Bayern Muenchen vs Real Madrid: Lebih dari sekedar reuni atau balas dendam

Nadia Vetta Hamid

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bayern Muenchen vs Real Madrid: Lebih dari sekedar reuni atau balas dendam
Tak hanya reuni guru dan murid atau para pemainnya, laga ini adalah misi balas dendam Bayern Muenchen dan Ancelotti

JAKARTA, Indonesia — Duel Liga Champions memang selalu menarik untuk ditonton. Dari tahun ke tahun selalu saja ada unsur sentimental di dalamnya, termasuk reuni. Tak jarang para pemain kembali ke kandang klub yang membesarkannya sebagai lawan, atau mantan teman seklub menjadi pihak yang berlawanan.

Yang kali ini, reuni antar guru dan salah satu muridnya terbaiknya—Jedi bertemu dengan mantan Padawan-nya: Carlo Ancelotti dan Zinedine Zidane.

Bayern Muenchen tak asing lagi dengan reuni di kompetisi antarklub tertinggi di benua Eropa ini. Di musim 2014/2015, Bayern yang kala itu dilatih oleh Pep Guardiola bertemu dengan Barcelona di semifinal. Guardiola, yang merupakan “anak emas” Barcelona, gagal mengantarkan Bayern ke final. Tak sedikit fans Bayern yang marah dan menuduh Guardiola sengaja kalah agar Barcelona dapat meraih gelar juara.

Di musim berikutnya, Bayern bertemu dengan Atletico Madrid: Lagi-lagi berhadapan dengan tim Spanyol di semifinal dan lagi-lagi harus mengubur cita-cita untuk meraih treble. Kala itu, masih ada juga fans Bayern yang menuduh Guardiola sengaja kalah agar tim Spanyol bisa maju ke babak final. 

Kini, tak ada lagi sosok pelatih berkepala plontos yang ngotot agar Die Roten memainkan high possession football. Thiago Alcantara, salah satu pembelian terbaik di era Guardiola, berpendapat bahwa Bayern kini bermain dengan lebih bebas. “Dengan Ancelotti, kami mendapat lebih kebebasan. Lebih dari strategi atau taktik, kami mendapat kebebasan dan merasa percaya diri dari seorang pelatih,” kata Alcantara seperti dikutip dari FourFourTwo.

“Ancelotti memberitahu kami empat hal yang dapat kami artikan masing-masing. Ia memberikan kebebasan hingga kami dapat bertanggung jawab,” lanjutnya.

Kebebasan ini berdampak sangat baik dengan prestasi Bayern di semua kompetisi. Di Bundesliga, pada paruh kedua musim ini mereka hanya meraih hasil seri dua kali dan kalah satu kali—tak berpengaruh banyak dengan posisi mereka di puncak klasemen sementara. 

Mereka mengakhiri winning streak ketika kalah lawan Hoffenheim sebelum membantai Dortmund 4-1 pada pertandingan akhir pekan lalu. Mereka juga akan kembali melawan Dortmund di semifinal Piala Liga Jerman. Sementara itu, Bayern hanya mengalami dua kali kekalahan yaitu di fase grup Liga Champions melawan Atletico Madrid dan Rostov. 

Kiper andalan Manuel Neuer yang sempat diistirahatkan karena cedera juga telah dinyatakan siap bertanding. Namun, striker Robert Lewandowski yang mengalami cedera bahu saat melawan Dortmund masih diragukan untuk bertanding. Mats Hummels yang mengalami cedera pergelangan kaki saat latihan sudah pasti absen—berarti Jerome Boateng dan Javi Martinez akan mengisi posisi bek tengah.

Real Madrid di bawah Zinedine Zidane pun kian cemerlang: apabila tak ada aral melintang, mereka akan meraih gelar juara La Liga di akhir musim. Usai break musim dingin, mereka hanya kalah dan meraih hasil imbang masing-masing dua kali. Los Blancos bahkan tak pernah kalah sekalipun di ajang Liga Champions musim ini.

Toni Kroos, yang pindah dari Bayern ke Madrid, mengatakan bahwa timnya siap menghadapi tim terbaik mantan klubnya ini. “Saya berpikir, kalau ada pertandingan sperti Bayern vs Real Madrid di perempat final Liga Champions, maka saya ingin keduanya menurunkan tim terbaiknya,” kata Kroos, yang meraih gelar Liga Champions bersama Madrid tahun lalu, dalam konferensi pers di Munich.

Untuk Ancelotti, Lahm dan Alonso

Di tahun 90an, Zinedine Zidane bermain di bawah Ancelotti ketika di Juventus. Keduanya meninggalkan La Vecchia Signora di musim panas 2001. Fast forward ke tahun 2014, Real Madrid meraih La Decima dengan Ancelotti sebagai pelatih dan Zidane asistennya.

12 bulan kemudian. “Carletto” dipecat oleh Presiden Real Madrid Florentino Perez karena tak kunjung mencetak prestasi.

“Tentu saja akan menjadi pertandingan antara guru melawan muridnya,” kata Zidane di konferensi pers tak lama setelah undian perempat final, seperti dikutip dari ESPN. “Saya belajar banyak dari dia. Ia mencapai banyak hal dengan Real Madrid, dan merupakan orang yang baik.”

Laga Real Madrid dan Bayern Muenchen bisa dibilang sebagai salah satu laga klasik dan terbaik di ajang Liga Champions. Sepanjang sejarah, keduanya telah beradu sebanyak 23 kali di kompetisi Eropa. 

Kedua pemain Bayern, kapten Philipp Lahm dan bek Xabi Alonso memutuskan untuk pensiun di akhir musim ini. Alonso yang bermain untuk Real Madrid pada 2009, meraih La Decima meskipun tak ikut berlaga di final karena mentekel Bastian Schweinsteiger di babak sebelumnya. In a strange twist of fate, Alonso hijrah ke Munich tahun 2014.

Real Madrid dan Bayern Muenchen seolah tahu sama tahu dengan kekuatan masing-masing. Mereka juga memiliki misi masing-masing. 

Khusus untuk Bayern, sebagai tim mereka ingin membalas dendam kekalahan pahit tiga tahun lalu: Dikalahkan 4-0 di kandang sendiri, dengan agregat 5-0. Bagi Ancelotti, ini layaknya balas dendam terbaik seorang mantan kekasih: Menunjukkan kalau ia bisa move on dan melanjutkan hidup sembari mengatakan “I’m doing okay.”

Bagi kami, fans Bayern Muenchen, laga ini tak hanya misi balas dendam. Kami ingin memberikan hadian terindah—treble—kepada dua pemain yang mendapat tempat spesial di hati kami. Apabila Bayern gagal menembus babak ini, maka pertandingan leg kedua di Madrid nanti menjadi laga Liga Champions yang terakhir bagi Lahm dan Alonso. — Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!