Prancis juara, Kroasia memesona, Deschamps pahat sejarah

Choki Sihotang

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Prancis juara, Kroasia memesona, Deschamps pahat sejarah
Sampai jumpa di Qatar, empat tahun berselang!

JAKARTA, Indonesia — Demikianlah. Piala Dunia 2018 berakhir sudah. Prancis tampil sebagai juara setelah di partai puncak menggilas Kroasia 4-2, Senin, 16 Juli dini hari WIB.

Hugo Lloris dan kawan-kawan, disaksikan ribuan pendukung setia Les Bleus angkat trofi bergengsi di Luzhniki. Ini merupakan gelar kedua balbalan terakbar empat tahunan sejak Prancis memenangkannya pada 1998 di kandang sendiri.

Prancis tampil percaya diri, meski Kroasia lebih mendominasi si kulit bundar sejak wasit Nestor Pitana asal Argentina meniup peluit kick off

Gol kemenangan skuat asuhan Didier Deschamps masing-masing tercipta pada menit ke-18, 38, 59, dan 65. Berawal dari gol bunuh diri striker Kroasia, Mario Mandzukic, disusul kemudian Antoine Griezmann (penalti), Paul Pogba, serta Kylian Mbappe. Sedangkan gol balasan Kroasia diceploskan Ivan Perisic pada menit ke-28 dan Mandzukic menit 69. 

Adapun posisi ketiga diraih Belgia yang sehari sebelumnya mengalahkan Inggris, 2-0, di Saint Petersburg Stadium.

Prancis memang layak menorehkan sejarah di Rusia, sebab pencapaian mereka yang begitu hebat sejak babak penyisihan grup. Berada di Grup C bersama Denmark, Peru, dan Australia, Les Bleus merupakan pemuncak klasemen tanpa kekalahan. Menang dua kali, seri sekali.

Di babak 16 besar, Lloris and kolega mengalahkan Argentina 4-3. Di babak delapan besar dan semifinal, Prancis juga tak terbendung. Usai menekuk Uruguay 2-0, “Ayam Jantan” menghantam Belgia di semifinal 1-0. Artinya, Prancis menorehkan kinerja yang nyaris sempurna.

Menghadapi Kroasia, tak sedikit yang meragukan Prancis bisa mengalahkan Vatreni. Soalnya, Kroasia, seperti halnya Prancis, tampil gemilang pula di babak penyisihan, 16 besar, delapan besar dan sebelum melaju ke final Luka Modric Cs menghempaskan Inggris 2-1.

Lagi pula, Kroasia yang memang merupakan “kuda hitam”, selain mengincar posisi terbaik, juga ingin menuntaskan dendamnya atas kekalahan kala bentrok versus Prancis disemifinal Piala Dunia 1998. 

Hanya saja, Prancis ternyata tim tangguh. Di luar dugaan, empat gol berhasil disarangkan Prancis ke gawang Kroasia yang dikawal Danijel Subasic. Prancis benar-benar membuat anak-anak asuh Zlatko Dalic frustrasi. Sejumlah peluang bisa dimentahkan pemain-pemain bertahan Prancis, pun berkat aksi ciamik Lloris di bawah mistar. 

MBAPPE. Salah satu pemain terbaik Prancis saat ini berpose bersama trofi Piala Dunia. Foto dari FIFA.com

Prancis tak hanya bermodalkan semangat, kesabaran, dan kerja sama, melainkan juga mental bertanding yang luar biasa bagusnya. Jelas, semua itu tak lepas dari tangan dingin Deschamps.

Apa yang ditoreh Prancis di Rusia, semakin membuktikan kualitas mereka di Piala Dunia. Bagaimana tidak, dengan keberhasilan di kandang 20 tahun silam dan kini di kandang lawan menjadikan Prancis lebih dari pemenang. Sempurna!

Penuh kejutan

Piala Dunia kali ini sungguh mengejutkan sekaligus “menjengkelkan”. Mengejutkan, karena tim-tim yang kurang begitu diunggulan justru tampil memesona. Tak ada yang menyangka sebelumnya kalau Inggris, Belgia, pun Kroasi bisa melanggeng jauh. Prancis memang masuk daftar juara, namun prosentasenya masih di bawah tim-tim unggulan macam Spanyol, Argentina, Brasil, atawa juara bertahan Jerman.

Spanyol, juara 2010, terhenti di babak 16 besar. La Furia Roja kalah adu penalti melawan tuan rumah Rusia. Brasil, juara lima kali, dipecundangi Belgia di perempat final. Yang menyesakkan dada, tentu saja Jerman. Der Panzer bahkan tak lolos dari babak penyisihan grup setelah kalah dari Korea Selatan serta Meksiko dan hanya mampu menang sekali melawan Swedia. 

Menjengkelkan, sebab keputusan FIFA yang menggunakan teknologi VAR atau Video Assistant Referee. VAR diperlukan wasit terkait pelanggaran atau handball di kotak penalti. 

Kasus terakhir bisa dilihat saat Prancis vs Kroasia di partai pamungkas. Saat skor 1-1, pemain-pemain Prancis melakukan protes dan meminta wasit untuk melihat rekaman dengan bantuan VAR karena ada indikasi pemain Kroasia handball di area sensitif. Usai menyaksikan tayangan video, wasit kemudian menghukum Kroasia dengan tendangan penalti dan dari sanalah neraka itu berawal.

PUJIAN. Meski kalah, penampilan spektakuler Kroasia sejak babak awal Piala Dunia 2018 menuai banyak pujian. Foto dari FIFA.com

 

Griezmann yang maju sebagai eksekutor menjalankan tugasnya dengan sempurna. Banyak yang tak suka dengan VAR dan mendesak FIFA untuk tak lagi menggunakannya. 

Kejutan lain yang tak kalah menyita perhatian, apalagi jika bukan soal Lionel Messi. Messi kembali terkulai bersama timnas Argentina. Belum sekalipun Messi memenangkan turnamen besar, setidaknya dalam empat kesempatan: dua Copa America dan dua Piala Dunia. Sangan mencolok dengan pencapaiannya bersama Barcelona. Messi bertabur trofi. 

Besar kemungkinan ini Piala Dunia terakhir Messi, mengingat usianya yang terus beranjak tua, 31 tahun. Sama halnya dengan Cristiano Ronaldo, bintang Porugal yang kini berusia 33 tahun. Sepertinya penyerang yang memutuskan hengkang ke Juventus bakal lebih fokus ke klub ketimbang timnas Portugal. Ronaldo realistis jika dirinya tak lagi muda. 

Memahat sejarah

Bisa jadi, Deschamps, merupakan orang yang paling berbahagia. Taktisi 49 tahun itu kini menyamai pencapaian dua legenda kenamaan yakni Mario Zagallo dan  Franz Beckenbauer: memenangkan Piala Dunia, baik ketika jadi pemain maupun pelatih.

Zagallo sosok krusial di balik keperkasaan Brasil pada 1958 dan 1962. Saat jadi pelatih, Zagallo juga memenangkannya pada 1970. Beckenbauer memenangkan Piala Dunia dalam balutan jersey Jerman pada 1974 dan mengulangi pencapaian hebat itu saat didapuk sebagai nakhoda pada 1990.

Deschamps ikut memberikan kotribusi besar waktu Prancis menggebuk Brasil di final Piala Dunia 1998. Lalu kini di Rusia, dia melakukannya lagi. Dia panen pujian, disanjung setinggi langit. 

DIARAK. Para pemain Prancis melemparkan Deschamps ke udara sebagai bentuk selebrasi. Foto dari FIFA.com

Sejarah apalagi yang terpahat? Kroasia, walau kalah, sesungguhnya patut diacungi jempol. Inilah kali pertama Kroasia melaju ke partai puncak. Tak berlebihan kiranya, pemerintah Kroasia memastikan bahwa Modric dkk.tetap akan disambut tak ubahnya pahlawan. 

Belgia panen pujian. “Setan Merah” top, di bawah arahan pelatih berpaspor Spanyol, Roberto Martinez. Peringkat ketiga yang diraih Eden Hazard and the gank adalah prestasi terbaik yang pernah diraih setelah semifinal 1986 (peringkat keempat). 



Tak terasa, Piala Dunia 2018 yang bergulir sejak 14 Juni kini telah rampung. Banyak cerita, banyak drama, banyak pula kejutan. Terima kasih Piala Dunia. Terima kasih Rusia. Sampai jumpa di Qatar, empat tahun berselang.  

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!