World Cup

Indonesia promosi sawit di Eropa

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Indonesia promosi sawit di Eropa

EPA

Bukan sekedar promosi dan meyakinkan masyarakat Eropa. Tapi kami juga menjajaki kerjasama teknologi pengembangan sawit yang berkelanjutan, juga teknologi mencegah kebakaran lahan.

COPENHAGEN, Denmark—Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit melanjutkan promosi dan advokasi industri sawit yang berkelanjutan, di Eropa, 4 Desember. Acara digelar dalam rangkaian presentasi BPDP Sawit di ajang Conference of Parties (COP) 21 di Paris.

Perjalanan promosi sawit kali ini menyasar 5 kota, yaitu Paris, Copenhagen-Denmark, Warsawa-Polandia, Berlin-Jerman, dan Amsterdam Belanda.

“Bukan sekedar promosi dan meyakinkan masyarakat Eropa. Tapi kami juga menjajaki kerjasama teknologi pengembangan sawit yang berkelanjutan, juga teknologi mencegah kebakaran lahan. Misalnya dengan mengetahui secara dini di mana titik api,” kata kepala eksekutif BPDP Sawit, Bayu Krisnamurthi, kepada Rappler.

Kunjungan promosi sawit Indonesia di Copenhagen diakhiri dengan kerjasama pendidikan dan riset untuk studi tingkat Master of Business Administration dan doktoral antara Copenhagen Business School dengan Institut Pertanian Bogor, Universitas Lampung, dan Universitas Jambi, didukung Masyarakat Kelapa Sawit Indonesia, BPDP Sawit, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Copenhagen.

Kepala Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit Bayu Krisnamurthi di acara Konferensi Sawit Berkelanjutan Uni Eropa di Amsterdam, pada 7 Desember 2015. Foto dari Uni Lubis/Rappler

Coopenhagen Business School salah satu yang terbesar di dunia dan pernah mencapai rangking 3 terbaik di dunia. Hingga kini  hingga selalu dalam  top 10 business school di dunia. 

Mahasiswa dari Indonesia dan Eropa dapat mengambil program tingkat pasca sarjana sampai doktoral, atau  mengikuti  Executive Short Course selama sekitar 10 hari dengan tema Sawit Berkelanjutan.

“Program kerjasama pendidikan ini akan dihubungkan dengan kampus lain termasuk Harvard Business School dan sekolah lain di Eropa,” kata Bayu.

Program ini juga akan mempertemukan perusahaan-perusahaan yang memiliki  solusi teknologi dengan perusahaan-sawit  di Indonesia untuk mendukung sawit berkelanjutan. 

Tantangan industri sawit Indonesia pasca bencana asap

Industri sawit di Indonesia dikritik publik setelah terjadinya kebakaran hutan dan lahan secara masif di enam provinsi.

Saat ini dari 11 perusahaan yang diajukan ke proses hukum, dua diantaranya adalah perusahaan terkait sawit.

Luasan yang digunakan untuk penanaman lahan sawit di Indonesia kurang dari  4 persen dari luasan lahan perkebunan di Indonesia, atau setara dengan 8-10 hektar. Baca selengkapnya tentang lima hal prioritas pembanguna sawit Indonesia di sini. 

Data Oktober 2015, yang dikutip dari Roundtable Sustainable Palm Oils, mengenai pencapaian sertifikasi minyak sawit yang berkelanjutan (CSPO), Indonesia sudah mencapai 74,4 persen dari total CSPO yang dicatatkan industri minyak sawit secara global.

Itu berarti sekitar 2,56 juta hektar. Dari jumlah itu, yang diproduksi petani kecil sawit adalah 166,380 hektar. “Di dunia, hanya Indonesia yang petani kecilnya juga sudah memenuhi CSPO,” kata Bayu.

Sekelompok anak muda bergabung dengan Tim Pemadam Kebakaran Serbu Api Kelurahan Bukit Tinggal, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, untuk membantu memadamkan api yang membara di lahan gambut. Febriana Firdaus/Rappler

Dalam presentasinya mewakili PT Pasifik Agro Sentosa, Lee Marvin Lieano mengatakan bahwa pihaknya sudah mengalokasikan 25 persen dari lahan perkebunan sawit untuk keperluan konservasi. 

“Kami melakukan beragam kegiatan konservasi tidak hanya untuk menjaga kualitas lahan, juga untuk memberikan rumah yang nyaman bagi spesies flora dan fauna yang ada di sekitar lahan kami di Kalimantan Barat,” kata Marvin.

Ajang COP 21 juga dimanfaatkan oleh Kamar Dagang Indonesia (Kadin) memfasilitasi asosiasi termasuk asosiasi kelapa sawit dan asosiasi pengusaha hutan untuk memaparkan komitmen melakukan pembangunan berkelanjutan.  

“Prinsip yang dikembangkan di COP adalah kemitraan antara pemerintah, swasta dan penggiat sipil. Ini alasan kami tertarik terlibat dengan COP. Bagaimana pun yang menjadi pelaku bisnis ya swasta. Peran pemerintah makin diambil oleh swasta dalam menciptakan kegiatan usaha dan menyerap tenaga kerja,” kata Shinta Kamdani, CEO Sintesa yang juga pengurus Kadin.

Di area COP 21, Jumat sore, 4 Desember, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menggelar demo mengecam pembakar hutan dan meminta pemerintah Indonesia mengusut tuntas dan menghukum pelakunya.  

Rappler meliput demo itu di sini. 

KERJASAMA. Kunjungan promosi sawit Indonesia di Copenhagen, Denmark, 4 Desember 2015, diakhiri dengan kerjasama pendidikan dan riset untuk studi tingkat Master of Business Administration dan doktoral antara Copenhagen Business School dengan Institut Pertanian Bogor, Universitas Lampung, dan Universitas Jambi, didukung Masyarakat Kelapa Sawit Indonesia, BPDP Sawit, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia. Foto istimewa/Rappler

Duta besar Republik Indonesia di Paris, Hotmangaraja Panjaitan mengatakan bahwa perkebunan sawit Indonesia tidak bisa lagi mundur ke belakang.  

“Eranya adalah pembangunan berkelanjutan. Ini juga terjadi di sawit kita, dan saya yakin industri akan serius menjalankan prinsip itu,” kata dia dalam Paris Dialogue tentang sawit.

Kartini Sjahrir, penasihat di kantor Menteri Koordinator Kemaritiman mengatakan industri sawit di Indonesia peranannya besar untuk menghidupi petani dan menggerakkan ekonomi daerah. 

“Penyerapan di sektor ketenagakerjaan melibatkan 4 juta orang, dan ekspornya menghasilkan devisa, sesuatu yang sangat kita butuhkan di tengah situasi ekonomi yang melambat,” kata Kartini.

Bayu Krisnamurthi mengatakan bahwa Indonesia diberkahi lahan yang cocok untuk menanam sawit. Tantangannya adalah meyakinkan dunia bahwa industri sawit Indonesia bisa memenuhi standar internasional termasuk dalam konservasi lingkungan.  

“Kita diberikan sustainable advantage, atau keunggulan berkelanjutan yang harus diterapkan di semua lini pertanian, termasuk perkebunan,” ujar Bayu. —Rappler.com

BACA JUGA

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!