Akankah pasar ‘online’ akan tenggelamkan yang ‘offline’? CEO Go-Jek angkat bicara

Pradipta Nugrahanto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Akankah pasar ‘online’ akan tenggelamkan yang ‘offline’? CEO Go-Jek angkat bicara
Sejumlah mitos soal 'online' vs 'offline'

Meskipun sebagian besar masyarakat Indonesia masih memilih untuk berbelanja offline, namun tidak sedikit memprediksi bila online akan mendominasi pasar lokal. 

Benarkah online sebegitu menjanjikannya? CEO Go-Jek Nadiem Makarim memberikan  tanggapan atas hal itu dalam sesi “The Future of Mobile Retailing in Indonesia” di helatan Internet Retail Expo 2016 di Jakarta, pada Rabu, 20 Januari, kemarin.

Menurutnya, ada beberapa mitos yang sudah lama menghinggapi masyarakat dan para pelaku bisnis di Tanah Air. Apa saja?

1. Ritel ‘online’ akan menenggelamkan pasar ‘offline’

Dengan makin banyaknya layanan yang bergerak di ranah online, banyak orang beranggapan bila tren online dianggap sebagai biang keladi dari lesunya pasar offline. Namun dalam kenyataannya, menurut Nadiem, hal itu keliru.

“Proporsinya masih sangat kecil, kondisi yang terjadi pada saat ini adalah imbas dari kondisi perekonomian global,” tutur Nadiem.

Ia menambahkan bahkan sampai satu dekade ke depan, proporsi dari online masih akan kecil dan belum bisa menyaingi sektor ritel offline.

2. Penjualan ‘online’ adalah tolok ukur utama

Ketika online “didewakan,” maka kebanyakan orang akan mengupayakan menjual produk sebanyak-banyaknya melalui platform online. Ketika hasilnya tidak sesuai harapan, apa yang salah?

“Setelah berkorban waktu dan investasi, dan ternyata hasil yang didapat dari segi penjualan tidak memenuhi ekspektasi, bukan berarti apa yang kamu lakukan keliru,” ujar Nadiem.

Strategi digital jelas sesuatu yang diperlukan untuk berkembang di ranah online. Namun tidak berarti harus menjual produk. 

“Data juga akan menjadi aset kamu,” ujarnya. S

elain itu, Nadiem menilai pemain online yang berhasil besar masih sebatas di pasar atau pemain yang spesifik saja.

3. Menjadi pemimpin pasar, berarti siap membesar di ‘online’

Berkaca dari kondisi yang terjadi di Tiongkok, ada alasan bila pemain besar didominasi oleh marketplace. Seperti di Indonesia, misalnya, nama-nama besar seperti MatahariMall atau Lazada bermainnya di ranah marketplace.

“Sebesar apa pun brand kamu, masih sulit rasanya untuk bisa mendapatkan pembeli dalam jumlah besar bila kamu ‘sendirian’,” kata Nadiem.

Akan sulit jika sebuah brand sendirian mencapai 10.000 pembeli dalam satu hari. Marketplace adalah salah satu strategi yang bisa diterapkan.

4. Platform ‘desktop’ dan ‘mobile’ masih relevan dalam lima tahun ke depan

Semakin banyaknya transaksi online dinilai akan memperpanjang umur platform desktop dan mobile. Namun dalam kenyataannya, mayoritas transaksi hari ini dilakukan melalui situs mobile.

“Saran saya, kalau kamu tengah menjalankan bisnis, maka ini saatnya memiliki aplikasi mobile,” ujar Nadiem.

Lebih lanjut ia menuturkan pentingnya untuk membuat bisnis kamu ada di “etalase.” Tentu saja bukan pajangan di pertokoan besar.

“Saat aplikasi kamu ada di dua halaman pertama home screen smartphone konsumen kamu, maka aplikasimu relevan buat mereka,” ungkapnya. Karena itu, ia juga menekankan pentingnya UI/UX bagi sebuah aplikasi mobile.

5. Pemain lokal akan mendominasi pasar

Mungkin kamu pernah berpikiran, dengan menjadi pemain lokal kamu bisa meraih pasar. Namun Nadiem berpesan untuk tidak terlalu percaya diri dengan hal itu.

Pemain asing dengan modal yang lebih kuat bisa saja menginvasi dan mendapatkan karakter pasar lokal melalui big data.

6. Harga yang lebih murah akan mudah menarik pasar

Pernahkah kamu tergoda dengan harga yang lebih murah dari satu toko online dan toko online lainnya? Namun ternyata hal itu bukan satu-satunya penentu.

“Harga memang penting, namun juga perhatikan faktor-faktor lain. Seberapa cepat produk kamu sampai ke tangan pelanggan, kepuasan dalam menggunakan layanan kamu adalah kunci yang tidak kalah penting,” katanya. —Rappler.com

Tulisan ini sebelumnya diterbikan di Tech in Asia.

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!