Lima fakta menarik mengenai Piala AFF U-18

Brian Arga Wana

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Lima fakta menarik mengenai Piala AFF U-18
Turnamen AFF U-18 menjadi saksi munculnya pemain bintang timnas Egy Maulana Vikri

JAKARTA, Indonesia – Piala ASEAN Football Federation (AFF) untuk pemain muda kembali digelar pada tahun ini. Myanmar dipercaya oleh AFF menjadi tuan rumah pada 4-17 September.

Posisi Myanmar cukup sulit, karena mereka saat ini tengah disorot karena isu lain yakni tindak kekerasan terhadap etnis Rohingya yang berlangsung sejak 25 Agustus lalu. Namun, isu tersebut, rupanya tidak mempengaruhi penampilan mereka sebagai tuan rumah.

Hingga memasuki babak semifinal yang jatuh pada Jumat, 15 September, Myanmar bisa dikatakan cukup sukses. Berbeda dengan Piala AFF yang diikuti oleh para pemain bola dari 11 negara yang berusia senior, turnamen ini hanya memasukan penggawa berusia 18 tahun. 

Sayang, timnas Australia yang sempat menang tidak ikut serta. Sebelumnya, Selandia Baru sempat ingin ikut, walau kemudian menarik diri.

Simak lima hal menarik yang muncul dari tunarmen ke-14 Piala AFF U-18:

1. Kemunculan Egy Maulana Vikri

Turnamen AFF U-18 memunculkan pemain bintang dari timnas Indonesia yakni Egy Maulana Vikri. Hal tersebut disebabkan permainan apik yang diperlihatkannya saat membela timnas U-19. 

Banyak yang mengira, bakat Egy ditemukan oleh pelatih timnas U-19 , Indra Sjafri. Namun, faktanya tidak demikian. Bakat Egy justru ditemukan oleh seorang penggila bola yang kemudian dipercaya Indra menjadi manajer pembentukan tim U-19, Subagja Suihan. 

Ia menemukan Egy saat masih berusia 11 tahun. Kendati kini Egy tengah menjadi bintang, namun di mata Subagja prestasinya dinilai belum ada apa-apanya. Maksud kalimat Subagja itu ingin terus menyemangati Egy. 

“Saya selalu bilang, ‘Egy kamu itu belum jadi pemain hebat. Kamu belum ada apa-apanya, kamu masih banyak kekurangan,’” kata Subagja ketika diwawancarai media.

Egy pun juga berpendapat hal yang sama. Ia mengakui hubungannya lebih erat dengan Bagja ketimbang Indra. 

“Beliau adalah sosok yang selama ini membawa saya ke mana-mana. Beliau yang menemukan saya, lalu Beliau merekomendasikan saya ke coach Indra,” kata dia.

2. Catatan buruk Indonesia VS Vietnam

Indonesia dan Vietnam berada dalam satu grup di gelaran Piala AFF U-18. Dalam tiga pertemuan terakhir di AFF U-18 antara Indonesia dengan Vietnam, Indonesia hanya mampu memenangkan satu laga saja. 

Kemenangan itu diraih pada tahun 2013. Indonesia berhasil menang atas Vietnam melalui adu penalti. 

Setelah pertemuan kembali dengan Vietnam pada 11 September kemarin, justru memperburuk catatan dengan tim berjuluk Goldstar tersebut. Sebab, timnas U-19 justru takluk di tangan Vietnam dengan skor 0-3. 

3. “El Clasico” Asia Tenggara

Banyak orang yang menjuluki pertemuan antara Indonesia vs Malaysia dengan sebutan “El Clasico”. Hal tersebut disebabkan perseteruan panas antar kedua negara di dalam maupun di luar lapangan. 

Besar kemungkinan Indonesia dapat kembali bertemu di Piala AFF U-18 walaupun mereka berbeda grup dalam fase penyisihan. Setelah kalah dari Vietnam kemarin, Indonesia hanya akan lolos ke fase semi final dengan status runner-up grup B. 

Sedangkan Malaysia yang saat ini memuncaki grup A di atas Thailand karena menang selisih gol. Malaysia dan Thailand sudah dipastikan lolos ke fase semifinal. 

Pertandingan  antar keduanya, menentukan siapa yang akan menjadi pemuncak grup A. Malaysia hanya membutuhkan hasil imbang saat melawan Thailand untuk menjadi pemuncak grup A. Apabila Malaysia menajadi pemuncak grup A maka dapat bertemu Indonesia (apabila berhasil lolos grup dengan status runner up) di fase semifinal.

4. Komentator unik

Jika menonton sepak bola dari layar kaca, maka faktor komentator tidak dapat diabaikan. Uniknya, jika komentatornya mumpuni, maka dapat menyalakan semangat dari penonton yang tidak berada di stadion.

Kelihatannya, porsi itu pas disematkan kepada Valentino Simanjuntak yang kerap disapa ‘Bung Jebret’. Kata-kata ‘jebret’ selalu dilontarkan jika bola yang disepak timnas hampir menjebol gawang tim lawan.

Keunikan lainnya yang ia miliki, ketika berkomentar, Valentino terkesan ‘lebay’ namun di saat yang bersamaan menarik perhatian para penonton setia sepak bola Tanah Air. Komentarnya kadang terdengar seperti aliran bait puisi. 

“Sayang, bulan purnama belum lewat, karena saat ini Garuda Muda tengah menghadapi musim pancaroba,” kata Valentino berkomentar ketika Indonesia tengah menghadapi Brunei pada Rabu kemarin.

Nama Valentino mulai santer terdengar saat menjadi komentator Piala AFF U-18 tahun 2013. Komentar ‘Bung Jebret’ saat itu menimbulkan gelak tawa para penonton dengan komentar khas seperti: jebret, peluang 24 karat, umpan gratifikasi, dan passing manja.

5. Kapasitas stadion minim

STADION. Stadion Thuwuna yang dijadikan kebanggaan oleh warga Myanmar. Foto diambil dari akun Twitter @AFFPresse

Myanmar sebagai penyelenggara Piala AFF U-19 menyediakan dua lapangan sebagai tempat bertading para peserta tanding. Stadion itu adalah stadion Aung San dan Thuwunna. 

Tetapi pembagian pertandingan dari kedua lapangan tersebut terasa janggal. Dari 29 pertandingan yang diselenggarakan, hanya 5 pertandingan saja yang dilaksanakan di stadion Aung San. Alasannya, stadion Aung San dinilai tidak layak karena berada di pusat kota Yangon dan hanya berjarak 100 meter dari gerbang masuk hingga lapangan. 

Sehingga lapangan yang sempat menjadi salah satu venue diselenggarakannya SEA Games itu memiliki masalah dalam hal tempat parkir. Belum lagi, kapasitasnya pun terbatas. Sebagai bukti, saat laga Thailand vs Singapura digelar, stadion yang memiliki kapasitas 30 ribu penonton itu, hanya mampu menampung 24 ribu orang saja. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!