Persiapan para bintang sepak bola jelang Piala Dunia

Agence France-Presse

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Persiapan para bintang sepak bola jelang Piala Dunia

AFP

Kekuatan mental dan fisik para pemain sangat dibutuhkan

Para bintang sepak bola menghadapi tekanan fisik dan mental sepanjang tahun. Saat musim Piala Dunia, tekanan tersebut semakin besar untuk mempersiapkan diri jelang dimulainya turnamen empat tahunan tersebut.

Bagaimana mereka bisa kembali ke performa terbaik sebelum Piala Dunia dimulai? Para ahli mengaku hal tersebut tidak mudah. Butuh tim yang solid, kuat, dan biaya yang tidak sedikit untuk mengembalikan kondisi fisik dan mental pemain.

Penelitian menunjukkan bahwa permainan dalam sepak bola saat ini semakin cepat dan intens. Hal tersebut memaksa para pemain untuk semakin ahli secara fisik maupun mental, sehingga tingkat stress serta resiko cedera menjadi meningkat.

Sayangnya, waktu untuk penyembuhan dan istirahat jelang Piala Dunia sangat singkat. Setiap empat tahun, tim-tim terbaik dunia baru saja menyelesaikan kompetisi regional maupun lokal mereka. Liga Champions baru saja selesai, kurang dari tiga pekan sebelum Piala Dunia dibuka pada 14 Juni mendatang.

“Tidak ada perhatian yang berarti dari klub terhadap kebutuhan turnamen sepak bola antar negara,” tutur John Brewer, seorang profesor Ilmu Olahraga dari St Mary University, London, yang pernah membantu tim nasional Inggris di Piala Dunia 1990.

“Klub-klub ingin para pemain memberikan 100 persen kemampuan mereka hingga pertandingan terakhir, meskipun setelah itu akan ada Piala Dunia.”

Jadi apa yang bisa dilakukan?

Para pemain Timnas Tunisia berlatih di stadion Olimpiade El Menzah jelang Piala Dunia Rusia 2018. Foto oleh Fethi Belaid/AFP

Para pelatih akhirnya mengandalkan teknologi tinggi untuk terus mengetahui kondisi atletnya. GPS digunakan untuk mendeteksi para atlet saat latihan dan dalam pertandingan. Teknologi tersebut juga digunakan untuk menghitung kecepatan mereka saat berlari sambil mengawasi denyut jantung mereka.

Para pemain yang kembali baru saja kembali dari latihan atau pertandingan di luar diminta untuk mengisi kuisioner tentang pola makan, pola tidur, serta kondisi fisik mereka. “Itu bisa membantu kami mendeteksi masalah yang tidak terlihat,” tutur Stephane Caterina, seorang pelatih fisik asal Perancis yang ahli dalam sepak bola.

Setelah itu, beberapa pekan sebelum Piala Dunia dimulai, para atlet dinilai kembali dan dilihat kesiapannya untuk menghadapi pertandingan, serta mendapatkan menu latihan masing-masing, “dibuat berbeda untuk setiap pemain,” tutur Caterina.

“Beberapa dari mereka mendapatkan latihan kebugaran yang lebih berat karena bermain lebih sedikit dan secara fisik bisa mengatasi latihan yang berat, dan bahkan sebenarnya mereka membutuhkannya. Sementara pemain yang sering bermain akan mendapatkan sedikit kemudahan.”

Selain latihan, para pemain juga akan diminta melakukan berbagai perawatan seperti mandi air panas dan dingin untuk menyembuhkan kondisi otot, pijat dan perawatan lainnya.

Berisiko tinggi

Gelandang Jerman Sami Khedira menarik beban sebagai salah satu bagian dari latihan jelang Piala Dunia Rusia 2018. Foto oleh Christof Stache/AFP

Para atlet diminta untuk melakukan berbagai kegiatan olahraga yang santai seperti bersepeda atau mendaki, sebelum akhirnya mulai memasuki latihan intensif satu atau dua pekan jelang pertandingan perdana mereka di Piala Dunia. Tujuannya tentu saja untuk menempatkan kondisi tubuh mereka dan menghindari risiko cedera.

Akan tetapi, semakin dekat dengan permulaan Piala Dunia, ada saja hal buruk yang bisa terjadi.

Masih lekat dalam ingatan Perancis saat Zinedine Zidane cedera otot paha dalam pertandingan pemanasan hanya lima hari sebelum pembukaan Piala Dunia 2002,  yang bisa dibilang menyebabkan buruknya performa Timnas Perancis saat itu. Dan tahun ini, mungkin saja hal yang sama juga terjadi pada Mesir. Mohamed Salah terkena cedera bahu saat bermain untuk Liverpool di final Liga Champions akhir Mei lalu.

Sebuah studi Ilmu Kedokteran Olahraga di tahun 2013 memperlihatkan bahwa tuntutan fisik dalam sepak bola telah meroket sejak tahun 1966, saat Piala Dunia keenam diselenggarakan. Berdasarkan analisa dalam pertandingan-pertandingan Piala Dunia, kecepatan permainan meningkat 15% dan tingkat passing meningkat 35% di tahun 2010. Intensitas yang meningkat tentu sangat menyenangkan bagi para suporter. Tetapi hal ini juga meningkatkan risiko yang dihadapi para atlet. “Meningkatnya kemungkinan cedera akibat semakin banyaknya pertemuan dengan energi kinetis yang lebih besar saat bergerak lebih cepat,” demikian tertulis dalam studi tersebut.

Penelitian lainnya menunjukkan bahwa jumlah cedera di Piala Dunia Brazil 2014 mencapi 104, atau kira-kira sekitar 1,68 cedera setiap pertandingan. Hampir 2/3 dari cedera tersebut mengenai kaki, 18% di kepala atau leher, sementara 10% lainnya terjadi di tangan, lengan, atau bahu.

“Diagnosa yang paling sering terjadi adalah tegangnya otot paha,” demikian tertulis dalam sebuah studi di British Journal of Sports Medicine. Dan hampir 2/3 di antaranya diakibatkan kontak antar pemain.

Tetapi, studi menunjukan bahwa jumlah cedera yang terjadi menurut sejak 1998, terutama karena peraturan yang lebih tegas.

Mental yang diuji

Pemain Timnas Mesir berlatih di Belgia jelang Piala Dunia 2018. Foto olehVirginie Lefour/Belgium OUT/AFP

Para ahli juga menyatakan bahwa kekuatan mental adalah sesuatu yang wajib dimiliki oleh pemain bintang. “Atlet yang yakin bisa menghadapi tekanan dalam kompetisi melihatnya sebagai tantangan dan justru akan mendorong mereka memberikan performa terbaik,” tutur Lee Moore, staf pengajar psikologi olahraga di University of Bath. Di sisi lain, para atlet yang kesulitan menghadapi tekanan akan melihatnya sebagai ancaman dan akan gagal.

Sebuah penelitian pada bulan April lalu menyimpulkan bahwa kelelahan secara mental akan mempengaruhi performa pemain saat lari, melakukan passing, menendang bola ke gawang, tackling, mengambil keputusan, serta strategi di lapangan.

“Para pemain dalam tim harus yakin bahwa kondisi fisik dan mental mereka kembali baik sebelum pertandingan selanjutnya dimulai,” tutur Michael Smith dari University of Newcastle di Australia yang juga menulis penelitian tersebut.

Bagaimana caranya? Di antaranya adalah dengan memastikan tidur yang cukup serta mendapatkan hiburan dan waktu senggang yang cukup. Kelelahan secara mental juga bisa jadi muncul karena terlalu banyak pertemuan yang membahas soal strategi hingga wawancara media.

“Para pemain harus menghindari hal-hal yang melelahkan pikiran mereka sebelum pertandingan,” tutur Smith.

—dengan laporan AFP/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!