Indonesia

Chelsea vs Manchester City: Tanda bahaya di menit akhir

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Para pemain Chelsea lebih tertekan menghadapi laga ini dibanding Manchester City.

Gary Cahill saat bertanding melawan West Ham 19 April lalu. Dia akan kembali tampil melawan Spurs setelah absen satu laga karena sakit. Foto: Will Oliver/EPA

JAKARTA, Indonesia — Tradisi memang menunjukkan bahwa tim yang memuncaki klasemen sejak Boxing Day sudah hampir pasti meraih gelar. Begitu juga Chelsea. Sudah banyak yang menutup pintu pada kemungkinan perburuan gelar. 

Sebab, hingga Liga Inggris tinggal hitungan hari, mereka dominan di puncak. Tim London Barat itu merajai posisi puncak dengan selisih 10 poin dari pesaing terdekat Tottenham Hotspur. 

Namun, performa Chelsea dalam menjemput gelar di depan mata mulai tersandung. Adalah Crystal Palace yang membuyarkan lamunan John Terry dan kawan-kawan. Memimpin pertandingan dengan gol Cesc Fabregas di menit ke-5, dua gol langsung dibalaskan Palace hanya dalam tempo kurang dari 4 menit. 

Praktis, persaingan sedikit terbuka. Apalagi kompetisi masih menyisakan 9 pertandingan. Dan salah satu lawan Chelsea adalah Manchester City. Meski wajah biru Manchester tersebut adalah tim yang dihajar Chelsea 3-1 di putaran pertama, kali ini situasi jelas berbeda. 

Chelsea yang mulai goyah jelang akhir kompetisi jelas mulai tertekan. Mereka tak bisa lagi bermain lepas seperti pada putaran pertama. Kali ini mereka tak bisa bermain tanpa beban. Justru beban mereka tambah berat. Mereka tak boleh kalah. Tak boleh berbuat salah. 

Dalam situasi genting inilah, sosok dengan mental juara seperti Antonio Conte yang bisa mengendalikan situasi. Apalagi dia pernah merasakan langsung bagaimana tekanan meraih gelar seperti masa-masa emasnya di Juventus.

Tanpa mental yang terasah oleh tekanan di laga-laga puncak, mustahil Chelsea bisa melalui pekan-pekan krusial ke depan. 

Apalagi, City juga masih punya sisa-sisa ambisi di Liga Primer. Mereka membawa agenda mengamankan posisinya di zona Liga Champions. Sebab, rival sekota mereka Manchester United terus menempel pasukan Josep Guardiola tersebut.

Manajer United Jose Mourinho jelas tak ingin timnya finis di luar zona paling bergengsi Eropa itu. Zona Liga Champions adalah salah satu kompensasi United tak meraih gelar. 

Situasi semakin tak menentu karena persiapan menghadapi laga ini serba tak sempurna. Chelsea hanya punya waktu jeda dari laga terakhir tak lebih dari tiga hari. Begitu juga Manchester City.

Jika Chelsea di laga sebelumnya harus menelan kekalahan dari Crystal Palace 1-2, City juga melakoni laga berat. Mereka ditahan Arsenal 2-2 di Emirates Stadium. 

Namun, kedua hambatan tersebut tak terlalu berpengaruh pada tim. Kecuali Victor Moses, hampir semua penggawa Chelsea siap diturunkan. Begitu juga City. Hanya sejumlah pemain cadangan tak penting yang tidak bisa turun. 

Trio lini depan Leroy Sane, Ken Aguero, dan Kevin De Bruyne baru memamerkan kebolehannya saat melawan Arsenal. Dua gol The Citizens dicetak melalui skema serangan balik. Skema yang kerap merepotkan Chelsea. 

“Memang, segala hal bisa terjadi dalam perburuan gelar. Tapi kami sudah sangat stabil,” kata Conte berusaha menenangkan keadaan seperti dikutip BBC

Guardiola mengakui, Chelsea memang diuntungkan dengan situasi tim. Mereka tidak dibingungkan dengan laga kompetisi Eropa. “Mereka memainkan pertandingan lebih sedikit. Itu jelas keuntungan bagi mereka,” katanya.

Namun, Guardiola tidak tertarik membicarakan peluang menghentikan tim milik Roman Abramovich dari gelar juara. “Sejauh ini Chelsea tetap layak berada di posisinya sekarang,” katanya.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!