Seleksi pimpinan KPK: Jimly ditanyai soal rumah dinas

Fabriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Seleksi pimpinan KPK: Jimly ditanyai soal rumah dinas
Jimly mengaku tak sepakat dengan pernyataan Megawati yang menyatakan bahwa KPK mestinya tidak ada

JAKARTA, Indonesia — Panitia Seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menanyai mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie mengenai penggunaan rumah dinas yang tak sesuai ketentuan.

“Bahkan sudah selesai masa jabatan pun masih dibayari MK?” kata Enny, anggota tim panitia seleksi. Jimly mengakui hal tersebut, dengan alasan bahwa rumah pribadinya masih direnovasi sehingga tak bisa segera pindah dari rumah dinas.

Saat masih menjadi Ketua MK, Jimly tak tinggal di rumah dinas yang sudah disediakan. Dia justru memilih untuk menyewa rumah lain di Pondok Indah dengan biaya dari negara Rp 120 juta per tahun.


Selain mengenai harta, panitia seleksi juga menanyai guru besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu mengenai pembubaran KPK. Jimly mengaku tak sepakat dengan pernyataan Megawati yang menyatakan bahwa KPK mestinya tidak ada lagi jika korupsi di Indonesia sudah tidak ada. “Saya tak ingin berpikir bahwa KPK adalah lembaga sementara,” kata dia. Menurutnya pernyataan Megawati harus dipahami sebagai ekspresi kekecewaaan.

Jimly juga menyatakan tak setuju dengan wacana hukuman mati untuk koruptor. “Sebaiknya tidak,” kata dia. Menurutnya, sesuai dengan Pancasila, hukum harus mengikuti standar kebijakan kemanusiaan. Hukuman mati harus dikurangi pelan-pelan.

Dia juga ditanya mengenai pengaturan waktunya saat menjadi Ketua MK. “Waktu jadi Ketua MK menulis banyak buku. Apakah menulis sendiri? Ada waktunya?” tanya anggota pansel. Jimly menjawab bahwa dia memang punya banyak waktu sehingga bisa menulis hingga 45 buku.

Selain menulis buku, Jimly juga mendirikan sekolah Jimly School, yang dananya berasal dari uangnya sendiri. “Menurut informasi yang saya dapatkan, dananya dari Newmont?” tanya Supra, anggota panitia seleksi. Jimly membenarkan, dan menjelaskan bahwa proyek tersebut kini sudah selesai.

“Saya ini nggak sempurna. Kalau ada yang lebih baik ya tidak apa apa kalau saya tidak terpilih,” kata Jimly pada akhir wawancaranya. – Rappler.com

BACA JUGA

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!