Chelsea vs Tottenham Hotspur: Satu pertandingan dua gelar

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Chelsea vs Tottenham Hotspur: Satu pertandingan dua gelar
Pertemuan keduanya memang tak langsung memberi efek pada raihan poin di Liga Primer. Tapi efek psikologis yang dibawa bisa membatalkan agenda Chelsea meraih gelar akhir musim ini.

JAKARTA, Indonesia — Jalan menuju gelar Liga Primer bagi Chelsea memang masih belum pasti. Puncak klasemen yang sudah dikuasai sejak pekan ke-12 mulai goyah. Gap poin perlahan tergerus. 

Dari sembilan angka, kini drop menjadi hanya terpaut 4 poin. Dan Tottenham Hotspur di peringkat kedua mulai menghantui Chelsea. Apalagi setelah mereka dihajar Manchester United 0-2 di Old Trafford, Sabtu, 16 April lalu.  

Dalam laga tersebut, tim London biru itu benar-benar gagal memamerkan performa sebagai calon terkuat peraih gelar juara. Format 3-4-3 yang dianggap sebagai skema “sapu jagat” ternyata rontok juga di tangan Jose Mourinho. Manajer asal Setubal, Portugal, itu membuat Chelsea tak berkutik dengan memainkan “counter strategy”. 

Untuk kali pertama musim ini, dia bermain dengan sistem 3 bek dalam format 3-5-2. Formasi tersebut membuat lapangan tengah penuh sesak dengan pemain United. Jalur sayap yang biasanya lowong dan leluasa bagi para winger Chelsea untuk bergerak—meminjam istilah basket—“coast to coast” mendadak macet. 

Eden Hazard yang biasanya piawai mengawali inisiatif dari sayap kiri pun dipaksa berjibaku. Bahkan hanya untuk menahan bola pun dia kesulitan dengan tekanan bertubi-tubi dari Antonio Valencia dan Ander Herrera. Begitu juga Pedro di sayap kanan. 

Manajer Chelsea Antonio Conte yang tak menduga akan menghadapi situasi ini dibuat tak berkutik. Beberapa kali dia terlihat bingung mengantisipasi strategi Mourinho. Di awal pertandingan, Cesar Azpilicueta dipasang di sayap kiri untuk menggantikan Marcos Alonso yang mendadak cedera saat pemanasan. Sedangkan Victor Moses di posisi regulernya di sayap kanan. 

Komposisi itu rupanya tak berhasil. Suplai bola ke area akhir terhambat. Alternatif serangan dengan crossing juga tidak mempan. Strategi diubah. Moses dipasang di kiri. Sedangkan Azpi di kanan. Tak ada perubahan signifikan sampai akhirnya gawang mereka dibobol striker United Marcus Rashford.

“Mengendalikan dua pemain di belakang Costa (Hazard dan Pedro) adalah sesuatu yang sangat sulit. Tapi, begitu kami bisa mengendalikan mereka, Chelsea akan memiliki banyak masalah,” kata Mourinho seperti dikutip New York Times. 

Situasi semakin buruk karena para pemain Chelsea bermain di bawah standar. Hazard yang mendapat tekanan ketat dari Herrera semakin terpuruk. Begitu juga Diego Costa yang lebih suka lesehan di lapangan daripada ngotot memburu bola. 

Padahal, dua pemain tersebut dianggap sebagai kunci kebangkitan Chelsea musim ini. Terutama Hazard yang dianggap menemukan kembali performa terbaiknya seperti saat awal-awal kedatangannya di Stamford Bridge. Bahkan media setempat sempat menyandingkannya dengan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. 

Penampilan buruk Hazard itu sampai mengundang mantan pemain United Gary Neville ikut berkomentar. “Dengan penampilannya seperti itu, sangat jauh dia dengan Ronaldo dan Messi. Mentalnya masih buruk,” katanya. 

Situasi Chelsea pasca melawan United memang terus menerus negatif. Setelah Alonso yang kemungkinan bakal absen dalam beberapa pertandingan, Gary Cahill ikut-ikutan cedera. Begitu juga Diego Costa dan Victor Moses yang mengalami masalah kebugaran. 

Tak hanya itu, kekalahan tersebut juga menunjukkan bahwa formasi “sapu jagat” Chelsea ternyata bisa dijinakkan. Dan caranya adalah dengan memainkan formasi yang sama persis dengan mereka. Memang, tidak sekadar menduplikasi—karena Manchester City melakukannya dan gagal. Tapi juga melemahkan serangan via sayap dan mematikan kreativitas para pemain pencipta peluang di belakang Costa. 

Dan bagi Spurs, strategi tersebut tidak asing. Sebelum dikalahkan United di Liga Primer, tim London Utara itu adalah satu-satunya klub besar yang bisa mengalahkan Chelsea di era formasi 3-4-3.

Karena itu, dalam semifinal Piala FA melawan Tottenham Hotspur pada Sabtu, 22 April, pukul 23.15 WIB, laga tersebut bukanlah pertandingan biasa pada salah satu turnamen tertua di Inggris. Tapi juga pertarungan untuk memenangkan efek psikologis pasca pertandingan. 

Mereka yang menang akan kembali ke Liga Primer dengan kepercayaan diri yang besar. Sedangkan mereka yang kalah bisa semakin larut dalam tekanan. Kehilangan segalanya karena harapan meraih gelar justru menguap di babak akhir kompetisi. —Rappler.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!