SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia – Arema FC akhirnya benar-benar menjadi finalis Piala Presiden 2017. Tim besutan Aji Santoso itu dari awal memang sudah diprediksi bakal menembus final dan menjalani laga puncak idaman melawan Persib Bandung sang juara bertahan.
Namun, nasib berkata lain. Prediksi itu meleset karena hanya Arema yang bisa sampai ke laga puncak dan akan bersua Pusamania Borneo FC di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Minggu 12 Maret.
Singo Edan tampil di final dengan status mentereng. Mereka adalah tim paling agresif di turnamen. Sejauh ini, tim yang bermarkas di Malang itu telah membukukan 13 gol. Jumlah gol terbanyak dari kontestan lainnya.
Tapi, jangan anggap perjalanan mereka mulus-mulu saja. Pasalnya, penampilan mereka di fase grup tak konsisten. Bahkan, penampilan Arema sempat memunculkan keraguan, baik dari Aremania maupun para pengamat sepak bola.
Betapa tidak, setelah memenangi laga perdana melawan favorit grup 2, Bhayangkara FC, dengan skor 2-0, mereka justru tertahan 1-1 oleh Persija Jakarta di Stadion Kanjuruhan, Malang. Padahal, saat itu Persija dianggap sebagai tim semenjana, tim yang belum layak berkompetisi. Tim yang masih baru berganti pelatih dan belum memiliki pemain yang lengkap.
Terancam tak lolos, Arema kemudian menjawab keraguan dengan memenangi laga terakhir fase grup. Menghajar PS TNI empat gol tanpa balas. Johan Al Farizi dkk akhirnya lolos sebagai juara grup. Mereka mengoleksi tujuh poin dari tiga laga dengan catatan gol mentereng, tujuh kali memasukkan sekali kebobolan.
Setelah itu, Singo Edan menjalani laga perempat final melawan Sriwijaya FC. Laga ini menjadi deja vu Arema FC pada semifinal Piala Presiden 2015. Sama-sama bermain di Stadion Manahan Solo, saat itu Arema takluk dari Sriwijaya FC 0-2 dan gagal lolos ke final. Namun, kali ini Singo Edan berhasil menang dan lolos semifinal dengan selisih gol tipis 1-0.
Di semifinal, tim kebanggan Aremania itu harus berjumpa Semen Padang. Bermain leg pertama di Stadion Agus Salim, Singo Edan dibuat putus asa karena harus kalah 1-0. Pertahanan disiplin dan ekstra ketat Kabau Sirah membuat mereka mati kutu. Gonzales dibuat tak bertaring.
Namun, pada leg kedua kedua Stadion Kanjuruhan, Malang, Arema menjelma menjadi pemenang. Sempat tertinggal lebih dulu 0-2, mereka kemudian bangkit dan membuat Semen Padang harus membayar kesalahan dengan kebobolan sampai lima gol. Jadilah, Singo Edan memenangi pertandingan dengan agregat 5-3.
Melihat apa yang ditunjukkan Arema FC, mereka adalah tim yang harus diakui berisi pemain-pemain sarat pengalaman. Nama-nama yang mereka bawa di turnamen kali ini ibarat deret ukur yang dibagi bertingkat. Ada yang di bawah 20 tahun, sampai dengan pemain berusia 40 tahun. Maka layak Singo Edan disebut sebagai tim yang berisi pemain tiga generasi.
Keuntungannya, motivasi pemain muda dengan semangat yang meledak-ledak bisa dipadukan dengan ketenangan pemain-pemain yang saat ini ada di usia emas, dalam kisaran 25-31 tahun, kemudian direkatkan dan dimantapkan dengan pengalaman pemain senior macam Cristian Gonzales, yang sudah berusia 40 tahun. Hasilnya, tim berpengalaman, tenang, dan tetap prima selama 90 menit permainan.
Tapi, pengalaman itu tak akan berarti tanpa kemenangan di final.
Road to final Arema FC
FASE GRUP
5 Februari 2017
Arema FC vs Bhayangkara FC 2-0
9 Februari
Arema FC vs Persija Jakarta 1-1
16 Februari
Arema vs PS TNI 4-0
PEREMPAT FINAL
26 Februari
Arema vs Sriwijaya FC 1-0
SEMIFINAL
Leg I
2 Maret
Semen Padang vs Arema FC 1-0
Leg II
5 Maret
Arema FC vs Semen Padang 5-2 – Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.