Pembuktian darah sepak bola ‘Ronaldo Asia’

Christian Simbolon

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pembuktian darah sepak bola ‘Ronaldo Asia’
Bintang muda Korea Selatan (Korsel) Heung-min Son diprediksi bakal bersinar di Pentas Piala Dunia 2018

JAKARTA, Indonesia—Sejak kecil, winger tim nasional Korea Selatan (Korsel) Son Heung-min sudah bercita-cita menapaki jejak kaki sang ayah, Son Wong-jung, sebagai seorang pesepak bola. Namun demikian, keraguan sempat terbersit di benak Woong-jung mengenai keputusan anaknya tersebut. Berulangkali, Wong-jung mempertanyakan kesungguhan hati Heung-min. 

“Dia (Wong-jung) bahagia, tapi dia bilang, ‘Apa kamu yakin? Menjadi pesepakbola itu berat. Kamu mengerti?’ Dia menjelaskan betapa sulitnya menggeluti profesi sebagai pesepak bola, baik secara mental maupun fisik,” ujar Heung-min menirukan ucapan sang ayah ketika itu sebagaimana dikutip Standard.co.uk 

Ketika itu, Heung-min bergeming. Sebagaimana sang ayah, ia merasa darah sepakbola mengalir di dalamnya. Sejak kecil, selain bermain sepak bola, praktis tidak ada olahraga atau hobi lain yang menarik bagi Sonny, julukan Son Heung-min. 

“Sepak bola ada di dalam darah saya. Saya belajar untuk berjalan (sewaktu masih kecil), melihat sebuah bola dan hanya terus-terusan menendangnya. Saya tidak tertarik dengan game komputer atau bermain dengan mobil mainan, hanya sepakbola dan saya seratus persen yakin ingin bermain secara profesional,” kenang Sonny. 

Keputusan yang diambil Sonny ternyata berbuah manis. Pada usia 16 tahun, Sonny pindah ke Jerman dan merumput bersama Hamburg dan Bayer Leverkusen sebelum akhirnya bergabung dengan Totenham Hotspur pada 2015. Di Jerman, Sonny sekaligus merealisasikan impian yang sang ayah yang sempat bercita-cita bermain di Liga Jerman. 

Seperti putranya, Woong-jung sempat mengecap profesi sebagai pesepak bola profesional. Namun, karier Wong-jung terbilang singkat. Pada 1990, Wong-jung harus gantung sepatu setelah cedera berkepanjangan. Ketika itu, usia Wong-jung baru 28 tahun. 

Bagi publik Korea Selatan ketika itu, Liga Jerman jauh lebih mentereng ketimbang Liga Inggris, tempat Sonny berkarier saat ini. Tak terkecuali bagi Wong-jung. Apalagi, pesepak bola legendaris Korsel Cha Bum-kun juga bermain di Bundesliga. Bum-kun, bisa dikata, salah satu pemain terbaik dari daratan Asia yang pernah merumput di Eropa sebelum Park Ji-sung. 

Kepada sang anak, Wong-jung sempat mengungkapkan mimpi mengalahkan prestasi Bum-kun, idolanya. Namun, cedera membunuh ambisi Wong-jung. Ia pun kemudian memutuskan mencurahkan seluruh tenaganya untuk membimbing Sonny menjadi pesepak bola andal.

“Jadi, ketika saya mulai bermain di Jerman dia selalu berkata: ‘Ini impian kita, untuk bermain di Eropa.’ Saya mungkin bukan pemain terbaik (Korsel) tapi saya ingin merealisasikan mimpinya (Wong-jung) untuk bermain di sana,” ujar Sonny. 

 Infografis oleh Rappler Indonesia

Bawa Spurs ke Liga Champions

Kini, Sonny telah merumput selama lebih dari dua tahun bersama Totenham Hotspur di bawah asuhan Maurizio Pochettino. Banderol senilai 22 juta poundsterling digelontorkan manajemen Spurs untuk memboyong pemain kelahiran 8 Juli 1992 itu. Harga yang sepadan dengan performa Sonny di lapangan.

Pada musim 2017/2018, Sonny yang bertugas sebagai penyerang sayap menorehkan 18 gol bagi Totenham dan sukses membawa The Lilywhites, julukan Totenham Hotspur, ke pentas Liga Champions musim depan. 

Di Spurs, pemegang nomor pungung 7 itu bahkan disepadankan dengan legenda sepak bola Spurs pada dekade 1970-an Cyril Knowles. Performa gemilang Cyril hampir dalam setiap kerap dipuji dengan ungkapan ‘well done, Cyril’ oleh publik Totenham.  Saat ini, ‘well done, Sonny’ menjadi kalimat yang lazim tercetus dari fans berat Spurs sehabis laga. 

Bagi Sonny, semua pencapaian yang diraihnya juga merupakan buah kerja keras sang ayah. 

“Dia membangun karakter saya dan menolong saya dalam berbagai persoalan. Dia masih tinggal bersama saya dan selalu menyaksikan setiap pertandingan kandang (Totenham Hotspur). Setelah pertandingan, kami biasanya berbincang mengenai situasi-situasi buruk di lapangan, hal-hal positif lainnya dan apa yang bisa saya lakukan supaya lebih baik,” ujar Sonny. 

Ajang pembuktian 

Dituturkan Sonny, sang ayah mengajarkan dia pentingnya menggunakan kedua kaki secara merata. Kini, Sonny bahkan mengaku sepakan kaki kirinya jauh lebih keras ketimbang sepakan kaki kanannya. 

Hal itu setidaknya dibuktikan Sonny dalam laga persahabatan antara Korea Selatan versus Honduras jelang Piala Dunia 2018 di Daegu Stadium, Seoul, pekan lalu. Pada menit ke 61, Sonny merobek jala Honduras dengan sepakan keras kaki kirinya di luar kotak penalti. Sonny sukses membawa Korsel memenangi pertandingan dengan skor 2-0. 

Selain kekuatan sepakan kakinya, Sonny juga dilengkapi dengan kemampuan dribble yang mumpuni. Bahkan, pria yang pernah menolak membela Korsel di Piala Dunia 2014 itu kerap dijuluki Cristiano Ronaldo-nya Asia karena teknik dan kecepatan yang dia tampilkan di berbagai laga saat menggiring si kulit bundar. 

Di grup F Piala Dunia nanti, Sonny dipastikan menjadi salah satu punggawa yang  dibawa pelatih Shin Tae-yong ke Russia. Sonny dan kawan-kawan harus melewati hadangan Jerman, Meksiko dan Rusia jika ingin lolos ke babak perdelapan besar. Piala Dunia sekaligus bakal menjadi pembuktian darah sepak bola yang mengalir di tubuh Sonny. 

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!