Chelsea vs Arsenal: Usir hantu dua musim lalu

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

The Gunners selalu inferior setiap kali bertemu Chelsea. Apalagi di Stamford Bridge

Alvaro Morata, bomber Chelsea, bakal merepotkan pertahanan Arsenal. Foto: Akun Twitter Chelsea

JAKARTA, Indonesia — Saat Chelsea takluk 2-3 dari Burnley di kandang sendiri pada laga perdana Liga Primer, sudah banyak fans yang gelisah: jangan-jangan ambruknya The Blues dua musim lalu bakal terulang.

Di musim kedua bersama Jose Mourinho itu, John Terry dan kawan-kawan gagal total hingga terjerembab di peringkat ke-17. Atau hanya satu setrip dari zona degradasi. 

Kegelisahan tersebut beralasan. Hantu kegagalan setelah meraih gelar bisa saja kembali terjadi pada Chelsea jika melihat pergerakan rival-rival sengitnya di bursa transfer. Persiapan lawan-lawan memang jauh lebih matang. 

Manchester City, misalnya. Di musim kedua Josep “Pep” Guardiola di sisi biru Manchester tersebut, mantan pelatih Barcelona itu semakin getol dengan gelar juara. Ada tujuh pemain baru yang didatangkan manajer asal Catalonia itu ke Etihad Stadium dengan total belanja sekitar 201 juta poundsterling. 

Jumlah tersebut belum termasuk Douglas Luiz yang ditarik dari Vasco Da Gama (Brasil) dan Olarenwaju Kayode dari Austria Vienna (Austria) yang dana transfernya tak dipublikasikan. 

Begitu juga dengan Manchester United. Setan Merah jelas semakin getol berburu gelar juara. Apalagi, kepercayaan diri mereka sebagai tim besar sudah kembali. Gelar Liga Europa dan Piala Liga musim lalu sudah di tangan. Musim ini mereka kembali ke Liga Champions setelah sempat absen sejak era Louis van Gaal. 

Kepercayaan diri itu bisa dilihat jelas dari pergerakan mereka di bursa transfer. Tak seperti Manchester City yang mendatangkan begitu banyak pemain, United lebih strategis. Performa tim di musim sebelumnya sudah stabil. Tinggal memaksimalkan beberapa sektor penting. 

Karena itu, dengan “hanya” merogoh kocek sebesar 146 juta poundsterling, cuma tiga pemain baru yang didatangkan. Tapi, meski hanya tiga, dua di antaranya langsung menjadi pilihan utama. Mereka adalah Romelu Lukaku yang didatangkan dari Everton dan Nemanja Matic dari Chelsea. 

Jose Mourinho, yang dikenal sukses besar di musim keduanya bersama klub barunya, sudah lebih tahu apa yang paling dibutuhkan tim. Tak ada lagi pembelian panik. Apalagi rekor transfer yang pecah demi mengejar pembelian nama-nama besar. 

Situasi itu jauh berbeda dibanding Chelsea. Tim milik Roman Abramovich itu tak terlalu agresif di bursa transfer. Antonio Conte bahkan beberapa kali harus gigit jari karena nama-nama yang dia inginkan kandas di tengah jalan. 

Mulai dari pemain Everton Ross Barkley yang tiba-tiba berubah pikiran—padahal sudah menyetujui kepindahannya—hingga Riyad Mahrez (Leicester City) yang menolak pinangan Chelsea di menit-menit akhir deadline transfer musim panas. 

Situasi di internal juga semakin tak menentu dengan tensi panas antara Conte dengan Diego Costa. Costa ingin enyah dari Chelsea karena kata-kata yang tidak patut dari sang manajer. 

Untungnya, transfer Alvaro Morata dari Real Madrid sukses dilakukan. Paling tidak, figur Costa di lini depan juara bertahan Liga Primer itu sedikit bisa ditutupi dengan kehadiran striker Spanyol tersebut—meski keraguan terhadap Morata yang baru tahun ini merumput di Liga Primer juga tak bisa dibilang kecil.

Kecuali Morata, para rekrutan baru Conte tak terlalu meyakinkan. Danny Drinkwater dibeli dari Leicester City hanya demi melengkapi barisan gelandang cadangan. Begitu juga kehadiran Tiemoue Bakayoko yang lebih sebagai pelapis Cesc Fabregas daripada sebagai pilar utama tim. 

Setali tiga uang juga dengan Davide Zappacosta. Bek sayap asal Torino itu barangkali adalah pilihan putus asa Conte setelah gagal menggaet Alex Sandro dari Juventus dan Rafinha dari Bayern Muenchen.

Hanya Antonio Rudiger—yang didatangkan dari AS Roma—terlihat benar-benar dibutuhkan Conte untuk memperkuat lini belakang Chelsea yang mulai menua. 

Karena itu, saat secara mengejutkan Chelsea keok 2-3 di tangan klub gurem Burnley pada laga pertama Liga Primer, hantu kegagalan besar The Blues di era Mourinho kembali muncul. Apakah mereka bakal kembali terjungkal di dasar klasemen kompetisi sepak bola paling glamor di Eropa tersebut?

Pembuktian pemain anyar

Hingga empat pekan Liga Primer berjalan, tampaknya hantu dua musim lalu itu berangsur-angsur pergi. Setelah kalah di laga perdana itu, Chelsea langsung menyapu bersih tiga laga sisa dengan kemenangan. Mereka mengalahkan Tottenham Hotspur dan Leicester City masing-masing 2-1 dan menghajar Everton dua gol tanpa balas.

Kecemerlangan pasukan Conte menular ke Liga Champions. Di laga perdana ajang para jawara Eropa tersebut, mereka membantai wakil Azerbaijan, Qarabag, 6-0. 

Di Liga Primer, Gary Cahill dan kawan-kawan kini sedang memburu streak alias kemenangan beruntun kelima. Nahas bagi Arsenal, mereka harus berjumpa Chelsea yang sedang on fire. Pasukan Chelsea lebih dari siap untuk kembali menghajar Arsenal di Stamford Bridge. 

Morata, yang sempat diragukan di awal musim, kini sudah mencetak 3 gol dalam 4 penampilannya. Dua di antara tiga gol tersebut dia ciptakan melalui sundulan. “Saya tidak peduli dengan apa dia mencetak gol. Dengan kepala, punggung, atau dada,” kata Conte. “Yang penting, dia terus berkembang,” imbuhnya. 

Mantan bomber Juventus itu lebih dari siap untuk menghadapi pasukan Arsene Wenger. Dalam laga melawan Qarabag, dia sama sekali tidak diturunkan. Posisinya digantikan Mitchy Batshuayi. 

Kondisi optimal juga bakal dialami David Luiz, Bakayoko, dan Eden Hazard yang tak bermain penuh di laga yang digelar tengah pekan itu. 

Di sektor sayap kanan, Conte justru sedang banyak pilihan. Zappacosta yang mencetak satu gol dan satu assist di laga melawan Qarabag bakal memberi kompetisi bagi pemain favorit Conte, Victor Moses. 

Situasi itu jelas berbanding terbalik dengan Arsenal. Start mereka tak mulus.

Dalam empat laga, hanya dua kemenangan yang mereka raih. Penghuni Emirates Stadium itu keok dari Stoke City 0-1 dan dibantai secara menyakitkan dari Liverpool 0-4. 

Kondisi mental yang drop itu bakal bertambah seiring tumbangnya beberapa pemain pilar. Santi Cazorla, Francis Coquelin, dan Theo Walcott bakal absen karena cedera. 

Memang, tim London Utara itu masih punya Alexis Sanchez yang kembali bugar. Begitu pula Mesut Ozil dan Danny Welbeck yang bakal bersaing untuk satu posisi di belakang striker anyar Alexandre Lacazette. 

Namun, Chelsea tetap merupakan momok yang menakutkan bagi pasukan Arsene Wenger. Rekor mereka atas tim London Barat itu cukup parah. Dalam lima laga kandang melawan Arsenal di semua kompetisi, Chelsea menyapu bersih kemenangan.

Bahkan, dalam 8 laga kandang terakhir melawan Arsenal, mereka minimal mencetak 2 gol!

Kondisi itu semakin diperkuat dengan produktivitas gol Chelsea yang sedang meroket. Dalam lima laga terakhir mereka di semua kompetisi, pasukan Conte sudah mencetak 12 gol atau rata-rata 3 gol per laga dan hanya kebobolan 5 gol.

Bandingkan dengan Arsenal yang hanya mencetak 10 gol dengan jumlah kebobolan yang kebangetan untuk tim pemburu gelar juara, 9 gol! 

“Arsenal sejatinya adalah tim besar. Saya tidak tahu kenapa mereka tidak bisa bertarung dalam perebutan gelar juara,” kata Conte seperti dikutip BBC. 

Satu-satunya momen terakhir yang bakal selalu mereka ingat adalah saat The Gunners itu menang adu penalti di Community Shield, partai pembuka musim Liga Primer. 

Namun, Community Shield tak bisa disamakan dengan Liga Primer. Kualitas kompetisi di pertandingan itu jelas jauh. Apalagi, belum banyak pemain baru yang bergabung. Permainan tim juga masih mentah. 

Karena itu, Per Mertesacker dan kawan-kawan terancam kembali pulang ke Emirates Stadium dengan tangan kosong kali ini. Start buruk di awal musim Liga Primer 2017-2018 pun bakal semakin sempurna.—Rappler.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!