Ratu Tisha, figur baru jagoan lama PSSI

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ratu Tisha, figur baru jagoan lama PSSI
Terpilihnya Ratu Tisha sudah diprediksi sejak awal

JAKARTA, Indonesia — Ratu Tisha Destria ditunjuk oleh PSSI sebagai Sekjen. Sejatinya, terpilihnya Tisha ini bukanlah kejutan karena dari awal proses seleksi dia sudah berada di atas calon lainnya.

“Kode keras” bahwa perempuan 33 tahun tersebut bakal terpilih sudah terlihat saat Ketum PSSI Edy Rahmayadi hadir di acara invitasi PSSI Pers, komunitas jurnalis peliput federasi sepak bola Indonesia tersebut.

“Calon Sekjen harus bisa minimal 4 bahasa, karena kan bakal hubungan dengan FIFA dan negara lain, jadi harus bisa bagus kemampuan bahasanya,” kata Edy.

Selang sehari, PSSI kemudian mengumumkan 30 nama yang mendaftar dalam seleksi terbuka menjadi sekjen. Dari 30 nama, hanya Tisha yang menguasai empat bahkan lebih bahasa.

Dia mengaku bisa berbahasa Jepang, Jerman, Inggris, Italia dan Belanda. Sangat cakap dan cocok sementara tak ada calon lain yang memiliki kemampuan itu.

Pada Sabtu, 8 Juli, PSSI pun mengumumkan bahwa Tisha-lah orang yang dimaksud. Jadilah, pemilihan seleksi yang panjang sudah diketahui hasilnya sedari awal.

Siapa Tisha?

Ratu Tisha Destria adalah salah satu-satunya perempuan di Asia yang mendapatkan beasiswa FIFA. Selama sepuluh bulan mengikuti program beasiswa FIFA Master di Eropa.

Latar belakang Tisha sebenarnya termasuk jauh dari dunia sepak bola. Tidak ada darah sepak bola yang mengalir di dalam dirinya. Namun, passion yang luar biasa terhadap sepak bola mengantarkannya menjalani takdir untuk selalu berurusan dengan si kulit bundar.

Ketertarikan alumnus Jurusan Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut terhadap sepak bola sudah terbentuk sejak SMA.

Bersama Hardani, saat masih mahasiswa dia mulai membangun kecintaannya pada sepak bola. Dimulai dari membuat tim sepak bola kecil-kecilan. Hardani jadi pemain dan Tisha menjadi manajernya. Lalu, dari situ Tisha mulai merambah mengurusi kompetisi.

Sejak 2004 hingga 2008, Tisha didapuk untuk mengurusi tim sepak bola mahasiswa ITB. Tidak melulu mengurusi teknis, dia bahkan sudah masuk urusan non teknis seperti mencari pemasukan keuangan.

Saat itu,d tim sepak bola ITB tergabung dalam kompetisi internal Persib Bandung. Karena itu, dia menjadi dekat dengan Persib dan Asosiasi Provinsi PSSI Jabar.

Keduanya kerap mengajak Tisha bekerja sama dalam mengatur kompetisi. Setelah lulus dari ITB pada 2008, dia langsung menginisiasi berdirinya LabBola.

Saat menjalani FIFA Master itu, Tisha belajar di tiga universitas yang digandeng CIES (International Centre for Sports Studies) sebagai pelaksana program. Yakni, De Montfort University di Leicester, Inggris; SDA Bocconi di Milan, Italia; dan Universite de Neuchatel di Neuchatel, Swiss.

Dia kemudian dekat dengan PT Liga Indonesia dan membantu di bidang kompetisi. Selanjutnya, saat PSSI dibekukan, dia dipercaya menjadi Direktur PT GTS yang menjadi operator ISC A dan B.

Setelah itu, Tisha ditunjuk menjadi direktur kompetisi di PT Liga Indonesia Baru, operator Liga 1, 2, dan U19 di musim 2017.

Perempuan tersebut juga menjadi salah satu orang yang dipercaya dan dekat dengan sosok wakil Ketua Umum Joko Driyono. Kini tugas berat Tisha untuk bisa membuka komunikasi dan siaga untuk PSSI 24 jam.

Dia pun akan melepaskan jabatannya di PT LIB yang telah disandangnya dari awal tahun.

“Saya siap melepaskan jabatan saya dan fokus untuk menjalankan amanah sebagai Sekjen,” ucapnya saat ditemui Jumat kemarin.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!