanjutnya.

“Ternyata penerimaan masyarakat bagus dan saya disambut dengan sangat antusias,” kata Milla saat diperkenalkan di kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Jumat.

Setelah berdiskusi dengan PSSI dan sejumlah pelaku sepak bola, wawasan Milla tentang Indonesia semakin terbuka. Apalagi setelah kontrak dia dan PSSI mampu mencapai titik negosiasi yang bisa diterima oleh kedua belah pihak.

“Tidak mudah. Sampai tadi [Jumat] saya masih belum memutuskan. Tapi setelah datang ke sini [kantor PSSI] saya meyakinkan diri saya akan bekerja keras untuk sepak bola Indonesia,” ujar dia. 

Pelatih berusia 50 tahun tersebut yakin bisa membawa Indonesia mencapai performa yang maksimal. Tapi, dia ogah berbicara soal target, termasuk saat ditanya soal emas untuk Indonesia di SEA Games 2017. 

“Saya menerima pekerjaan ini. Saya menganggap ini sebagai hal yang penting. Soal itu [target] tanyakan ke PSSI. Saya  baru tiba dua hari ini, jadi tidak bisa berbicara soal itu, harus sinkronkan dengan PSSI,” kata Milla.

Tak pernah berprestasi menangani tim senior

Suasana keakraban dengan kehadiran wajah baru di PSSI itu sempat berubah. Itu ketika sejumlah wartawan menanyakan kinerja dia saat menangani tim di level senior, yakni ketika menukangi Al Jazira (salah satu tim di Uni Emirat Arab) dan dua tim Spanyol, CD Lugo dan Real Zaragoza.

Prestasi Milla di Al Jazira tak terlalu impresif. Saat membesut tim itu pada 2013, dia hanya meraih sekali kemenangan, lima kali imbang, dan lima kali kalah dalam 11 laga di seluruh ajang yang diikuti. Beruntung, meskipun tak konsisten, Al Jazira mampu menempati peringkat ketiga di akhir klasemen. 

Tapi, itu tak menyelamatkan nasib Milla. Dia akhirnya dipecat di akhir musim. Kekalahan memalukan dari Milla adalah saat Al Jazira yang merupakan juara edisi 2010-2011 itu harus takluk 1-5 dari Al-Shabab. 

Saat pindah ke Al Jazira pada awal musim 2013, dia pun mengungkapkan komentar yang mirip saat diperkenalkan di Indonesia. Yakni, ingin membawa tim barunya mendapatkan spirit khas sepak bola Spanyol. Dia bahkan menargetkan minimal timnya mencapai runner-up. Tentu saja target itu meleset karena Al Jazira hanya mampu finis di posisi ketiga.

Di CD Lugo pada musim 2015-2016, dia hanya memimpin 28 laga dengan hasil yang kurang memuaskan manajemen. Yakni 9 kali menang, 12 kali imbang, dan 7 kali kalah.

Gagal di klub yang berkiprah di Segunda Division alias kasta kedua Liga Spanyol tersebut, dia memilih Real Zaragoza. Salah satu klub yang tampil di Primera Division, kasta tertinggi sepak bola Spanyo.

Sayangnya, dia tak mampu mendongkrak performa tim. Dia hanya berhasil mengumpulkan tiga kali kemenangan, empat kali seri, dan lima kali kalah dari total 12 laga yang dijalani. Milla pun mundur.

Sempat menganggur sejak Oktober dan mengklaim mendapatkan banyak tawaran dari klub lain, Milla akhirnya menerima Indonesia. 

Dia menegaskan, catatan di tim atau klub senior, tak akan sama dengan menangani timnas. Dia mengklaim, dirinya memiliki keunggulan dalam meramu potensi pemain antarnegara. 

“Saya yakin, karena Indonesia punya materi pemain yang saya lihat bagus,” kata dia. 

Milla mengaku ingin membawa gaya sepak bola Spanyol ke Indonesia. Sebab, dia merasa telah memiliki empat tahun pengalaman bersama skuat Spanyol. Mulai dari U-19 sampai dengan U-21. Karena itulah, dia optimistis bisa mengimplementasikan sepak bola negeri Matador tersebut ke Indonesia.

“Sepak bola Spanyol adalah sistem yang rumit. Dan saya akan mencobanya membawa ke Indonesia, untuk mencapai prestasi yang maksimal dakam sepak bola,” ujarnya.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!