Upaya pemuda 24 tahun berikan pendidikan gratis bagi anak jalanan di Samarinda

Sapri Maulana

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Haerdy bersama delapan rekannya mendirikan klinik jalanan yang memberikan pendidikan baca, tulis dan kemampuan berwirausaha

ANAK JALANAN. Haerdy Pratama (tengah dan mengenakan kaos lengan panjang) bersama tiga anak jalanan yang dia didik melalui Klinik Jalanan. Foto: istimewa

SAMARINDA, Indonesia – Haerdy Pratama Wijaya prihatin ketika melihat banyak anak di ibukota Samarinda berada di jalan ketimbang di bangku sekolah. Hatinya semakin miris saat menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa mereka kecanduan menghirup lem yang memberi dampak halusinasi.

Hal itu tentu berbahaya bagi kesehatan bocah-bocah tersebut. Tak ingin nasib anak jalanan itu semakin tidak jelas, pria berusia 24 tahun itu kemudian membentuk “Klinik Jalanan” bersama delapan rekannya. Di klinik itu, bocah-bocah berusia antara 2-8 tahun bisa memiliki harapan baru dengan menerima pendidikan gratis.

“Sekitar pukul 12 malam tahun 2015 lalu, saya melihat sejumlah anak jalanan ditangkap Satpol PP. Saya lalu mendatangi kantor Satpol PP kota Samarinda dan bertanya di mana anak-anak jalanan itu diamankan,” ujar Haerdy ketika mengisahkan awal mula berdirinya Klinik Jalanan pada Rappler, Sabtu, 21 Januari.

Begitu tiba di kantor Satpol PP yang terletak di kawasan Balaikota Samarinda, Haerdy terkejut karena sebagian besar dari anak-anak itu kecanduan menghirup aroma lem. Kendati terlihat tak berbahaya, namun kebiasaan menghirup aroma lem itu memiliki dampak nyata terhadap kesehatan. Mulai dari gejala berhalusinasi, mati rasa, kehilangan koordinasi gerak tubuh hingga kematian.

Ide membentuk klinik jalanan itu kemudian direalisasikan dengan mengikuti kompetisi Indonesia Culture and Nationalism (ICN) tahun 2015 yang digelar oleh Student Board kampus Prasetya Mulya School of Business and Economic di Jakarta. Dalam kompetisi itu, Haerdy mengajukan konsep klinik jalanan itu menjadi sebuah proyek sosial.

Relawan yang bergabung di klinik jalanan Haerdy nantinya akan memberi pengajaran gratis baca dan tulis serta kemampuan berwirausaha. Anak-anak jalanan diajarkan cara untuk menyablon kaos yang nantinya bisa dijual ke masyarakat.

Tidak diduga ide itu membawanya memenangkan kompetisi yang diikuti oleh 33 peserta lainnya dari seluruh Indonesia.

“Proyek Klinik Jalanan terpilih menjadi yang terbaik ketika digelar pada tanggal 27-31 Mei 2016. Kami memperoleh hadiah berupa uang Rp 10 juta yang diberikan secara mengangsur. Itulah yang kami jadikan modal awal dan dapat menjalankan proyek sosial ini,” kata Haerdy.

Tinggi peminat

KAOS SABLON. Anak-anak jalanan yang diajarkan kemampuan untuk menyablon kaos di klinik jalanan milik Haerdy Pratama. Foto: istimewa

Ketika dibuka pendaftaran sebagai relawan, ternyata ada sekitar 200 orang yang berpartisipasi. Namun, Haerdy dan rekan-rekannya hanya meloloskan 63 orang. Dia menjelaskan proses seleksi dibutuhkan untuk mendapatkan relawan yang siap untuk menjalankan visi dan misi proyek sosialnya.

“Visi kami yakni memberikan pendidikan dan pencegahan terhadap anak jalanan yang menggunakan inhalen atau ngelem,” katanya.

Hingga saat ini, sudah ada 86 anak jalanan yang ditangani oleh Klinik Jalanan sejak didirikan bulan November 2015 lalu. Sayang, mulai muncul sambutan negatif dari sebagian pihak terhadap aktivitas pembinaan di Klinik Jalanan. Mereka menilai kegiatan di klinik tersebut menganggu aktivitas ekonomi yang seharusnya dilakukan oleh anak-anak jalanan tersebut.

Sehari-hari jika tidak menghirup aroma lem, mereka akan mengamen dan menjadi loper koran. Bahkan, banyak di antara mereka juga menerima perlakuan kasar dari para preman di sepanjang jalan.

Perlakuan intimidasi dari premen ini turut dirasakan oleh relawan klinik jalanan.

“Itu salah satu hal yang sempat membuat tim dan relawan klinik jalanan terkejut. Ke depan kami bercita-cita untuk membesarkan klinik ini. Semoga, dengan semakin banyak anak-anak yang kami didik, mereka tidak lagi ada di jalanan,” kata Haerdy. –Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!