SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Penyelenggaraan “Simposium Nasional: Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan” di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, diprotes sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi masyarakat Front Pancasila, pada Senin, 18 April.
Sekitar 20 orang massa berunjuk rasa di depan Tugu Tani, Jakarta, berdekatan dengan lokasi simposium, mulai pukul 10:30 WIB.
Mereka meminta agar simposium ini dibubarkan, setidaknya karena enam alasan, seperti yang tertulis dalam rilis yang diterima Rappler, yaitu:
- Simposium dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan legitimasi bahwa PKI (Partai Komunis Indonesia) adalah sebagai korban pelanggaran HAM.
- Simposium dimanfaatkan untuk menekan pemerintah agar menyatakan permintaan maaf selanjutnya memberikan rehabilitasi dan kompensasi terhadap eks PKI.
- Simposium dimanfaatkan untuk menghidupkan kembali paham komunis yang jelas-jelas bertentangan dengan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia dan UUD 1945.
- Simposium hanya akan membuka luka lama sejarah sehingga akan menimbulkan perpecahan baru di antara anak-anak bangsa.
- Rekonsiliasi telah berjalan secara natural dan tidak dapat dipaksakan, sehingga para anggota PKI telah dapat hidup damai dan bermasyarakat.
- Hak-hak politik dan perdata para anggota PKI dan keturunan telah dikembalikan.
Massa sempat menuding polisi sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) karena melarang aksi untuk mendekati Hotel Aryaduta.
Ormas Pancasila menolak untuk bergerak menjauhi Hotel Arya Duta. "Pak Polisi, harusnya kita dilindungi bkn diusir" pic.twitter.com/XkkhumC78Q
— Santi Dewi (@santidewi888) April 18, 2016
Namun akhirnya pihak kepolisian berhasil menggiring massa menuju Balai Kota agar acara simposium tetap berjalan kondusif. —Dengan laporan Santi Dewi/Rappler.com
BACA JUGA:
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.