Beradu kata dalam ‘poetry slam’ di Jakarta

Ayu Meutia Azevy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Beradu kata dalam ‘poetry slam’ di Jakarta

Di atas Teater Anjung Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kami menonton para pecinta puisi beradu kata yang terlantun dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Cangkir-cangkir kopi racikan Tim Mas Pepeng dari Klinik Kopi yang diterbangkan khusus dari Yogyakarta tersaji untuk mereka yang ingin merenung menikmati langit yang senja. 

Ya,  tidak ada deskripsi yang cukup untuk menggambarkan suasana acara Syair Lisan dan Adu Puisi (spoken words and poetry slam) yang diadakan Unmasked Open Mic bekerja sama dengan Komunitas Salihara pada hari Minggu, 4 Oktober 2015. Acara ini adalah rangkaian dari program Bienal Sastra Salihara yang berlangsung sepanjang bulan November.

Poetry slam atau adu puisi adalah konsep yang awam bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, di mana para pementas mengeluarkan kata-kata dan ekspresinya dan dinilai oleh para juri. Tidak ada ruang untuk menjadi malu dan tersipu, karena para juri tidak segan memberikan skor rendah kepada mereka yang canggung dalam berkata-kata.

Yang penting bebas berekspresi dan dapat merangkai kata yang bukan hanya sekadar berbentuk bait indah, tapi sebuah tuas emosi yang siap menarik pendengar untuk masuk ke dalam cerita.

Ada sekitar belasan pencinta puisi beradu di senja hari itu dan 5 juri yang siap untuk menilai. Juri akan memberikan penilaian dari skor 1 hingga 10, dan pemegang nilai terbesar akan keluar menjadi pemenang.

Namun, kali ini, semuanya adalah pemenang. Dari sekian banyak peserta yang berani akhirnya juri memilih tiga pemenang, yakni Andy Roberts, Rara Rizal, dan Theodora “Rinnie” Karin.  

I am sorry for my thick Australian Accent,” kata Andy seraya bercanda sebelum memulai puisinya yang unik dan menggunakan ragam-ragam makanan Indonesia yang terdengar tidak asing di telinga orang Indonesia. 

Rara Rizal memukau penonton dengan puisi slam-nya yang sarat dengan emosi akan catatan kehidupan kaum lesbian.

Sedangkan Rinnie, yang masih berusia 17 tahun, tampil percaya diri tanpa catatan di tangan dan menampilkan puisi yang bertema cinta. 

Sejarah ‘slam and spoken word poetry’ 

Slam poetry berawal dari Amerika Serikat pada tahun 1987 dimana Marc Smith yang dikenal sebagai “slampapi” memprakarsai sebuah gerakan bernama International Poetry Slam Movement di Chicago. Hingga hari ini, makin banyak penggemar dan penggerak slam poetry di seluruh dunia.

Slam poetry adalah salah satu wadah kepenulisan kreatif tentang masalah sosial yang menyangkut rasisme, kemiskinan, kesetaraan gender, dan masih banyak lagi. Tidak heran slam poetry sering disamakan dengan gaya musik rap dan hip-hop. Karena syairnya mengungkap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. 

Tidak heran, slam poetry dan spoken word poetry terdengar mudah menyentuh dengan kata-kata yang mentah, namun dikemas secara matang, karena yang jadi bahan-bahan puisi tersebut adalah kehidupan manusia. Komunitas slam poetry dan spoken word poetry yang mendunia antaralain adalah Youth Speaks dan Button Poetry. 

Di Indonesia, Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) selalu menggelar poetry slam setiap tahun dalam rangkaian festival tersebut. 

Di Jakarta, Unmasked Open Mic yang digawangi oleh saya berserta teman-teman, Putri Minangsari dan Pangeran Siahaan, mengadakan pembacaan puisi berkala dalam gaya bebas seperti spoken word poetry dan slam poetry

Konsep Unmasked Open Mic berangkat dari sebuah obrolan singkat antara saya dan Putri di sebuah kedai kopi. Karena kami ingin menciptakan sebuah acara puisi di mana semua orang bisa membaur dan berekspresi. Kami juga menarik Pangeran sebagai pembawa acara awalnya, namun “terseret” begini jauh ke acara-acara berikutnya sebagai penyelenggara.  

Unmasked Open Mic sudah mengadakan 2 kali pembacaan puisi atau open mic dan satu kali acara poetry slam. Untuk acara-acara puisi yang diselenggarakan Unmasked Poetry Open Mic kunjungi halaman Facebook-nya. —Rappler.com

Ayu Meutia adalah penulis independen dan penggiat puisi spoken-word. Kalau tidak berburu buku dan tato temporer, ia menuliskan lamunan di www.adjoemoetia.com dan www.ayumeutia.com.

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!