Menilik strategi Australia dalam mencetak para atlet berkualitas

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menilik strategi Australia dalam mencetak para atlet berkualitas

AFP

Australia telah mengembangkan sistem pendidikan olahraga yang bertujuan untuk melahirkan para atlet berperforma tinggi

JAKARTA, Indonesia — Memiliki atlet berperforma tinggi dan berkualitas menjadi dambaan setiap negara, namun sepertinya Indonesia masih belum menemukan formula yang tepat untuk mencapai keinginan tersebut. Sebaliknya, Australia telah mengembangkan sistem pendidikan olahraga yang bertujuan untuk melahirkan para atlet berperforma tinggi yang dapat menjadi tumpuan negara di turnamen olahraga internasional seperti Olimpiade atau kejuaraan nasional lainnya.

Dalam diskusi panel tentang sains olahraga yang diselenggarakan di Kedutaan Besar Australia, Jakarta, pada Selasa, 21 November, Head of Sport and Exercise Science Faculty of Health dari University of Canberra Nick Ball memberi tahu rahasia kesuksesan negaranya dalam mencetak atlet-atlet terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Ia juga didampingi Lecturer in Sports Analytics dari University of Canberra Jocelyn Mara, gelandang Canberra United Football Club 2013-2015 Holly Houston, serta Kristen Veal, mantan pebasket yang bermain selama 18 musim.

Diskusi panel tentang sains olahraga yang diselenggarakan di Kedutaan Besar Australia, Jakarta, pada Selasa, 21 November. Foto oleh Sakinah Ummu Haniy/Rappler

Dalam diskusi hari ini para pembicara menceritakan beberapa kunci dalam mencetak atlet berperforma tinggi. Apa saja? Berikut lima di antaranya:

1. Pembinaan sejak dini dan berkelanjutan

Australia memiliki sistem pendidikan olahraga yang dimulai sejak dini dan tersebar di seluruh wilayah dan negara bagian di Australia. 

Yang unik adalah, anak-anak biasanya akan memainkan beragam jenis olahraga saat masih kecil dan seiring berjalannya waktu baru akan diarahkan untuk fokus pada satu olahraga tertentu. Namun olahraga atletik dianggap sebagai dasar dari seluruh olahraga, sehingga semua anak pasti mulai berolahraga dengan latihan lari, lompat, dan cabang olahraga atletik sederhana lainnya.

Olahraga dibuat menjadi kegemaran dan kebiasaan sejak masih kecil, hingga saat usia sudah menginjak remaja mereka baru akan memulai program khusus untuk mencetak atlet berkualitas. Setiap wilayah memiliki program pembinaan yang berjenjang sesuai kelompok umur agar pelatihan yang diterima pun sesuai dan tersalurkan dengan benar.

2. Penggunaan analisis data

Dalam melakukan pembinaan dan berlatih, analisis data dianggap sebagai bagian penting yang tidak dapat terpisahkan. Data yang digunakan beragam, mulai dari data statistik yang didapatkan ketika berlatih maupun bertanding, hingga data berupa video-video pertandingan yang digunakan untuk mengevaluasi performa individu maupun tim.

Data-data yang dikumpulkan nantinya akan menjadi bahan pertimbangan bagi tim pelatih untuk meningkatkan performa para atlet agar latihan yang diberikan pun semakin efektif.

3. Pelatih berkualitas

Fokus pengembangan tidak hanya harus diberikan pada para atlet tetapi juga untuk para pelatih. Dengan sistem pembinaan berkelanjutan serta analisis data yang kuat, tentunya tim kepelatihan yang mumpuni juga menjadi kunci keberhasilan dalam mencetak atlet terbaik. 

Australia juga memiliki program pendidikan khusus bagi para pelatih yang dinilai potensial agar mereka dapat mengetahui cara mengatasi masalah-masalah dalam tim yang bisa saja muncul saat berlatih, mulai dari menghadapi tekanan hingga cara menghadapi psikologis pemain.

4. Investasi dana dan waktu

Segala usaha yang dilakukan untuk mencetak atlet terbaik memang membutuhkan dana yang besar. Nick Ball mengatakan bahwa Pemerintah Australia mengucurkan dana setidaknya 200 juta dolar Australia (lebih dari 2 triliun rupiah) di tahun 2014-15 untuk program pembinaan olahraga.

Selain uang, tentunya pembinaan atlet memang membutuhkan waktu yang panjang, tidak bisa instan. Minimal dibutuhkan waktu sekitar 8 tahun atau dua periode Olimpiade untuk benar-benar menyiapkan atlet hingga sampai ke performa terbaiknya.

5. Kolaborasi

Agar tujuan dalam mencetak atlet berkualitas tercapai, seluruh upaya yang telah disampaikan di atas sangat membutuhkan kolaborasi berbagai pihak. Kerja sama harus terjalin antara pembinaan di tingkat sekolah, tingkat negara bagian atau wilayah, hingga nantinya ke tingkat nasional. Kolaborasi juga harus terjadi antara kementerian olahraga, institut dan lembaga penelitian olahraga, komite olimpiade dan paralimpiade, asosiasi-asosiasi olahraga, dan masih banyak lagi. Kolaborasi dan komunikasi harus terjalin dengan baik karena tanpa itu pembinaan atlet dengan performa tinggi tidak akan berhasil.

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!