Ketika masker N95 langka di Palangkaraya, Joko pilih minum air putih

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ketika masker N95 langka di Palangkaraya, Joko pilih minum air putih

AFP

Pedagang bakso di Palangkaraya mengaku belum kebagian masker N95 yang dijanjikan dibagikan gratis oleh Kementerian Kesehatan

PALANGKARAYA, Indonesia — Joko Isbanu memarkir barang dagangannya di tengah Jembatan Tumbang Nusa, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Dilihat dari nama dan logo Bakso Arema di kereta dagangannya, pria 56 tahun ini jelas bukan orang asli Palangkaraya. 

Ia asli Surabaya, tapi merantau ke Palangkaraya sejak 15 tahun yang lalu bersama istri dan lima anaknya. 

Dari tahun ke tahun, kata Joko, ia selalu mengalami satu fase di mana matahari tidak bersinar terang di langit Palangkaraya. 

“Setiam musim kemarau, ya seperti ini,” kata Joko saat ditemui Rappler, Senin, 26 Oktober. 

Tapi gelap dan pekatnya langit Palangkaraya tahun ini berbeda. Menurutnya, tahun ini paling parah. “Tahun ini banyak asap kiriman dari jauh,” ujarnya. 

Karena kondisi ini berlangsung lebih dari sebulan, Joko mulai merasa tak enak badan.

“Saya sesak napas, batuk-batuk, dan mata pedih,” katanya.

Saat mengobrol dengan Rappler pun napasnya terasa berat, sesekali ia menyeka kelopak matanya yang sudah keriput itu. 

Ia hanya mengenakan masker lembut yang biasa ditemukan di apotek-apotek terdekat, bukan masker jenis N95 yang disarankan Menteri Kesehatan Nila Moeloek dan dibagikan gratis oleh Kementerian Kesehatan.

Mengapa ia tak mengenakan masker N95? “Enggak ada (pembagian). Yang dibagi hanya masker yang lembut, bukan yang bagus kayak begini,” katanya seraya menunjuk kepada masker N95 yang Rappler pegang.

Ia kemudian menunjukkan masker lembut yang sudah kumal pada Rappler. Mungkin sudah ia pakai sejak sebulan yang lalu. Rappler pun segera memberikan masker N95 padanya untuk pertolongan pertama. 

Joko mengatakan, meski menderita sesak napas, ia belum sempat ke dokter. “Waktunya enggak ada, saya harus mencari nafkah,” katanya.

Tapi ia berjanji akan segera ke rumah sakit jika libur telah tiba. 

Lalu apa yang ia lakukan untuk menjaga kesehatan?“Saya minum air putih,” katanya.

Dalam sehari, ia biasa minum air sebanyak 10 gelas. Paling banyak di pagi hari dan ketika akan tidur. 

Pemerintah diharapkan lebih peduli

Di tengah kepungan asap di jembatan, Joko kemudian menyampaikan harapannya untuk Menteri Kesehatan dan Presiden Joko “Jokowi” Widodo. 

“Yang jelas, masyarakat itu dikasih lah fasilitas, terutama masker,” katanya. Ia tidak meminta tabung oksigen, tapi masker N95 ala kadarnya. 

Sebelumnya, Nila pada 12 Oktober menjamin pasokan masker dan oksigen aman di daerah bencana asap.

“Kami sudah memberikan sekitar 30 ton bantuan kesehatan berupa masker, obat, makanan, dan oksigen,” kata Nila saat memberikan keterangan pers di Jakarta, 12 Oktober silam, perihal bencana kabut asap di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. 

Bentuk masker yang dikirim, menurut Nila, merupakan jenis N95. 

Menanggapi hal ini, Joko mengkritik balik Menteri Nila. “Enggak (dibagikan). Harusnya (N95). Sama dengan bohong kalau masker yang biasa itu,” katanya. 

Sedangkan pesan untuk Jokowi, Joko mengingatkan bahwa pemerintah harus memberikan perhatian khusus pada daerah bencana, terutama di Kalimantan Tengah. 

Ia mengapresiasi Jokowi yang mendatangkan tentara untuk membangun kanal, tapi ia belum melihat fungsi dari kanal yang dibangun tersebut. Ia kini menunggu perubahan lainnya dari pemerintah. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!